![]() |
| Ilustrasi AI |
Kalimantan Tengah - Di tengah derasnya arus
globalisasi dan kemajuan teknologi, Kalimantan Tengah (Kalteng) menorehkan
langkah besar dalam dunia pendidikan. Bukan lagi sekadar daerah yang dikenal
dengan hutan tropisnya yang megah, kini Kalteng mulai dikenal sebagai pelopor
inovasi pendidikan berbasis digital di Indonesia. Melalui program kelas bahasa
asing virtual yang telah berjalan sejak Oktober 2025, Dinas Pendidikan (Disdik)
Kalteng menghadirkan pembelajaran lintas bahasa untuk siswa-siswi di seluruh
provinsi. Dan kini, kabar terbaru menggembirakan datang: bahasa Portugis resmi
ditambahkan sebagai pelajaran baru dalam program tersebut, menyusul arahan
langsung dari Presiden Prabowo Subianto.
Langkah ini menjadi babak baru dalam transformasi pendidikan Kalteng. Setelah sebelumnya menghadirkan kelas bahasa Inggris, Jepang, Arab, Jerman, dan Prancis, kini giliran bahasa Portugis—bahasa resmi di Brasil, Portugal, Angola, Mozambik, dan Timor Leste—yang akan diajarkan secara daring. Bahasa ini bukan pilihan acak. Ia menjadi simbol keterbukaan Kalteng terhadap dunia, terutama terhadap kawasan Amerika Latin dan Asia Tenggara yang semakin penting secara ekonomi dan budaya. Presiden Prabowo sendiri menegaskan bahwa bahasa Portugis memiliki nilai strategis dalam memperkuat hubungan diplomatik dan kerja sama internasional.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Tengah, Muhammad Reza Prabowo, menjelaskan bahwa program ini merupakan wujud nyata arahan presiden dan dukungan dari Gubernur Kalteng. “Kami ingin generasi muda Kalteng tidak hanya bisa berkomunikasi dengan dunia, tapi juga menjadi bagian dari dunia itu sendiri. Penambahan bahasa Portugis adalah bentuk keseriusan kami untuk menyiapkan anak-anak daerah agar mampu bersaing di panggung global,” ujarnya penuh semangat.
Program ini mengusung konsep pembelajaran digital lintas daerah, di mana siswa dari 14 kabupaten dan kota di Kalteng dapat mengikuti kelas bahasa asing tanpa batas ruang dan waktu. Dengan sistem daring yang terintegrasi, seorang siswa dari Kapuas bisa belajar bersama teman-temannya di Palangka Raya, atau bahkan berdiskusi langsung dengan guru dari sekolah lain. “Kini hampir semua sekolah sudah aktif mengikuti pembelajaran bahasa asing setiap harinya. Internet menjadi jembatan kita menuju dunia,” tambah Reza.
Kelas virtual ini bukan hanya sekadar pelatihan bahasa, tetapi juga laboratorium pembentukan karakter global. Melalui kelas ini, para siswa diajak memahami nilai-nilai lintas budaya, belajar berpikir terbuka, dan membangun kepercayaan diri untuk berinteraksi dengan masyarakat internasional. Banyak siswa yang awalnya malu berbicara dalam bahasa asing kini mulai berani berbicara di depan kamera. Mereka tak lagi canggung berucap dalam bahasa Inggris, Prancis, atau Jepang — dan sebentar lagi akan terbiasa menyapa dalam bahasa Portugis, dengan ucapan “Olá, tudo bem?” yang terdengar segar dari tengah Borneo.
Bagi para guru, program ini juga menjadi tantangan sekaligus kebanggaan. Kasyudi Salting, seorang guru bahasa Inggris di SMK Negeri 1 Palangka Raya, menuturkan betapa besarnya dampak kelas virtual bagi siswa. “Anak-anak jadi lebih percaya diri. Banyak di antara mereka sekarang bermimpi kuliah di luar negeri atau bekerja di perusahaan internasional. Dulu hal itu terasa jauh, tapi kini mereka melihat bahwa dunia bisa diakses dari layar laptop mereka,” ujarnya.
Dengan penambahan bahasa Portugis, peluang siswa untuk mengembangkan karier di masa depan menjadi semakin luas. Bahasa ini digunakan oleh lebih dari 260 juta orang di seluruh dunia, menjadikannya salah satu bahasa internasional yang berpengaruh. Tak hanya di Portugal dan Brasil, bahasa Portugis juga digunakan di berbagai negara Afrika dan Asia Tenggara. Dengan demikian, siswa Kalteng memiliki peluang untuk menjalin hubungan dengan berbagai negara mitra potensial Indonesia.
Program ini juga membawa pesan kuat bahwa pemerataan pendidikan digital di Kalteng bukan sekadar wacana. Pemerintah provinsi terus memperkuat infrastruktur jaringan internet di berbagai daerah, termasuk wilayah pedalaman. Hal ini memastikan agar semua siswa, tanpa memandang lokasi geografis, dapat mengakses pendidikan berkualitas. Dalam pelaksanaannya, Disdik Kalteng menggandeng sejumlah platform digital untuk memastikan kelancaran kegiatan belajar mengajar daring.
Meskipun begitu, Reza Prabowo mengakui bahwa perjalanan menuju pemerataan digital ini tidaklah mudah. Tantangan utama masih berkisar pada ketersediaan jaringan internet yang stabil, perangkat belajar yang memadai, dan pelatihan guru dalam penggunaan teknologi. “Kami terus berusaha menutup kesenjangan itu. Pelatihan untuk guru-guru sudah kami lakukan secara bertahap. Harapannya, semua sekolah bisa mandiri menjalankan pembelajaran digital ini,” katanya.
Selain mempersiapkan tenaga pengajar, Disdik Kalteng juga tengah menyusun kurikulum bahasa Portugis yang disesuaikan dengan karakteristik siswa Indonesia. Kurikulum ini dirancang agar mudah diikuti, interaktif, dan relevan dengan kebutuhan masa kini. Sesi belajar akan mencakup pengenalan kosakata dasar, percakapan sehari-hari, hingga budaya negara berbahasa Portugis. Nantinya, para siswa juga akan berkesempatan mengikuti ujian sertifikasi kompetensi bahasa sebagai bentuk pengakuan atas kemampuan mereka.
Program ini membawa harapan besar bagi masa depan Kalteng. Di era di mana kemampuan bahasa asing menjadi tiket menuju dunia kerja global, langkah ini merupakan investasi jangka panjang. Bayangkan, beberapa tahun ke depan, siswa dari Palangka Raya atau Murung Raya mungkin akan bekerja di perusahaan teknologi di Brasil, menjadi penerjemah diplomatik di Timor Leste, atau bahkan menjadi duta budaya Indonesia di Portugal. Semua itu bisa dimulai dari ruang kelas virtual sederhana yang hari ini mereka ikuti.
Tak hanya berdampak pada individu, program ini juga memperkuat identitas baru Kalteng sebagai pusat inovasi pendidikan di Kalimantan. Provinsi ini menunjukkan bahwa kemajuan teknologi bisa diimbangi dengan peningkatan kualitas manusia. Dalam konteks pembangunan nasional, Kalteng memberikan contoh nyata bahwa daerah tidak perlu menunggu pusat — mereka bisa memimpin perubahan dari daerah.
Dari sudut pandang sosiologis, pembelajaran
bahasa asing juga berperan dalam membangun toleransi dan empati lintas budaya.
Siswa yang memahami lebih dari satu bahasa cenderung memiliki wawasan yang
lebih terbuka terhadap perbedaan. Mereka belajar bahwa setiap bahasa membawa
nilai-nilai budaya yang unik, dan keberagaman adalah sumber kekuatan. Dalam
konteks Indonesia yang multikultural, hal ini menjadi fondasi penting untuk
memperkuat persatuan nasional.
Menariknya, program ini juga mendapat dukungan dari orang tua murid. Banyak yang merasa bangga karena anak-anak mereka kini bisa berinteraksi dengan dunia luar tanpa harus meninggalkan daerah asal. “Dulu kami tidak pernah membayangkan anak kami bisa belajar langsung bahasa asing dari rumah. Sekarang, setiap sore mereka ikut kelas virtual, dan kami dengar mereka bercakap-cakap dalam bahasa lain. Rasanya seperti melihat masa depan yang lebih cerah,” ujar seorang orang tua siswa di Kabupaten Kapuas dengan senyum haru.
Melihat antusiasme ini, pemerintah daerah berencana memperluas cakupan program dengan menambah kelas baru untuk bahasa-bahasa lain di masa depan. Disdik Kalteng juga tengah menjajaki kerja sama dengan lembaga pendidikan luar negeri untuk menghadirkan pengajar tamu dari negara-negara berbahasa Portugis. Kerja sama ini diharapkan memperkaya pengalaman belajar siswa dan meningkatkan standar pengajaran bahasa asing di Indonesia bagian tengah ini.







