Jakarta – Wakil Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar),
Krisantus Kurniawan, dengan tegas menyatakan bahwa sudah waktunya menghapus
stigma negatif yang melekat pada masyarakat Dayak. “Dayak itu bukan seram,
bukan terisolasi. Sesungguhnya masyarakat Dayak itu cerdas, ganteng-ganteng,
cantik-cantik, dan sangat bersahabat,” ujar Krisantus saat membuka Pekan Gawai
Dayak (PGD) ke-3 yang digelar Forum Dayak Kalimantan Jakarta (FDKJ) di Hampton
Square Serpong, Tangerang, Minggu (9/11/2025).
Dalam sambutan yang disambut tepuk tangan meriah ribuan
warga Dayak perantauan, Krisantus menegaskan bahwa persepsi keliru tersebut
tidak lagi relevan di era modern. “Sudah saatnya kita menunjukkan kepada dunia
bahwa Dayak bukan sekadar simbol masa lalu, melainkan masyarakat yang modern,
toleran, dan memiliki peradaban tinggi,” tegasnya di hadapan panggung megah
yang dipenuhi ornamen khas Dayak.
Ia menyebut budaya sebagai fondasi keberlangsungan suatu
suku dan bangsa. “Masyarakat yang tidak berbudaya adalah masyarakat yang akan
punah ditelan zaman. Budaya adalah kekayaan yang harus dijaga,” kata Krisantus,
sembari mengajak generasi muda Dayak untuk bangga dengan identitasnya tanpa
meninggalkan kemajuan teknologi.
Krisantus juga menyinggung pentingnya menghapus sekat “asli”
dan “pendatang” di Kalbar. “Baik Dayak maupun Melayu, semua menyambut
saudara-saudara dari daerah lain dengan tangan terbuka. Kalbar adalah rumah
kebhinekaan,” ujarnya. Provinsi yang dihuni 24 suku besar dan hampir seluruh
suku di Indonesia ini menjadi bukti nyata toleransi yang hidup selama puluhan
tahun.
Ia menyampaikan apresiasi khusus kepada Pemkab Tangerang
yang memberikan ruang luas bagi warga Dayak perantau untuk merayakan Gawai.
“Saya berharap ke depan terjalin kerja sama antarbudaya antara Kabupaten
Tangerang dan Provinsi Kalimantan Barat, demi memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua FDKJ Gregorio Victor Leo Oendoen
melaporkan capaian organisasi yang semakin mengagumkan hingga 2025. Di bidang
ekonomi, Koperasi Suniot Talino yang berdiri sejak 2022 kini memiliki hampir
200 anggota dengan aset Rp750 juta. Sebanyak 60 persen dana koperasi
dialokasikan untuk mendukung UMKM anggota.
Koperasi ini mengelola lahan hortikultura 9 hektare di
Cimanggis, Depok, Galur Tengah, dan Jonggol. Komoditas unggulan seperti bawang
merah, cabai, jagung, mentimun, dan buncis berhasil dipasarkan hingga ke
Jakarta dan sekitarnya. “Kami buktikan Dayak tidak hanya jago di hutan, tapi
juga di ladang dan pasar modern,” ujar Leo bangga.
FDKJ juga membina 40 pelaku UMKM kuliner dan produk khas
Dayak. Tuak dan wine tradisional, keripik pare, keripik pisang kepok, tempoyak,
cencalok, hingga lemang bambu menjadi primadona di stan pameran. “Semua produk
ini laris manis. Dalam tiga hari saja, omset UMKM kami tembus Rp85 juta,”
tambah Leo.
Di bidang budaya, FDKJ aktif membina kelompok seni musik dan
tari internal. Semua penampil di PGD ke-3 adalah anggota FDKJ yang dilatih
mingguan oleh pelatih profesional secara sukarela. Tarian Kinyah Mandau, Saput
Juah, Tari Monong, hingga kolaborasi modern dengan alat musik sape’ elektrik
memukau penonton.
“Panggung pembinaan ini menjadi wadah bagi kader seni Dayak
untuk berkembang dan tampil percaya diri,” kata Leo. Ia menegaskan bahwa Gawai
Dayak di perantauan bukan sekadar nostalgia, tapi bukti kebangkitan identitas
Dayak di tengah kota metropolitan.
Pekan Gawai Dayak ke-3 dibuka dengan ritual adat lengkap:
doa syukur, tiwah mini, dan pemotongan bambu simbolis. Ribuan warga Dayak dari
berbagai sub-suku – Kanayatn, Ketungau, Iban, Kantu’, hingga Tamambaloh – hadir
mengenakan pakaian adat lengkap. Anak-anak muda tampil dengan rompi mandau
modern berpadu celana jeans, menunjukkan perpaduan tradisi dan gaya masa kini.
Krisantus yang hadir dengan pakaian adat lengkap berwarna
merah-hitam menjadi magnet foto bersama. “Lihat, ini bukti Dayak ganteng dan
cantik,” candanya sambil berpose dengan puluhan anak muda Dayak yang berprofesi
sebagai dokter, pengacara, dan entrepreneur sukses di Jakarta.
Acara semakin meriah dengan penampilan kolaborasi sape’
elektrik dan DJ, serta bazaar kuliner Dayak yang buka hingga malam. Pengunjung
dari berbagai etnis turut meramaikan, membuktikan bahwa Gawai Dayak kini
menjadi festival inklusif yang dirayakan bersama.
Di akhir acara, Krisantus meninggalkan pesan yang menggema:
“Dayak adalah wajah Indonesia yang ramah, cerdas, dan berbudaya tinggi. Mari
kita ubah persepsi dunia, satu per satu, mulai dari Jakarta hingga Kalimantan.”
Pekan Gawai Dayak ke-3 FDKJ bukan sekadar perayaan,
melainkan deklarasi kebangkitan. Dari Serpong, suara Dayak modern menggema ke
seluruh penjuru: kami bukan masa lalu yang gelap, tapi masa depan Indonesia
yang cerah, toleran, dan penuh prestasi.
Dengan aset koperasi Rp750 juta, 40 UMKM binaan, ratusan
seniman muda, dan ribuan perantau sukses, masyarakat Dayak membuktikan diri
sebagai kekuatan nyata dalam mozaik kebhinekaan Indonesia. Pesan Wagub
Krisantus menjadi nyata: Dayak bukan seram, Dayak adalah saudara yang siap
merangkul semua.







