IKN TIME

IKN TIME

  • IKN
  • Pembangunan
  • Politik
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Borneo
  • _Kalbar
  • _Kaltim
  • _Kalsel
  • _Kalteng
  • _Kaltara
  • _Sarawak
  • _Sabah
  • _Brunei
  • Budaya
  • _Dayak
  • _Melayu
  • _Tionghoa
  • _Seni
  • _Sejarah
  • _Sastra
  • Hidup
  • _Inspirasi
  • _Sosok
  • _Kesehatan
  • _Pendidikan
  • _Wisata
  • _Hiburan
  • _Olahraga
  • Iptek
  • _Sain
  • _Teknologi
  • Buku
  • Loker
  • Home
  • Budaya
  • Buku
  • Dayak

Resensi Buku: The History of Dayak – Sebuah Deklarasi Identitas dari Hutan Borneo

By IKN TIME
October 05, 2025

buku the history of dayak
Buku The History of Dayak. Design by Alexander Mering

Oleh:
Iram Rangi

Di tengah derasnya arus globalisasi dan reduksi budaya yang terjadi di seluruh penjuru dunia, muncul sebuah buku yang menolak dilupakan. The History of Dayak – Penghuni Asli Varuna-dvipa (Borneo) bukan sekadar karya sejarah; ia adalah pernyataan eksistensial sebuah bangsa yang selama berabad-abad hanya menjadi objek tulisan orang lain.

Buku setebal sekitar lima ratus halaman ini ditulis oleh dua nama yang tak asing dalam ranah kajian kebudayaan Borneo: Prof. Tiwi Etika, Ph.D., dan R. Masri Sareb Putra, M.A.. Keduanya datang bukan dari menara gading akademik luar, tetapi dari akar tanah itu sendiri—orang Dayak yang menulis sejarah Dayak. Disunting dan diberi sentuhan desain visual oleh AlexanderMering, yang juga merancang sampul buku ini dengan kepekaan artistik yang halus, buku ini menampilkan harmoni antara akademik dan estetika. Edisi terbitan Lembaga Literasi Dayak ini diedarkan secara eksklusif oleh anyarmart.com, seolah menegaskan bahwa literasi Dayak kini berdiri di rumahnya sendiri.

Dalam pengantar yang ditulis Prof. Dr. Rizali Hadi, seorang akademisi dari Universitas Lambung Mangkurat, pembaca segera dibawa ke inti moral buku ini: sejarah bukan sekadar kumpulan tanggal dan peristiwa, melainkan residu makna yang menunggu ditafsirkan. Rizali menulis dengan nada puitis, nyaris seperti prolog sebuah novel: “Ketika leluhur di Gua Niah menyalakan api di gelap malam prasejarah, garis hidup itu terus berdenyut hingga hari ini.” Kalimat semacam itu segera memberi tahu kita bahwa buku ini bukan sejarah yang dingin, melainkan kisah yang bernapas.

Membalik Narasi Kolonial

Buku ini berdiri di atas tesis berani: bahwa orang Dayak bukan pendatang, bukan hasil migrasi dari daratan Asia, tetapi penghuni asli Pulau Borneo sejak 40.000 tahun lalu. Para penulis membangun argumen itu melalui pendekatan multidisipliner—arkeologi, linguistik, genetika, hingga filsafat budaya. Mereka mengutip riset Tom Harrisson di Gua Niah, analisis linguistik Robert Blust, serta teori kontinuitas Peter Bellwood, lalu memadukannya dengan tradisi lisan Dayak yang diwariskan turun-temurun.

Di tangan penulis yang lain, kombinasi sains dan mitos mungkin terasa canggung. Namun di tangan Etika dan Sareb Putra, keduanya melebur menjadi narasi yang meyakinkan. Mereka menulis seperti antropolog yang mencintai subjeknya tanpa kehilangan jarak ilmiah. “Dayak bukan sekadar penghuni hutan,” tulis mereka, “melainkan penjaga kosmos ekologis Borneo.” Kalimat itu menggema lama, terutama ketika dunia hari ini kian kehilangan keseimbangan ekologis yang dulu pernah dijaga dengan ritual dan kearifan.

Arkeologi Sebagai Puisi

Salah satu kekuatan buku ini adalah kemampuannya mengubah bahasa akademik menjadi pengalaman puitis. Bab-bab awal, yang membahas Deep Skull dari Gua Niah, lukisan cadas kuno, dan jejak linguistik Austronesia, dibingkai dengan semangat penemuan diri. Para penulis seolah menggali fosil bukan hanya dari tanah, tetapi juga dari kesadaran kolektif orang Dayak.

Namun yang paling menonjol bukan sekadar data atau teori, melainkan nada batin yang mengalir di antara paragraf. Ada kelembutan sekaligus keyakinan di sana—nada yang lahir dari rasa memiliki. Ketika mereka menulis bahwa “historiografi Dayak adalah medan kuasa,” kita tahu bahwa ini bukan sekadar analisis Foucauldian, melainkan pernyataan pengalaman. Dayak tidak lagi mau dilihat dari luar; mereka menulis dari dalam, menulis dirinya sendiri.

Struktur yang Menyatu antara Fakta dan Jiwa

Buku ini terbagi ke dalam lima bagian besar yang berjalan seperti aliran sungai: dari prasejarah, kolonialisme, perlawanan, kebangkitan ekonomi, hingga literasi modern. Setiap bagian menampilkan struktur naratif yang cermat namun tidak kaku. Penulis menggunakan bahasa yang mengalir, menghindari jargon yang memisahkan akademisi dari pembaca umum.

Bab “Dayak Dijajah ‘Hanya’ 50 Tahun” misalnya, mengandung nada ironis yang segar—menggugah pembaca untuk memikirkan ulang makna penjajahan. Di bab lain, kisah lahirnya Credit Union Pancur Kasih disajikan bukan sebagai data ekonomi, melainkan sebagai kisah keberanian moral dan solidaritas komunitas. Sejarah di sini bukan catatan masa lalu, tetapi peta arah masa depan.

Sampul dan Visual: Simbolisme yang Tenang

Desain sampul oleh Alexander Mering pantas mendapat pujian tersendiri. Tak hanya bertindak sebagai editor, Mering yang juga memang memiliki talenta dalam seni lukis dan visual grafis kali ini memilih salah satu karya ilustrasinya yang  bergaya scratchboard art monokrom yang menampilkan sosok pria Dayak dalam balutan atribut adat, digores dengan ribuan garis halus yang membangun kesan kekuatan, keheningan, dan keagungan spiritual Borneo. Figur lelaki Dayak itu berpadu dengan garis-garis abu-abu memanjang tak hanya membentuk lekuk background hitam di belakangnnya tetapi juga sebuah metafora tentang keseimbangan antara manusia, alam, dan roh leluhur yang menghidupi tanah Kalimantan. Perpaduan warna hitam pekat dan kelabu memberi kesan mistis sekaligus misterius, seolah kita sedang menggenggam rahasia Borneo yang selama ini belum seluruhnya terungkap. Ini bukan sekadar desain; ini pernyataan identitas visual yang sejajar dengan isi buku.

Sebuah Buku dengan Dua Jiwa

Membaca The History of Dayak terasa seperti menelusuri dua arus sekaligus: satu ilmiah, satu spiritual. Di satu sisi, buku ini disusun dengan ketelitian data yang layak untuk ruang kuliah sejarah. Di sisi lain, ia memiliki irama seperti doa panjang tentang rumah dan asal-usul.

Di antara halaman-halaman yang padat, sesekali muncul perenungan filosofis yang nyaris mistik. Seperti ketika mereka menulis, “Mengenal Dayak sesungguhnya adalah mengenal manusia dalam kedalaman dirinya.” Kalimat itu menggemakan semboyan Yunani kuno gnōthi seauton—kenalilah dirimu—yang juga menjadi inspirasi pembuka dalam prakata.

Refleksi dan Relevansi

Mungkin inilah nilai paling berharga dari buku ini: ia tidak berhenti pada nostalgia masa lalu. Para penulis menautkan sejarah Dayak dengan persoalan masa kini—perubahan iklim, migrasi, dan pemindahan ibu kota negara (IKN). Dengan cara itu, The History of Dayak menjelma menjadi jembatan antara mitos dan modernitas.

Bagi pembaca luar Borneo, buku ini membuka jendela baru tentang makna “masyarakat adat”. Bukan sebagai kategori etnografis yang eksotik, tetapi sebagai simbol kebijaksanaan ekologis dan ketahanan moral. Di tengah dunia yang mengukur kemajuan dengan beton dan angka, Dayak dalam buku ini menawarkan alternatif: kemajuan yang berakar pada harmoni dan kearifan.

Sejarah yang Kembali Bernapas

Sebagai karya sejarah, buku ini menegakkan standar baru. Ia tidak hanya menulis ulang narasi kolonial, tetapi juga menulis ulang cara kita memahami sejarah itu sendiri. The History of Dayak mengingatkan bahwa setiap bangsa berhak memiliki arsipnya sendiri—bahkan jika arsip itu disimpan dalam nyanyian, ritual, atau ingatan hutan.

Dalam panorama literatur Indonesia modern, buku ini berdiri sebagai monumen kecil yang bersinar dari pedalaman Borneo. Ia menyatukan ilmu dan cinta tanah; sains dan spiritualitas; teks dan akar.
Dan mungkin, sebagaimana ditulis oleh Rizali Hadi dalam pengantarnya yang penuh keyakinan, “Kebesaran sejati sebuah peradaban adalah ketika ia mampu menulis dirinya sendiri.”

The History of Dayak – Penghuni Asli Varuna-dvipa (Borneo)

Penulis: Prof. Tiwi Etika, Ph.D. & R. Masri Sareb Putra, M.A.
Pengantar: Prof. Dr. Rizali Hadi
Editor & Desainer Sampul: Alexander Mering, S.H.
Penerbit: Lembaga Literasi Dayak
Distributor resmi: anyarmart.com

Jakarta, Oktober 2025

Tags:
  • Budaya
  • Buku
  • Dayak
Share:
Also read
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
IKN TIME
IKN TIME
IKN TIME adalah sebuah sebuah sindikasi informasi yang berisikan berita politik, ekonomi, budaya lintas negara di Borneo. Terutama yang terkait dengan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan seluruh aspek kehidupan di pulau Borneo
Related news
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Latest news
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Show more
Most popular
  • Resensi Buku: Kantu': Jejak yang Terhapus di Tanah Dayak karya Ambrosius Suminto

    September 28, 2025
    Resensi Buku: Kantu': Jejak yang Terhapus di Tanah Dayak karya Ambrosius Suminto
  • Resensi Buku The Forest Therapy ala Dayak: Rahasia Hidup Sehat dari Kearifan Hutan Borneo

    October 03, 2025
    Resensi Buku The Forest Therapy ala Dayak: Rahasia Hidup Sehat dari Kearifan Hutan Borneo
  • Resensi Buku: The History of Dayak – Sebuah Deklarasi Identitas dari Hutan Borneo

    October 05, 2025
    Resensi Buku: The History of Dayak – Sebuah Deklarasi Identitas dari Hutan Borneo
  • Sesat Pikir Kolektif di Tanah Republik

    September 30, 2025
    Sesat Pikir Kolektif di Tanah Republik
  • Taiwan Kepincut IKN: Dari Teknologi Hingga Energi, Raksasa Industri Taiwan Siap Ramaikan Kota Masa Depan Indonesia

    May 17, 2025
    Taiwan Kepincut IKN: Dari Teknologi Hingga Energi, Raksasa Industri Taiwan Siap Ramaikan Kota Masa Depan Indonesia
Most popular tags
  • Advertorial
  • Cerita Rakyat
  • English
  • Militer
  • Pemilu
IKN TIME
Company
  • About Us
  • Contact Us
  • Careers
  • Advertise With Us
Legal & Privacy
  • Terms of Service
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
News
  • English News
  • Pemilu
  • Militer
  • Cerita Rakyat
Community
  • Loker
  • Dayak
  • Melayu
  • Tionghoa
Copyright © 2025 IKN TIME. All rights reserved.
  • Network Logo
  • Network Logo
  • Network Logo
  • Network Logo
  • Network Logo
  • Network Logo
  • Network Logo
  • Network Logo
  • Network Logo
  • Network Logo