Sekolah Garuda Kaltara: Membangun Generasi Emas Perbatasan dengan SDM Unggul dan Prestasi Global
![]() |
Ilustrasi AI |
Kaltara – Pembangunan Sekolah Garuda di Kalimantan Utara (Kaltara) menjadi angin segar bagi pengembangan sumber daya manusia (SDM) di provinsi termuda Indonesia ini. Anggota Komisi VII DPR RI dari daerah pemilihan Kaltara, Rahmawati Zainal Paliwang, menegaskan bahwa kehadiran Sekolah Garuda di Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, tidak hanya akan mencetak generasi berprestasi, tetapi juga mendorong kesejahteraan masyarakat melalui efek domino ekonomi lokal. Dengan lahan seluas 4 hektare di Jalan Ahmad Yani Poros Bulungan-Malinau, Gunung Seriang, sekolah ini diharapkan menjadi mercusuar pendidikan yang memajukan anak-anak perbatasan, sekaligus menempatkan Kaltara di peta nasional sebagai pusat pendidikan unggulan. “Dengan Sekolah Garuda, anak-anak Kaltara akan lebih bercahaya, lebih berprestasi, dan siap berkontribusi untuk Indonesia,” ujar Rahmawati saat meninjau lokasi pembangunan pada Rabu, 8 Oktober 2025.
Rahmawati menyoroti bahwa Sekolah Garuda, salah satu dari
empat sekolah baru yang dibangun pada 2025 bersama Kota Soe (NTT), Belitung
Timur (Bangka Belitung), dan Konawe Selatan (Sultra), akan menjadi branding
prestisius bagi Kaltara. “Tidak semua provinsi punya Sekolah Garuda. Kita
terpilih, dan ini dibangun langsung dari nol. Saya bangga sekaligus takjub,”
katanya. Sekolah ini dirancang untuk fokus pada pendidikan STEM (sains,
teknologi, teknik, dan matematika), sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 yang
menargetkan SDM berdaya saing global. Dengan kurikulum berbasis teknologi dan
inovasi, Sekolah Garuda di Kaltara diharapkan menjaring talenta lokal, terutama
dari masyarakat adat Dayak, Kutai, dan Bulungan, yang selama ini terpinggirkan
akibat keterbatasan akses pendidikan. “Kita utamakan putra daerah, apalagi ini
wilayah perbatasan. Kaltara sering dilupakan karena orang tahunya cuma Kaltim.
Sekolah ini jadi identitas baru kita,” tegas Rahmawati.
Manfaat Sekolah Garuda melampaui pendidikan, menciptakan
efek ganda bagi ekonomi lokal. Menurut Rahmawati, kehadiran siswa dari luar
daerah akan memicu perputaran ekonomi, mulai dari sektor penginapan hingga
kuliner. “Orang tua yang mengantar anaknya sekolah di sini akan menginap,
makan, belanja. Ini akan hidupkan UMKM lokal,” ujarnya. Data Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kaltara mencatat sektor kuliner dan jasa di
Tanjung Selor tumbuh 8 persen sejak 2024, didorong pembangunan infrastruktur
strategis seperti IKN dan proyek nasional lainnya. Sekolah Garuda, yang
groundbreaking-nya dihadiri Gubernur Kaltara Zainal Arifin Paliwang, Menteri
Agama Nasaruddin Umar, Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha Nasir, dan Dirjen
Sains dan Teknologi Kemdiktisaintek Ahmad Najib Burhani, ditargetkan mulai
menerima siswa pada 2026 dengan kapasitas awal 500 pelajar. Acara peluncuran
ditandai dengan penanaman pohon, melambangkan komitmen Kaltara terhadap
pendidikan berkelanjutan yang selaras dengan lingkungan.
Sekolah Garuda ini menjadi bagian dari strategi nasional
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk mempercepat
pembangunan SDM di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Dengan anggaran
pembangunan Rp150 miliar dari APBN 2025, sekolah ini akan dilengkapi
laboratorium STEM canggih, asrama berstandar internasional, dan akses teknologi
pembelajaran berbasis AI. Kepala Sekolah Garuda Tanjung Selor, yang ditunjuk
pada Agustus 2025, menyatakan bahwa sekolah ini akan mengadopsi model pembelajaran
berbasis proyek, mirip sistem pendidikan Finlandia, untuk mendorong kreativitas
siswa. “Kami ingin anak-anak Kaltara tak hanya pintar akademik, tapi juga
inovatif dan berjiwa wirausaha,” ujarnya dalam wawancara dengan media lokal.
Prioritas kuota untuk putra daerah, seperti diungkapkan Rahmawati, akan
mencapai 70 persen, dengan seleksi ketat berbasis prestasi dan kebutuhan
ekonomi keluarga, memastikan akses bagi anak-anak dari desa terpencil seperti
Malinau dan Nunukan.
Secara regional, kehadiran Sekolah Garuda menjawab tantangan
pendidikan di Kaltara, di mana hanya 60 persen anak usia sekolah menengah
melanjutkan ke jenjang SMA/SMK, menurut data BPS 2024. Faktor geografis, dengan
20 persen desa sulit dijangkau transportasi, menjadi hambatan utama, ditambah
rendahnya jumlah guru berkualitas—hanya 45 persen guru SMA di Kaltara
tersertifikasi pada 2024. Sekolah Garuda akan merekrut 50 guru dengan pelatihan
khusus STEM, sebagian diantaranya melalui beasiswa ke Singapura dan Australia,
didanai APBN dan CSR perusahaan migas di Kaltara senilai Rp20 miliar. “Ini
investasi untuk generasi emas. Anak-anak perbatasan harus punya kesempatan sama
dengan Jakarta,” tegas Gubernur Zainal Arifin Paliwang, yang juga hadir saat
groundbreaking, menegaskan bahwa sekolah ini akan jadi pusat unggulan
pendidikan di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia.
Tantangan implementasi tetap ada, terutama soal
infrastruktur pendukung seperti jaringan internet dan listrik di Gunung
Seriang, yang masih fluktuatif dengan pemadaman hingga 4 jam per hari. Dinas
Pendidikan Kaltara telah berkoordinasi dengan PLN untuk memastikan pasokan
listrik stabil pada 2026, sementara Kemdiktisaintek menyiapkan satelit
pendidikan untuk akses internet di daerah terpencil. Selain itu, resistensi
dari beberapa komunitas lokal yang khawatir sekolah ini akan mengurangi nilai
budaya adat menjadi perhatian. Rahmawati menegaskan bahwa kurikulum akan
mengintegrasikan kearifan lokal, seperti sejarah Kesultanan Bulungan dan
ekologi hutan Kalimantan, untuk menjaga identitas. “Kami tidak mau anak-anak
lupa akarnya. STEM harus berpadu dengan budaya Dayak dan Kutai,” ujarnya.
Secara nasional, Sekolah Garuda menjadi bagian dari 10
proyek pendidikan unggulan Kemdiktisaintek, dengan total investasi Rp1,2
triliun untuk membangun ekosistem pendidikan di daerah perbatasan. Keberhasilan
Sekolah Garuda Sultra, yang telah menjaring 200 siswa berprestasi sejak 2024,
menjadi inspirasi bagi Kaltara. Dengan target lulusan yang siap bersaing di
universitas global dan industri 4.0, sekolah ini diharapkan menekan angka
pengangguran terdidik Kaltara, yang masih 6 persen per 2024. Kolaborasi dengan
Otorita IKN juga dijalin untuk menyiapkan lulusan yang mendukung kebutuhan
tenaga kerja di ibu kota baru, dengan fokus pada teknologi hijau dan smart
city.
Ke depan, Pemprov Kaltara akan meluncurkan kampanye “Garuda
Bangkit” untuk sosialisasi pendaftaran siswa baru pada awal 2026, menargetkan
1.000 pelamar dari seluruh kabupaten. Rahmawati berharap dukungan lintas
sektor, termasuk dari DPR RI dan kementerian, terus mengalir untuk memastikan
operasional sekolah sesuai visi. “Kaltara bukan lagi provinsi yang dilupakan.
Sekolah Garuda ini bukti kita bisa bersinar di perbatasan,” tutupnya. Dengan
pembangunan yang pesat dan fokus pada putra daerah, Sekolah Garuda Tanjung
Selor bukan hanya sekolah, tetapi simbol harapan: membawa anak-anak Kaltara
dari pinggiran menuju panggung dunia, bercahaya dengan prestasi dan identitas.