Diplomasi Hijau di Nusantara: Otorita IKN Siapkan 62,9 Hektare Kawasan Khusus Kedutaan, Bangladesh Siap Pindah 2028
![]() |
Ilustrasi AI |
IKN – Langkah strategis Otorita Ibu Kota
Nusantara (IKN) dalam mewujudkan visi kota masa depan semakin terlihat nyata
dengan penyediaan lahan seluas 62,9 hektare untuk dikembangkan menjadi kawasan
diplomatik internasional atau diplomatic compound. Kawasan ini, yang dirancang
sebagai pusat perwakilan negara sahabat, tidak hanya menjadi simbol
transformasi pemerintahan Indonesia, tapi juga jembatan kolaborasi global yang
berkelanjutan. Terletak di perbatasan Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur, proyek ini menargetkan operasional penuh pada
2028, seiring dengan pemindahan pusat administrasi negara ke Nusantara.
Dukungan internasional pun mulai mengalir, dengan Bangladesh sebagai pionir
yang menyatakan kesiapan memindahkan kedutaan besarnya, sekaligus membuka
peluang kerja sama di sektor pertanian dan agro-processing.
Deputi Bidang Perencanaan dan Pertanahan Otorita IKN, Mia
Amalia, menegaskan bahwa persiapan kawasan ini dilakukan secara matang dan
serius. “Kami menyediakan lahan seluas 62,9 hektare yang akan dikembangkan
menjadi diplomatic compound, lengkap dengan fasilitas hunian, sekolah, area
perdagangan, jasa, serta ruang terbuka hijau yang luas,” ujarnya saat ditemui
di Sepaku, Penajam Paser Utara, pada Senin, 6 Oktober 2025. Koordinasi intensif
dengan Kementerian Luar Negeri telah dilakukan untuk menyampaikan detail
rencana ini kepada seluruh kedutaan besar mitra, memastikan transparansi dan
keterlibatan awal. Desain kawasan ini mengadopsi konsep forest city, di mana 40
persen areanya dialokasikan untuk vegetasi tropis, selaras dengan target IKN
sebagai kota karbon negatif yang menyerap lebih banyak CO2 daripada yang
dihasilkan. Lokasi strategis di Kecamatan Sepaku, yang berbatasan langsung
dengan Kutai Kartanegara, memudahkan akses ke infrastruktur utama seperti jalan
tol Balikpapan-Samarinda dan Bandara Internasional Nusantara, yang dijadwalkan
groundbreaking akhir 2025.
Pembangunan diplomatic compound ini menjadi bagian integral
dari Rencana Induk IKN yang disahkan melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022,
dengan luas total kawasan inti mencapai 6.671 hektare. Menurut data Otorita
IKN, kawasan diplomatik ini dirancang kompak dan terintegrasi, mencakup 25
hektare untuk ruang hijau, 20 hektare untuk hunian dan kantor kedutaan, serta
sisanya untuk fasilitas pendukung seperti pusat konferensi dan zona komersial.
Hal ini bertujuan menciptakan lingkungan yang nyaman bagi diplomat asing,
sambil mendukung ekonomi lokal melalui penciptaan 5.000 lapangan kerja selama
konstruksi. Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, pada Februari 2025,
mengusulkan fasilitas lahan gratis bagi 10 kedutaan besar pertama yang
berkomitmen pindah sebelum 2028, sebagai insentif untuk mempercepat kehadiran
perwakilan negara sahabat. Usulan ini, yang kini sedang diproses oleh Presiden
Prabowo Subianto, diharapkan menarik minat dari negara-negara ASEAN dan mitra
strategis seperti Jepang dan Korea Selatan, yang telah menyatakan ketertarikan
melalui forum Nusantara International Partners Visit (NIPV) 2025.
Dukungan konkret datang dari Bangladesh, yang menjadi negara
pertama secara terbuka menyatakan kesiapan relokasi kedutaan. Dalam kunjungan
kehormatan Duta Besar Md Tarikul Islam ke Kantor Otorita IKN pada 1 Oktober
2025, ia menegaskan komitmen penuh negaranya terhadap proyek Nusantara.
“Bangladesh sangat mendukung pembangunan IKN sebagai pusat diplomasi baru
Indonesia. Kami siap memindahkan kantor kedutaan ke kawasan diplomatik ini,
apalagi fasilitas yang disiapkan sangat memadai dan berkelanjutan,” ujar Tarikul,
seperti dikutip dari situs resmi Otorita IKN. Kunjungan ini, yang difokuskan
pada tinjauan Diplomatic Compound di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP)
IKN, juga membuka diskusi mendalam tentang kolaborasi bilateral. Bangladesh,
dengan keunggulan di industri agro-processing seperti pengolahan beras dan
rempah, melirik peluang kemitraan dengan Indonesia untuk mendukung ketahanan
pangan di IKN. “Kami memiliki kekuatan di sektor pertanian dan berharap dapat
memperluas kerja sama, khususnya dalam konsep forest city yang mengintegrasikan
pertanian urban,” tambahnya, merujuk pada rencana penanaman 10.000 hektare
lahan pertanian vertikal di IKN.
Kerja sama ini sejalan dengan visi IKN sebagai kota hutan,
di mana 75 persen areanya ditargetkan tetap hijau untuk menjaga keseimbangan
ekosistem Kalimantan Timur. Bangladesh, yang menghadapi tantangan serupa dalam
adaptasi iklim seperti banjir dan kekeringan, melihat IKN sebagai model
kolaborasi global. Pada Maret 2025, dalam forum bilateral di Jakarta, kedua
negara sepakat mengeksplorasi transfer teknologi untuk irigasi pintar dan
pengolahan limbah organik, dengan potensi investasi Rp 500 miliar dari pihak
Bangladesh. Selain itu, dukungan Bangladesh juga mencakup bidang pendidikan, di
mana rencana sekolah internasional di diplomatic compound bisa menjadi pusat
pertukaran pelajar ASEAN. Respons positif ini menjadi momentum bagi Otorita
IKN, yang hingga September 2025 telah menarik komitmen dari 15 negara untuk
studi kelayakan kawasan diplomatik, termasuk Australia dan Uni Eropa yang
tertarik pada aspek lingkungan hijau.
Secara lebih luas, diplomatic compound ini bukan hanya soal
relokasi kantor, tapi juga katalisator diplomasi ekonomi. Dengan target 1.200
ASN pindah pada 2026 dan lembaga negara seperti DPR, MA, serta MK beroperasi di
IKN pada 2028, kawasan ini diharapkan menjadi hub interaksi internasional yang
dinamis. Data Kementerian Luar Negeri menunjukkan bahwa saat ini terdapat 140
kedutaan besar di Jakarta, dan pemindahan ke IKN berpotensi mengurangi
kemacetan lalu lintas serta polusi di ibu kota lama sebesar 20 persen. Namun,
tantangan tetap ada, seperti integrasi infrastruktur dengan wilayah penyangga
di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara. Pemerintah daerah setempat,
melalui Bupati Penajam Paser Utara Yulianto, telah menyusun Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) revisi untuk mendukung KIP (Kawasan Industri Penyangga) seluas
9.143 hektare, memastikan pertumbuhan ekonomi merata tanpa mengorbankan hutan
lindung Bukit Soeharto.
Ke depan, Otorita IKN berencana menggelar roadshow ke 20 ibu
kota ASEAN pada November 2025 untuk mempromosikan diplomatic compound, dengan
fokus pada insentif seperti akses prioritas ke Bandara Nusantara dan jaringan
energi hijau dari PLTA setempat. Basuki Hadimuljono menekankan bahwa keputusan
akhir fasilitas lahan gratis bergantung pada arahan presiden, tapi potensinya
besar untuk mempercepat transformasi. “IKN bukan hanya ibu kota politik, tapi
pusat dunia yang inklusif, di mana diplomasi bertemu inovasi berkelanjutan,”
tuturnya pada Februari 2025. Dukungan Bangladesh menjadi contoh inspiratif,
membuka pintu bagi negara lain untuk bergabung dalam membangun Nusantara
sebagai simbol kolaborasi Asia-Pasifik. Di tengah dinamika global, kawasan
diplomatik ini berpotensi menjadikan IKN bukan sekadar relokasi, tapi panggung
baru bagi Indonesia memimpin agenda hijau dunia.