Kalbar Gaungkan Kemandirian Pangan dari Pekarangan Rumah: Gerakan Nyata Demi Ketahanan Keluarga
Di tengah tantangan krisis pangan global dan kebutuhan akan kemandirian pangan rumah tangga, Tim Penggerak PKK Provinsi Kalimantan Barat kembali hadir membawa semangat perubahan dari akar rumput dengan mengajak masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah sebagai lumbung pangan keluarga yang mandiri, ajakan ini disampaikan langsung oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kalbar, Erlina Norsan, saat melakukan kunjungan kerja ke Kebun Percontohan Dasawisma Flora di Kelurahan Setapuk Besar, Kecamatan Singkawang Utara, sebuah titik strategis yang dipilih bukan hanya karena potensi lahan pekarangannya, tetapi juga karena semangat gotong royong warganya yang masih kuat dalam menyambut program-program pemberdayaan masyarakat, dan di tengah sapaan hangat warga serta deretan tanaman hijau subur yang tertata rapi, Erlina menegaskan pentingnya mengubah paradigma dari konsumtif menjadi produktif dengan cara sederhana namun sangat berdampak, yaitu menanam bahan pangan sendiri di pekarangan rumah masing-masing, “Gerakan ini berbasis gotong royong dan kebersamaan.
PKK membawa kinerja pemerintah turun ke lapangan, membantu menyukseskan program hingga ke dasar-dasarnya,” ujar Erlina tanpa ragu, ia juga menjelaskan bahwa program yang mereka bawa merupakan bagian dari kampanye nasional bertajuk "Gerakan Aku Hatinya PKK", yaitu singkatan dari Amalkan dan Kukuhkan Halaman Asri, Teratur, Indah, dan Nyaman, sebuah pendekatan yang tidak hanya berbicara soal keindahan halaman rumah, tetapi juga bagaimana menjadikannya sebagai sumber pangan sehat dan bernutrisi tinggi yang tersedia setiap hari bagi keluarga, terlebih kampanye ini juga disandingkan dengan sosialisasi pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA), sebuah konsep yang terus digaungkan untuk membangun pola makan keluarga Indonesia agar lebih sehat dan berkelanjutan, dan dalam kegiatan itu, antusiasme warga terlihat jelas dari banyaknya stan hasil olahan pangan lokal yang dipamerkan usai acara utama, mulai dari olahan singkong, talas, sayur hasil kebun, hingga produk turunan berbasis kelapa dan pisang lokal, semua tersaji sebagai bukti konkret bahwa semangat menanam dan mengolah hasil sendiri tidak hanya wacana semata, dan Erlina pun menambahkan, “PKK harus semangat mengedukasi cara menanam dan praktiknya. Manfaatkan pekarangan kosong untuk menyediakan pangan sehat bagi keluarga tercinta,” yang disambut dengan tepuk tangan dari para kader PKK yang hadir, yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok dasawisma dari berbagai wilayah, kegiatan ini juga turut dihadiri oleh Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie, yang memberikan dukungan penuh atas kehadiran Ketua TP PKK Provinsi Kalbar beserta rombongan dari enam kabupaten/kota lainnya yang turut hadir memeriahkan kampanye tersebut, dalam sambutannya, Tjhai Chui Mie mengungkapkan apresiasinya, “Merupakan kehormatan bagi Singkawang menjadi tuan rumah kampanye Aku Hatinya PKK dan sosialisasi pangan B2SA.
Semoga ini memotivasi seluruh kader PKK dan masyarakat untuk aktif mendukung ketahanan pangan keluarga,” dan ia pun memberikan komitmen tegas bahwa Pemerintah Kota Singkawang akan terus mendukung kegiatan-kegiatan PKK yang dinilainya punya dampak nyata terhadap kesejahteraan masyarakat, dengan penuh semangat ia menyampaikan, “Saya hanya minta ibu-ibu PKK serius bekerja. Soal anggaran, saya dukung penuh, tenang saja,” dan pernyataan tersebut menjadi suntikan semangat baru bagi para kader untuk terus melangkah dan tidak ragu dalam menjalankan program yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat, dan benar saja, selepas kegiatan kampanye, rombongan langsung diarahkan untuk meninjau stan-stan pameran hasil olahan pangan lokal yang menjadi bentuk implementasi nyata dari program Aku Hatinya PKK, pemandangan stan-stan tersebut tidak hanya menampilkan kreativitas warga dalam mengolah hasil kebun, tetapi juga menunjukkan potensi besar yang bisa dikembangkan menjadi produk unggulan daerah, bahkan menjadi sumber penghasilan tambahan bagi keluarga, dan lebih dari sekadar kampanye, kegiatan ini juga menjadi media saling belajar antardaerah, di mana kader-kader dari berbagai kabupaten/kota saling bertukar informasi, pengalaman, dan strategi sukses dalam membangun ketahanan pangan berbasis rumah tangga, mulai dari teknik tanam vertikultur di lahan sempit, pembuatan kompos dari limbah dapur, hingga pengolahan hasil kebun menjadi produk makanan yang tahan lama dan bernilai jual tinggi, semua dikupas dan dibagikan dengan semangat kolaborasi, dan ini membuktikan bahwa gerakan PKK bukan hanya soal kegiatan seremonial semata, melainkan bagian penting dari gerakan perubahan sosial yang mampu menyentuh langsung lapisan paling bawah masyarakat, yakni keluarga, di mana ketahanan pangan yang sejati memang harus dimulai dari rumah sendiri, dan ketika setiap rumah mampu menghasilkan sebagian kebutuhannya sendiri, maka beban ekonomi berkurang, gizi keluarga meningkat, dan ketahanan pangan nasional pun semakin kuat dari fondasi paling dasarnya, dan dalam konteks Kalimantan Barat yang masih memiliki banyak wilayah dengan lahan pekarangan luas namun belum dimanfaatkan optimal, gerakan ini menjadi sangat relevan dan perlu diperluas, terlebih lagi kondisi geografis Kalbar yang beragam memungkinkan pengembangan tanaman pangan lokal yang spesifik dan unggul di tiap daerahnya, mulai dari sayur-sayuran, umbi-umbian, hingga tanaman rempah yang tidak hanya bermanfaat untuk konsumsi harian, tetapi juga berpotensi menjadi produk unggulan lokal yang bisa bersaing di pasar nasional, dan semua itu hanya bisa terwujud jika ada sinergi kuat antara pemerintah, kader PKK, serta seluruh lapisan masyarakat, dan gerakan semacam ini adalah salah satu bentuk nyata dari pembangunan berbasis masyarakat, yang bukan hanya menggugurkan kewajiban program, tetapi menanamkan nilai-nilai kemandirian dan keberlanjutan di setiap keluarga, dan ke depan, program Aku Hatinya PKK yang terintegrasi dengan pola konsumsi B2SA ini diharapkan tidak hanya menjadi kegiatan tahunan atau musiman, tetapi menjadi bagian dari budaya hidup masyarakat Kalimantan Barat, budaya yang mencintai tanahnya sendiri, menghasilkan makanannya sendiri, dan membangun masa depan yang sehat dan berdaulat dari rumahnya sendiri.