Mendobrak Batas: Komitmen Kalbar Mengantar Atlet Disabilitas Menembus Panggung Dunia
Pontianak, Sabtu pagi itu tampak lebih ramai dari biasanya
di GOR Pangsuma. Sorak-sorai semangat terdengar menggema, bukan dari
pertandingan besar, melainkan dari sebuah kegiatan yang penuh makna: Talent
Scouting & Identification NPCI Kalimantan Barat. Namun di balik acara ini,
hadir sebuah harapan besar—bukan hanya bagi para atlet, tetapi juga untuk
seluruh masyarakat Kalbar. Harapan itu disuarakan langsung oleh orang nomor
satu di provinsi ini, Gubernur Kalimantan Barat, Ria Norsan.
Dalam sambutannya yang penuh semangat, Ria Norsan menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat tidak akan tinggal diam dalam mendukung para atlet disabilitas. Ia menyatakan komitmen penuh untuk mendampingi dan memfasilitasi pembinaan serta pengembangan mereka agar mampu bersaing di panggung nasional, bahkan internasional.
“Ini bukan sekadar acara rutin,” ucapnya lantang di hadapan para peserta dan tamu undangan. “Ini adalah tonggak penting dalam perjalanan panjang kita membangun ekosistem olahraga yang inklusif dan berkeadilan.”
Menyibak Tabir Potensi yang Tersembunyi
Kegiatan Talent Scouting ini menjadi semacam "pencari
bakat" bagi para penyandang disabilitas di Kalbar. Di tengah banyaknya
keterbatasan sarana dan stigma sosial yang masih melekat, inisiatif seperti ini
menjadi angin segar. Bagi Ria Norsan, acara ini adalah jembatan yang dapat
menghubungkan potensi tersembunyi dengan panggung-panggung prestasi.
“Kita ingin membuktikan bahwa olahraga bukan hanya milik mereka yang sempurna secara fisik,” ujarnya. “Olahraga adalah milik semua orang, tanpa terkecuali. Dan setiap orang berhak bermimpi, berhak berprestasi.”
Dengan suara yang tegas namun hangat, Gubernur menyampaikan bahwa salah satu tantangan terbesar dalam membangun olahraga disabilitas bukan hanya soal fasilitas atau anggaran, melainkan pemahaman dan penerimaan masyarakat. Banyak yang belum memahami bagaimana kompleksnya proses pembinaan atlet disabilitas, serta betapa besarnya semangat yang mereka miliki.
Namun, Ria Norsan tidak menyerah. Ia menegaskan bahwa saat ini pemerintah telah memiliki payung hukum yang kokoh untuk mendukung pembinaan tersebut. Salah satunya melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan, yang secara eksplisit mengamanatkan pembinaan olahraga inklusif dan berkelanjutan bagi penyandang disabilitas.
Dari Kalbar ke Dunia: Bukti Nyata yang Menginspirasi
Pernyataan Gubernur Kalbar bukan sekadar janji kosong.
Prestasi para atlet disabilitas dari Bumi Khatulistiwa telah nyata mengharumkan
nama daerah, bahkan bangsa, di tingkat internasional. Ia menyebut nama Fauzi
Purwalaksono, atlet asal Kalbar yang tahun 2024 lalu berhasil menembus salah
satu ajang olahraga paling bergengsi di dunia yang digelar di Prancis.
“Prestasi Fauzi adalah simbol perlawanan terhadap segala bentuk keterbatasan,” ujar Ria Norsan dengan nada bangga. “Ia membuktikan bahwa ketika tekad bertemu dengan dukungan yang tepat, batasan hanyalah ilusi.”
Tidak hanya Fauzi, Kalbar juga memiliki sejumlah atlet dari cabang angkat berat dan tenis meja yang berhasil mencetak prestasi di tingkat Asia. Mereka telah menjadi duta-duta kecil dari Kalbar, membawa nama daerah dengan penuh kebanggaan dan martabat.
Menurut Gubernur, keberhasilan para atlet ini harus dijadikan cermin dan sumber motivasi bagi para penyandang disabilitas lainnya. Bahwa mimpi itu bukan hak eksklusif orang tertentu. Bahwa semua orang, siapapun dia, memiliki hak untuk bercita-cita tinggi dan bekerja keras demi meraihnya.
Pemerintah Tak Tinggal Diam
Ria Norsan tidak hanya bicara soal moral dan motivasi. Ia
juga menegaskan bahwa pemerintah siap memberikan dukungan konkrit. Dalam
pidatonya, ia menyampaikan bahwa Pemprov Kalbar akan menyediakan insentif
berupa bonus bagi atlet disabilitas yang berhasil meraih prestasi di berbagai
ajang.
“Kami tidak ingin perjuangan mereka hanya mendapat tepuk tangan,” katanya. “Kami ingin perjuangan mereka juga dihargai secara nyata. Setiap tetes keringat mereka layak dibayar dengan penghargaan dan apresiasi.”
Lebih jauh, ia juga mendorong agar dunia pendidikan dan sektor swasta turut serta dalam membangun sistem pendukung yang lebih luas untuk pembinaan atlet disabilitas. “Kita tidak bisa berjalan sendiri. Semua pihak harus terlibat, mulai dari sekolah, komunitas, perusahaan, hingga media. Ini adalah gerakan bersama.”
Ia menambahkan, pemerintah saat ini sedang merancang skema pembinaan berjenjang yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk NPCI (National Paralympic Committee Indonesia) sebagai mitra utama dalam menyeleksi dan membina atlet.
Menanamkan Rasa Percaya Diri Sejak Dini
Di penghujung pidatonya, Ria Norsan menyampaikan pesan
khusus kepada para atlet yang hadir. Ia mengajak mereka untuk tidak minder,
tidak merasa kecil, dan tidak takut untuk bermimpi besar.
“Lihat diri kalian di cermin dan katakan: saya bisa. Karena memang kalian bisa,” ucapnya penuh semangat. “Tunjukkan kepada dunia bahwa Kalbar punya talenta hebat. Dunia menunggu kalian!”
Pesan ini disambut dengan tepuk tangan riuh para peserta dan penonton. Banyak di antara mereka yang tampak terharu, karena bagi sebagian atlet disabilitas, pengakuan dan semangat seperti ini adalah hal langka yang tidak selalu mereka dapatkan.
Olahraga Sebagai Jalan Kesetaraan
Jika dilihat lebih jauh, komitmen Ria Norsan bukan sekadar
soal olahraga. Ia tengah membangun paradigma baru tentang inklusivitas, tentang
bagaimana masyarakat harus memandang disabilitas bukan sebagai beban, tetapi
sebagai potensi.
Olahraga menjadi alat yang sangat efektif dalam membangun kesetaraan. Melalui prestasi, para atlet disabilitas membuktikan bahwa mereka tidak butuh belas kasihan—mereka butuh kesempatan. Dan ketika kesempatan itu datang, mereka mampu menjawabnya dengan prestasi.
Gubernur berharap bahwa dalam waktu dekat, Kalbar bisa memiliki lebih banyak fasilitas yang ramah disabilitas, baik di bidang olahraga maupun sektor lainnya. Ia juga menginginkan agar NPCI Kalbar menjadi lebih kuat secara kelembagaan dan memiliki sumber daya manusia yang mumpuni untuk membina atlet-atlet muda.
“Jangan tunggu sempurna untuk memulai. Mari mulai, dan sempurnakan di jalan,” katanya menutup pidato, yang langsung disambut dengan standing ovation.
Cerita yang Baru Dimulai
Bagi Kalbar, ini mungkin baru permulaan. Tapi semangat yang
dibangun hari ini, komitmen yang disuarakan dengan lantang oleh pemimpinnya,
dan ketekunan para atlet disabilitas yang tanpa lelah berlatih—semuanya adalah
fondasi yang kuat untuk masa depan yang lebih inklusif.
GOR Pangsuma hari itu tidak hanya menjadi saksi sebuah acara seremonial. Ia menjadi saksi lahirnya tekad kolektif untuk menghapus batas-batas yang selama ini memisahkan mereka yang dianggap “berbeda”. Dan seperti kata Gubernur, batasan itu hanya ada di kepala kita. Ketika kita memilih untuk melihat potensi, bukan kekurangan—itulah saat ketika perubahan sesungguhnya dimulai.
Kalbar sedang membuktikan bahwa inklusivitas bukan hanya slogan, melainkan aksi nyata. Dan siapa tahu, di masa depan, atlet disabilitas dari provinsi ini akan berdiri di podium Olimpiade, membawa medali, dan mengangkat bendera merah putih—sebagai bukti bahwa mimpi memang untuk semua.