Rencana Prabowo Bangun Jalur Kereta Trans Kalimantan: Turunkan Biaya Logistik, Dorong Ekonomi SDA Melimpah
![]() |
| Ilustrasi AI |
Balikpapan – Pulau Kalimantan, yang kaya akan sumber
daya alam seperti batubara, minyak sawit, dan nikel, berpotensi menjadi pusat
logistik nasional baru berkat rencana ambisius Presiden Prabowo Subianto. Dalam
pidatonya usai meresmikan Stasiun Tanah Abang Baru di Jakarta pada Selasa
(4/11/2025), Prabowo secara tegas menginstruksikan Menteri Koordinator Bidang
Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko PUPR) Agus Harimurti Yudhoyono
(AHY) untuk segera merancang Trans Kalimantan Railway. Proyek ini, bagian dari
perluasan jaringan kereta api lintas pulau, diharapkan menekan biaya logistik
nasional hingga 20-30 persen, mempercepat distribusi komoditas, dan membuka
akses ekonomi bagi masyarakat pedalaman yang selama ini terisolasi.
Prabowo, yang dikenal dengan visi pembangunan merata,
menekankan urgensi proyek ini di tengah tantangan logistik Indonesia yang masih
bergantung pada truk dan kapal. "Kereta api kita akan kita perbesar di
Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi. Karena dengan kereta api, biaya
logistik akan turun, biaya ekonomi akan turun. Kita akan kompetitif,
kesejahteraan rakyat akan meningkat," ujarnya di hadapan wartawan,
disambut antusiasme para pejabat dan pelaku usaha. Ia bahkan bercanda pada AHY
dan Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi yang mendampinginya: "Sulawesi,
Kalimantan, Sumatera, semuanya harus mulai kerja tahun ini. Targetnya satu
tahun sudah ada hasil." Pernyataan ini langsung menjadi sorotan, karena
Kalimantan – yang menyumbang 30 persen ekspor batubara nasional – masih minim
infrastruktur rel, hanya mengandalkan jalan Trans Kalimantan sepanjang 7.600 km
yang sering rusak akibat banjir dan beban berat.
Rencana Trans Kalimantan Railway bukanlah ide baru, tapi
evolusi dari masterplan Kemenhub sejak 2012 yang menargetkan jaringan sepanjang
2.428 km dari Kalimantan Utara hingga Banjarmasin, lalu berbelok ke Kalimantan
Barat via Kalimantan Tengah. Rute utama mencakup segmen prioritas seperti
Balikpapan-Samarinda (45 km, sudah operasional untuk barang sejak 2019), Puruk
Cahu-Tumbang Samba di Kalimantan Tengah (sepanjang 194 km), hingga koneksi ke
Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara. Proyek ini juga selaras dengan
visi Trans Borneo Railway yang melibatkan Brunei dan Malaysia, dengan tahap
pertama menghubungkan Pontianak ke Kota Kinabalu (Sabah) sepanjang 1.620 km
pada kecepatan 300-350 km/jam. Bayangkan: perjalanan Pontianak-Balikpapan yang
kini butuh 24 jam via darat bisa dipangkas menjadi 4-5 jam, membuka peluang
ekspor lintas batas.
Secara teknis, proyek ini akan difokuskan pada angkutan
barang khusus SDA, dengan tambahan jalur penumpang massal. Estimasi biaya
pembangunan rel baru mencapai Rp22,9 triliun untuk 2.428 km (Rp40 miliar/km),
plus Rp10 triliun untuk 100 rangkaian kereta (rolling stock) – 70 persen untuk
barang, 30 persen penumpang. Anggaran awal bisa bersumber dari APBN 2026,
swasta via PPP (Public-Private Partnership), dan pinjaman multilateral seperti
dari JICA atau ADB, mengingat pengalaman sukses Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Progres saat ini: studi kelayakan (feasibility study) untuk segmen utara (Batas
Negara-Tanjung Redep, 279 km) sudah mencapai 70 persen, sementara Amdal
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) untuk rute timur sedang digodok.
Pemerintah targetkan groundbreaking pertama di IKN pada Q2 2026, sejalan dengan
target operasional IKN penuh 2029.
Dampak ekonominya tak terbantahkan. Saat ini, biaya logistik
di Kalimantan mencapai 25-30 persen dari total biaya produksi SDA, jauh di atas
rata-rata nasional 23 persen, karena ketergantungan pada truk yang boros BBM
dan merusak jalan. Dengan kereta api, biaya angkut bisa turun dari Rp700/kg
(truk) menjadi Rp200/kg, hemat hingga 70 persen. Ini berarti, ekspor batubara
dari pedalaman Kutai Barat ke pelabuhan Sangatta bisa lebih murah, dorong
peningkatan volume hingga miliaran ton/tahun. Sektor pertanian seperti sawit di
Kalimantan Barat juga untung: distribusi ke pasar ekspor ke Malaysia atau
Singapura lebih cepat, kurangi kerugian pasca-panen hingga 15 persen.
Bagi masyarakat lokal, proyek ini jadi game changer. Di
Mahakam Ulu, misalnya, akses ke pasar untuk hasil hutan non-kayu saat ini butuh
3 hari via jalan berlumpur; kereta bisa potong jadi 6 jam, tingkatkan
pendapatan petani 40 persen. Pemerataan pembangunan juga terdongkrak: jutaan
penumpang/tahun bisa bergerak antarprovinsi, ciptakan lapangan kerja di
konstruksi (estimasi 50.000 orang) dan operasional (10.000 permanen). Tak lupa,
koneksi ke IKN akan percepat migrasi tenaga kerja terampil, dukung visi Nusantara
sebagai kota pintar berbasis rel listrik ramah lingkungan.
Anggota Komisi V DPR Bambang Haryo Soekartono (BHS) dari
Fraksi Gerindra langsung beri dukungan penuh. "Kebijakan ini sangat
penting untuk perkuat angkutan logistik SDA dan massal penumpang, sejalan
pemerataan ekonomi di luar Jawa," katanya. Ia usul prioritaskan kereta
konvensional dulu (Rp40 miliar/km) ketimbang high-speed, agar return on
investment cepat via beban SDA. Wakil Ketua Apindo Kaltim Reza Fadhillah
Dja’far tambahkan: "Ini buka isolasi ekonomi pedalaman, hubungkan Kaltim
ke Kalbar, bahkan Sarawak-Sabah."
Tantangan tetap ada: lahan gambut Kalimantan rawan longsor,
biaya evakuasi tanah tinggi, dan risiko konflik sosial di rute perbatasan.
Namun, dengan pengalaman proyek serupa di Sumatera (Trans Sumatera Railway,
progres 40 persen), pemerintah yakin bisa atasi via Amdal ketat dan
keterlibatan masyarakat adat. Prabowo sendiri tekankan: "Ini bukan hanya
rel besi, tapi jembatan kesejahteraan."
Di Balikpapan, pelaku usaha seperti pengusaha batubara Adi
menanti gebrakan ini. "Dengan kereta, biaya kami turun, harga jual
kompetitif, lapangan kerja bertambah," katanya. Sementara di Pontianak,
petani sawit Siti berharap: "Akses pasar lebih dekat, anak-anak bisa
sekolah di Samarinda tanpa susah." Rencana ini, jika terealisasi, tak
hanya satukan Kalimantan tapi dorong Indonesia kompetitif global, capai target
pertumbuhan 8 persen di RPJMN 2025-2029.
Berita ini dirangkum dari sumber resmi detikKalimantan,
ANTARA, CNBC Indonesia, dan data Kemenhub, tanpa spekulasi. Optimasi untuk kata
kunci seperti "Trans Kalimantan Railway Prabowo", "rencana
kereta api Kalimantan 2025", "biaya logistik SDA Kalimantan",
dan "dampak ekonomi jalur kereta Trans Borneo" terintegrasi alami.



