Museum Kalbar Masuki Era Digital: Koleksi Dipindahkan ke Dunia Maya Melalui Proses Barcode dan Visualisasi Modern
![]() |
| Ilustrasi AI |
Pontianak – Upaya modernisasi dan adaptasi terhadap kemajuan
teknologi kini turut merambah ke dunia kebudayaan di Kalimantan Barat. Kepala
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Provinsi Kalbar, Rita Hastarita,
mengungkapkan bahwa pihaknya tengah melakukan proses digitalisasi menyeluruh
terhadap seluruh koleksi Museum Provinsi Kalimantan Barat. Langkah ini
dilakukan untuk memastikan museum tetap relevan dan mudah diakses di tengah
arus perubahan zaman yang semakin digital.
Saat ditemui di sela-sela kemeriahan Karnaval Gemilang
Budaya Khatulistiwa 2025 di Pontianak, Minggu (10/8/2025), Rita menjelaskan
bahwa proses yang sedang berjalan saat ini melibatkan pemberian barcode
pada semua barang koleksi museum. Barcode ini bukan sekadar label biasa,
melainkan pintu masuk menuju informasi detail tentang setiap artefak, mulai
dari asal-usul, sejarah, hingga nilai budayanya.
“Saat ini kami sedang melakukan proses barcode pada semua
koleksi barang di museum,” jelas Rita. Menurutnya, sistem ini nantinya
memungkinkan pengunjung atau peneliti untuk memindai barcode menggunakan
perangkat pintar, lalu secara otomatis mendapatkan informasi terperinci
mengenai objek tersebut.
Digitalisasi Sebagai Langkah Strategis Menyongsong Masa Depan Museum
Rita menegaskan bahwa digitalisasi bukanlah tren sesaat,
melainkan kebutuhan yang harus segera diadopsi oleh institusi budaya jika ingin
bertahan dan berkembang. Museum, yang selama ini identik dengan kunjungan
fisik, kini dihadapkan pada tantangan untuk memperluas jangkauan informasinya
ke ranah digital.
Ia menambahkan, Museum Kalbar juga sedang melakukan kajian
mendalam untuk memastikan setiap tahap digitalisasi berjalan dengan baik dan
sesuai standar. Proses ini mencakup pembuatan visualisasi digital dari setiap
koleksi, sehingga artefak-artefak berharga dapat dilihat secara detail meskipun
pengunjung berada di tempat yang jauh.
“Jadi, ada visualisasi secara digital untuk barang-barang
yang ada di Museum Kalimantan Barat,” ujar Rita, menandaskan pentingnya
keterbukaan akses informasi di era teknologi.
Kebijakan Nasional Dorong Digitalisasi Warisan Budaya
Upaya digitalisasi yang dilakukan Museum Kalbar sejalan
dengan kebijakan nasional yang ditekankan oleh Menteri Kebudayaan RI, Fadli
Zon. Dalam sebuah agenda di Malang pada Februari lalu, Fadli menegaskan bahwa
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi kini telah memasuki berbagai
sektor, termasuk kebudayaan.
“Budaya digital itu tidak bisa kita hindari. Karena budaya
digital masuk ke semua lini, jadi kita harus bisa beradaptasi di sana,” ujar
Fadli, dikutip dari KBRN Malang.
Menurutnya, adaptasi ini tidak hanya sekadar memindahkan
data atau informasi budaya ke bentuk digital, tetapi juga mengaktualisasikan
nilai-nilai budaya lama agar tetap relevan di tengah kehidupan modern. Hal ini
berarti setiap koleksi warisan budaya, baik berupa artefak, manuskrip, maupun
dokumen sejarah, harus dikelola secara komprehensif dan disajikan dalam format
yang mudah diakses publik.
“Sedang koleksi warisan budaya dilakukan secara
komprehensif. Sehingga orang bisa mengakses secara digital,” tambahnya.
Manfaat Digitalisasi: Dari Akses Lebih Luas hingga Pelestarian Artefak
Digitalisasi koleksi museum membawa banyak manfaat, baik
bagi pengelola maupun pengunjung. Dari sisi pengunjung, digitalisasi
memungkinkan akses informasi kapan saja dan di mana saja. Hal ini sangat
penting bagi pelajar, peneliti, atau wisatawan yang ingin mempelajari budaya
Kalimantan Barat tanpa harus datang langsung ke lokasi.
Sementara itu, bagi pengelola museum, proses ini menjadi
langkah strategis dalam upaya pelestarian. Artefak fisik, terutama yang rapuh
atau berusia ratusan tahun, rentan terhadap kerusakan jika sering disentuh atau
terpapar lingkungan yang tidak stabil. Dengan adanya representasi digital,
museum dapat mengurangi risiko kerusakan fisik sekaligus memperluas peluang
penelitian.
Rita menjelaskan bahwa dalam proses digitalisasi, pihaknya
juga memperhatikan aspek keamanan data. Setiap informasi yang diunggah akan
diverifikasi terlebih dahulu untuk memastikan keakuratannya. Selain itu,
penggunaan teknologi barcode diharapkan dapat mencegah kehilangan atau
penggantian koleksi secara ilegal.
Karnaval Budaya Sebagai Momentum Perkenalan Program Digitalisasi
Menariknya, pengumuman mengenai langkah digitalisasi Museum
Kalbar ini dilakukan bertepatan dengan Karnaval Gemilang Budaya Khatulistiwa
2025. Acara yang dihadiri ribuan masyarakat dan wisatawan ini menjadi ajang
yang tepat untuk memperkenalkan program tersebut kepada publik.
Rita berharap momentum karnaval dapat membangkitkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya dan peran teknologi di
dalamnya. Ia percaya bahwa kolaborasi antara teknologi dan kebudayaan dapat
menjadi formula ampuh untuk menarik minat generasi muda terhadap warisan
budaya.
Dengan adanya barcode dan visualisasi digital, Museum Kalbar
bercita-cita menjadi museum yang dapat diakses tanpa batas geografis. Konsep
ini sejalan dengan tren virtual museum yang mulai berkembang di berbagai
negara, di mana koleksi dapat dijelajahi secara interaktif melalui komputer
atau perangkat seluler.
Dalam jangka panjang, Rita berharap digitalisasi dapat
membuka peluang kerja sama dengan museum-museum lain di dalam dan luar negeri.
Pertukaran data digital antar-museum akan memungkinkan pengayaan informasi
serta pameran virtual lintas negara yang memperluas wawasan publik.
Meski demikian, Rita mengakui bahwa proses digitalisasi
bukanlah pekerjaan mudah. Tantangan terbesar terletak pada ketersediaan sumber
daya manusia yang menguasai teknologi, anggaran yang memadai, dan perangkat
pendukung yang memadai. Namun, ia optimistis bahwa dengan dukungan pemerintah
daerah, kementerian, dan masyarakat, langkah ini akan membuahkan hasil
maksimal.
Ia juga menekankan pentingnya pendidikan publik agar masyarakat memahami bahwa digitalisasi bukan berarti meninggalkan kunjungan fisik ke museum. Sebaliknya, teknologi justru menjadi pintu masuk yang memperkaya pengalaman kunjungan dengan memberikan informasi tambahan yang mungkin sulit disajikan secara fisik di ruang pamer.
Langkah Museum Kalbar memasuki era digital adalah bukti
nyata bahwa pelestarian budaya dapat berjalan seiring dengan kemajuan
teknologi. Proses barcode dan visualisasi digital bukan hanya memperluas akses
informasi, tetapi juga melindungi artefak dari risiko kerusakan fisik.
Dengan dukungan kebijakan nasional, komitmen pemerintah
daerah, dan kesadaran masyarakat, museum dapat berkembang menjadi pusat
pengetahuan yang tak terbatas ruang dan waktu. Sebagaimana diungkapkan Rita
Hastarita, adaptasi ini adalah langkah penting agar museum tetap relevan,
inklusif, dan menjadi kebanggaan Kalimantan Barat di mata dunia.



