Pemprov Kaltim Pangkas Belanja TKD 73 Persen: Kegiatan di Hotel Dihentikan Total, Fokus pada Pelayanan Dasar
![]() |
| Ilustrasi AI |
Oleh: Luigi Iram Rangi
Samarinda – Upaya penghematan anggaran daerah di tengah
ketatnya fiskal nasional kini merambah ke tingkat provinsi. Pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) resmi memangkas belanja Tambahan Kegiatan
Daerah (TKD) sebesar 73 persen dari pagu awal tahun 2025. Keputusan ini
berdampak langsung pada pembatalan berbagai kegiatan non-esensial, termasuk
penyelenggaraan acara di hotel-hotel mewah yang selama ini menjadi andalan
promosi daerah. Langkah tegas ini diambil untuk mengalihkan dana ke pelayanan
publik prioritas, seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur dasar,
sejalan dengan instruksi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terkait
efisiensi anggaran pasca-pandemi dan fluktuasi harga komoditas.
Pengumuman pemangkasan ini disampaikan oleh Gubernur Kaltim,
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dalam rapat koordinasi terbatas dengan para
kepala organisasi perangkat daerah (OPD) di Gedung Gubernur, Samarinda, Kamis
(23/10/2025). AHY menekankan bahwa penghematan ini bukan sekadar pemotongan
angka, melainkan strategi jangka panjang untuk menjaga kestabilan keuangan
daerah di tengah tantangan ekonomi global. "Kita harus bijak mengelola
APBD. TKD yang dipangkas bukan berarti menghentikan pembangunan, tapi memprioritaskan
apa yang benar-benar dibutuhkan rakyat Kaltim," ujar AHY, yang baru
menjabat sejak awal 2025 setelah memenangkan Pilgub 2024.
Menurut data Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(BPKAD) Kaltim, pagu awal TKD tahun 2025 mencapai Rp 1,2 triliun. Setelah
pemangkasan, alokasi tersisa hanya Rp 324 miliar, atau setara dengan
pengurangan Rp 876 miliar. Persentase 73 persen ini termasuk yang terbesar di
antara provinsi-provinsi di Kalimantan, mengalahkan pemangkasan di Kalsel (65
persen) dan Kalteng (68 persen). Dana yang dihemat langsung dialihkan ke
program-program mendesak, seperti percepatan vaksinasi lanjutan, perbaikan
jalan rusak di wilayah pedalaman, dan bantuan sosial untuk keluarga miskin
akibat kenaikan harga BBM.
Salah satu dampak paling terasa adalah penghentian total
kegiatan di hotel. Selama ini, Pemprov Kaltim sering menggelar seminar,
workshop, dan peluncuran program di hotel berbintang untuk meningkatkan citra
daerah sebagai destinasi investasi. Namun, mulai November 2025, semua acara
semacam itu dilarang. "Tidak ada lagi rapat atau kegiatan di hotel. Semua
harus digelar di kantor atau secara virtual. Ini untuk menghemat biaya sewa
ruangan yang bisa mencapai ratusan juta per event," tegas Kepala BPKAD
Kaltim, Hendra Lesmana, dalam kesempatan yang sama. Ia menambahkan bahwa
penghematan dari item ini saja bisa mencapai Rp 150 miliar sepanjang tahun.
Keputusan ini sejalan dengan Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri (Mendagri) Nomor 150 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja Daerah, yang
menekankan pengurangan biaya perjalanan dinas (BDP) dan representasi hingga 50
persen. Di Kaltim, BDP dipangkas 40 persen, sementara biaya operasional
kendaraan dinas (BOKD) turun 30 persen. Total penghematan dari seluruh pos
mencapai Rp 1,5 triliun, yang sebagian besar akan digunakan untuk mendukung
proyek strategis nasional seperti pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Kaltim adalah mitra utama IKN. Dana ini akan membantu infrastruktur
pendukung, seperti jaringan listrik dan air bersih di sekitar Nusantara,"
lanjut AHY.
Latar belakang pemangkasan ini tak lepas dari kondisi
ekonomi Kaltim yang bergantung pada sektor pertambangan dan perkebunan. Harga
batubara yang fluktuatif sepanjang 2025, ditambah penurunan ekspor sawit akibat
regulasi EUDR (European Union Deforestation Regulation), membuat pendapatan
asli daerah (PAD) hanya mencapai 85 persen dari target. "Kita hadapi
defisit Rp 800 miliar di triwulan III. Tanpa efisiensi, APBD bisa jebol,"
ungkap Hendra Lesmana, merujuk laporan keuangan per September 2025.
Tak hanya di tingkat provinsi, instruksi ini juga disebar ke
13 kabupaten/kota di Kaltim. Bupati Kutai Kartanegara, misalnya, sudah
mengonfirmasi pemangkasan serupa sebesar 70 persen, dengan fokus pada bantuan
pendidikan. Sementara Wali Kota Balikpapan menghentikan semua festival budaya
tahunan yang biasa digelar di hotel bintang lima. "Ini ujian bagi kita
semua. Tapi dengan disiplin, Kaltim bisa bangkit lebih kuat," kata AHY,
menambahkan bahwa monitoring ketat akan dilakukan melalui aplikasi e-budgeting
yang baru diluncurkan.
Para pengamat pemerintahan daerah menyambut baik langkah
ini. Dr. Rina Susanti, dosen Ilmu Administrasi Universitas Mulawarman,
Samarinda, menyebut pemangkasan TKD sebagai "langkah progresif yang
mendekatkan birokrasi ke rakyat". "Selama ini, TKD sering
disalahgunakan untuk kegiatan seremonial. Kini, dana bisa langsung ke akar
rumput, seperti posyandu dan irigasi petani," katanya saat dihubungi tim
redaksi. Namun, ia juga mengingatkan potensi resistensi dari pegawai negeri
sipil (PNS) yang terbiasa dengan fasilitas mewah. "Perlu sosialisasi
intensif agar tidak ada keluhan internal yang memperlambat pelayanan."
Di sisi lain, asosiasi hotel di Kaltim seperti PHRI
(Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Kaltim menyatakan kekhawatiran atas
hilangnya pendapatan dari event pemerintah. "Kami paham situasi fiskal,
tapi ini bisa berdampak pada 20 persen occupancy rate di musim rendah,"
ujar Ketua PHRI Kaltim, Budi Santoso. Meski begitu, ia optimistis dengan
potensi pariwisata IKN yang bisa menggantikan kekurangan tersebut. Pemerintah
daerah berjanji akan mencari alternatif, seperti kerjasama dengan swasta untuk
venue gratis atau hybrid event.
Ke depan, Pemprov Kaltim merencanakan audit menyeluruh
terhadap seluruh pos TKD yang tersisa. Target akhir tahun, penghematan mencapai
Rp 2 triliun, dengan 60 persen dialokasikan untuk program anti-kemiskinan. AHY
juga mengajak masyarakat ikut mengawasi melalui portal transparansi APBD online
yang akan di-update bulanan. "Ini bukan akhir dari pembangunan, tapi awal
dari era akuntabel. Bersama, kita wujudkan Kaltim Emas 2040," tutup
gubernur muda itu.
Pemangkasan TKD 73 persen ini menjadi pelajaran berharga
bagi daerah lain di Indonesia. Di era pasca-pandemi, di mana utang negara
mencapai 40 persen PDB, efisiensi seperti ini krusial untuk menjaga daya beli
masyarakat. Bagi pelaku usaha hotel, ini saatnya berinovasi, mungkin dengan
paket virtual meeting atau kolaborasi dengan startup event lokal. Sementara
itu, warga Kaltim diharapkan merasakan manfaat langsung dari pengalihan dana,
seperti peningkatan beasiswa dan layanan kesehatan gratis.
Untuk update terkini seputar pemangkasan TKD Kaltim 2025
dan efisiensi anggaran daerah, pantau terus situs berita regional
terpercaya. Bagaimana pendapat Anda tentang langkah ini? Bagikan di kolom
komentar atau media sosial kami.



