![]() |
| Ilustrasi AI |
Oleh: Luigi Iram Rangi
Tanjung Selor – Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) terus
menunjukkan komitmen kuat dalam mempercepat pembangunan infrastruktur
perbatasan, khususnya di Kabupaten Malinau dan Nunukan yang bersebelahan
langsung dengan Malaysia. Gubernur Kaltara, Zainal Arifin Paliwang, menegaskan
prioritas utama pemerintahannya adalah konektivitas antarwilayah untuk
memperlancar distribusi sembako ke daerah terpencil. Pernyataan ini disampaikan
usai memimpin Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-13 Provinsi Kaltara
di Lapangan Agatis, Tanjung Selor, Sabtu (25/10/2025), yang mengusung tema
“Kolaborasi Menuju Kaltara Maju, Makmur dan Berkelanjutan”.
Tema perayaan tahun ini bukan sekadar jargon, melainkan
blueprint strategis bagi kemajuan Kaltara ke depan. Menggunakan pakaian adat
khas Bulungan yang sarat makna budaya, Gubernur Zainal menekankan bahwa
kolaborasi lintas sektor—mulai dari pemerintah, swasta, hingga
masyarakat—adalah kunci utama. “Insyaallah kita prioritaskan konektivitas antar
wilayah, semoga konektivitas antar wilayah ini dapat segera kita wujudkan.
Sehingga sembako-sembako untuk saudara kita di perbatasan bisa di-drop dari
Malinau,” ujarnya dengan penuh keyakinan. Langkah ini diharapkan tidak hanya
mengatasi kesenjangan logistik, tapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi
masyarakat perbatasan yang selama ini bergantung pada akses terbatas.
Kaltara, sebagai provinsi termuda di Indonesia yang
dimekarkan pada 2012, memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang
perdagangan dengan Brunei Darussalam dan Malaysia. Kabupaten Malinau dan
Nunukan, dengan luas wilayah masing-masing mencapai ribuan kilometer persegi,
sering menghadapi tantangan akses transportasi darat dan sungai yang minim.
Menurut data Dinas Perhubungan Kaltara, hanya 60 persen jalan utama di
perbatasan yang telah beraspal, sementara sisanya masih bergantung pada jalur
kayu atau sungai berarus deras. Percepatan konektivitas yang digelorakan
Gubernur Zainal meliputi proyek jembatan gantung, peningkatan jalan
trans-Malinau-Nunukan, dan integrasi dengan Pos Lintas Batas Negara (PLBN)
seperti di Long Bia dan Long Peso. “Ini bukan hanya soal infrastruktur, tapi
juga pemberdayaan ekonomi. Dengan konektivitas lancar, UMKM lokal bisa
mengekspor hasil hutan non-kayu dan pertanian ke Malaysia,” tambahnya.
Di tengah momentum HUT, Gubernur Zainal juga membagikan
kabar gembira soal stabilitas ekonomi daerah. Inflasi Kaltara berhasil dijaga
di angka 2,1 persen sepanjang 2025, jauh di bawah rata-rata nasional yang
mencapai 2,8 persen menurut Badan Pusat Statistik (BPS). “Alhamdulillah kita di
angka inflasi bisa tetap menjaga di 2,1. Kita akan terus berupaya dengan
menekan berbagai kegiatan, melakukan pasar murah, memberikan bantuan sosial
masyarakat,” katanya. Strategi ini mencakup operasi pasar murah bulanan di 15
kecamatan, subsidi pupuk untuk petani, dan program bansos tunai untuk 50 ribu
keluarga miskin. Hasilnya, harga pangan stabil, dengan indeks harga konsumen
(IHK) beras hanya naik 1,5 persen dibandingkan tahun lalu.
Puncak acara HUT ke-13 adalah peluncuran resmi produk
unggulan lokal “Air Mineral Kaltara di Hati”. Produk kemasan ini, yang
sementara diproduksi di luar provinsi, menjadi simbol potensi sumber daya alam
(SDA) Kaltara yang melimpah. Provinsi ini diberkahi dengan cadangan air tanah
dan sungai bersih yang tak tercemar, berkat tutupan hutan tropis yang mencapai
70 persen wilayahnya. “Mudah-mudah di tahun depan kita bisa memproduksi sendiri
di Kaltara,” ungkap Gubernur Zainal, merujuk rencana pabrik produksi air minum
dalam kemasan (AMDK) yang akan beroperasi pada 2026. Investasi awal proyek ini
mencapai Rp 150 miliar, bekerjasama dengan investor swasta dari Balikpapan, dan
diproyeksikan menciptakan 200 lapangan kerja baru. “Kaltara punya air
berkualitas tinggi, pH-nya netral dan mineral alami. Ini peluang besar untuk
ekspor ke ASEAN,” lanjutnya, sambil mengajak pelaku UMKM bergabung dalam rantai
pasok.
Apresiasi khusus disampaikan kepada pelaku usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM) yang berperan besar dalam menekan inflasi. Sepanjang
2025, penjualan produk lokal seperti madu hutan Malinau dan kerajinan anyaman
Nunukan naik 25 persen, berkat bazar digital yang difasilitasi Dinas Koperasi
dan UKM Kaltara. “UMKM kita telah membantu menekan laju inflasi dengan
meningkatkan penjualan produk lokal,” puji Gubernur. Program ini sejalan dengan
Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI), di mana Kaltara
menargetkan 40 persen APBD dialokasikan untuk pengembangan UMKM. Contoh
suksesnya, kelompok petani di Kecamatan Long Alango yang kini menyuplai sayur
organik ke PLBN, mengurangi impor sembako dari Malaysia hingga 15 persen.
Perayaan HUT kali ini digelar dengan konsep sederhana,
menyesuaikan semangat efisiensi anggaran pasca-pemangkasan TKD nasional. Tanpa
kemewahan berlebih, acara tetap menyisipkan hiburan rakyat melalui penampilan
band dan artis dari ibu kota. “Kita rayakan dengan sederhana, tidak hura-hura.
Tapi bukan berarti tanpa hiburan. Ini bentuk apresiasi bagi masyarakat yang
telah berkontribusi membangun Kaltara,” jelas Gubernur Zainal. Ribuan warga
Tanjung Selor memadati Lapangan Agatis, menikmati parade budaya Dayak dan
Bulungan, serta pameran produk lokal. Biaya acara hanya Rp 5 miliar, turun 40
persen dari tahun sebelumnya, dengan dana dialihkan untuk perbaikan jalan desa.
Refleksi Gubernur Zainal di akhir pidato menyentuh:
perjalanan Kaltara yang baru 13 tahun masih panjang. “Momen hari jadi ke-13,
dirgahayu ke-13 Provinsi Kalimantan Utara. Semoga Allah SWT senantiasa meridai
setiap langkah kita dalam mewujudkan Kalimantan Utara yang semakin Maju,
semakin Makmur dan terus tumbuh secara Berkelanjutan,” pungkasnya. Ia mengajak
seluruh elemen masyarakat untuk menjaga semangat membangun, berkarya, dan
melayani. Di balik euforia perayaan, tantangan tetap ada: deforestasi ilegal di
perbatasan dan ketergantungan pada anggaran pusat yang mencapai 70 persen APBD.
Namun, dengan inflasi terkendali dan inisiatif seperti pabrik AMDK, Kaltara
optimistis mencapai pertumbuhan ekonomi 5,5 persen di 2026.
Langkah Gubernur Zainal ini menjadi inspirasi bagi provinsi
perbatasan lain, seperti Kalbar dan Kaltim, yang juga bergulat dengan isu
konektivitas. Peluncuran “Air Mineral Kaltara di Hati” bukan hanya soal air
minum, tapi simbol kemandirian ekonomi berbasis SDA berkelanjutan. Bagi UMKM,
ini peluang emas untuk naik kelas, sementara warga perbatasan menanti manfaat
nyata dari jalan baru. Di era Prabowo Subianto, Kaltara berharap dukungan pusat
lebih besar untuk proyek transborder seperti kereta api Nunukan-Tarakan.
Semoga HUT ke-13 ini menjadi titik tolak Kaltara menuju
kemakmuran sejati. Pantau terus perkembangan konektivitas perbatasan Kaltara,
inflasi Kaltara 2025, dan peluncuran produk UMKM Kaltara di
portal berita terpercaya. Bagaimana kontribusi Anda dalam membangun Kaltara?
Bagikan cerita di kolom komentar kami.



