Sentra Kuliner Nusantara di IKN: Menyatukan Rasa, Budaya, dan Masa Depan
![]() |
Ilustrasi AI |
Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) terus menunjukkan arah
yang tidak hanya berorientasi pada infrastruktur pemerintahan, tetapi juga pada
penciptaan ruang hidup yang merepresentasikan kekayaan budaya Indonesia. Salah
satu proyek yang kini mulai menarik perhatian publik adalah rencana pembangunan
Sentra Kuliner Nusantara di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) 1A,
Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara. Dengan luas lahan mencapai
12.000 meter persegi, kawasan ini dirancang sebagai ruang publik yang
mengintegrasikan cita rasa kuliner dari seluruh penjuru Nusantara dengan fungsi
sosial, ekonomi, dan budaya yang saling melengkapi.
Kepala Otorita IKN, Basuki, menyampaikan bahwa pembangunan
Sentra Kuliner Nusantara akan dimulai pada kuartal keempat tahun 2025. Ia
menekankan bahwa proyek ini bukan sekadar tempat makan, melainkan sebuah ruang
perjumpaan budaya yang menghadirkan keragaman kuliner Indonesia dalam satu
kawasan terpadu. “Sentra Kuliner Nusantara tidak terbatas pada fasilitas
kuliner saja,” ujar Basuki. Kawasan ini juga akan dilengkapi dengan berbagai
fasilitas pendukung seperti ruang perkantoran, pusat riset, rumah ibadah, dan
sarana komunitas lainnya. Pendekatan ini menunjukkan bahwa IKN tidak hanya
dibangun sebagai pusat administrasi negara, tetapi juga sebagai kota yang hidup
dan berakar pada identitas bangsa.
Lebih dari itu, proyek ini juga menjadi simbol keterlibatan
sektor swasta dalam pembangunan IKN. Otorita IKN telah menandatangani kerja
sama dengan salah satu perusahaan swasta nasional untuk merealisasikan kawasan
kuliner tersebut. Meski detail mengenai nama perusahaan dan nilai investasi
belum diungkapkan, kolaborasi ini menjadi langkah strategis dalam memperkuat
ekosistem ekonomi kreatif di IKN. Kehadiran sektor swasta diharapkan mampu
mempercepat pembangunan sekaligus memperkaya dimensi sosial kota baru ini.
Dalam konteks pembangunan kota yang inklusif, Sentra Kuliner
Nusantara memiliki peran penting sebagai ruang yang memungkinkan interaksi
lintas budaya dan sosial. Kuliner, sebagai ekspresi budaya yang paling mudah
diakses dan dinikmati, dipilih sebagai medium utama untuk membangun koneksi
emosional antara warga dan kota baru yang sedang tumbuh. Di tengah transformasi
besar yang sedang berlangsung, ruang seperti ini menjadi penting untuk menjaga
keseimbangan antara kemajuan dan akar tradisi, antara pembangunan fisik dan
pembangunan jiwa kota.
Kawasan ini juga diharapkan menjadi magnet bagi pelaku usaha
kecil dan menengah dari berbagai daerah. Dengan membuka peluang ekonomi baru,
sentra ini akan memperkenalkan kekayaan kuliner lokal kepada masyarakat luas,
sekaligus memberikan ruang bagi UMKM untuk berkembang di tengah arus urbanisasi
dan modernisasi. Desain kawasan yang mempertimbangkan keberlanjutan dan
kenyamanan akan menjadikan Sentra Kuliner Nusantara sebagai tempat yang tidak
hanya menarik secara visual, tetapi juga fungsional sebagai ruang interaksi dan
rekreasi.
Dalam jangka panjang, proyek ini memiliki potensi besar
untuk menjadi katalisator pengembangan sektor pariwisata di IKN. Wisata kuliner
yang dikemas dengan narasi budaya dan pengalaman autentik dapat menarik
wisatawan domestik maupun internasional. Apalagi jika dikombinasikan dengan
program-program edukatif dan promosi yang melibatkan komunitas lokal, sentra
ini bisa menjadi ikon baru yang memperkuat posisi IKN sebagai kota masa depan
yang berakar pada nilai-nilai tradisional.
Namun, keberhasilan proyek ini tidak hanya bergantung pada
pembangunan fisik semata. Keterlibatan masyarakat, konsistensi pelaksanaan, dan
transparansi dalam pengelolaan menjadi faktor kunci yang harus diperhatikan.
Otorita IKN perlu memastikan bahwa pembangunan tidak hanya berorientasi pada
estetika dan investasi, tetapi juga pada kebermanfaatan sosial dan
keberlanjutan lingkungan. Partisipasi aktif dari komunitas kuliner lokal,
pelaku UMKM, dan pemangku kepentingan lainnya harus menjadi bagian integral dari
proses perencanaan dan implementasi.
Di sisi lain, Sentra Kuliner Nusantara juga memiliki potensi
sebagai ruang edukasi budaya. Dengan menghadirkan ragam kuliner dari Sabang
hingga Merauke, kawasan ini dapat menjadi tempat belajar yang menyenangkan
tentang sejarah, tradisi, dan filosofi di balik setiap hidangan.
Program-program seperti demo masak, kelas kuliner tradisional, dan festival
makanan daerah dapat menjadi bagian dari agenda rutin yang memperkaya
pengalaman pengunjung sekaligus memperkuat identitas budaya bangsa.
Dalam konteks pembangunan kota baru, proyek ini juga menjadi
refleksi dari visi besar IKN: membangun kota yang bukan hanya modern dan
efisien, tetapi juga manusiawi dan berbudaya. Di tengah tantangan globalisasi
dan homogenisasi budaya, Sentra Kuliner Nusantara menjadi upaya konkret untuk
menjaga keberagaman dan memperkuat rasa kebersamaan. Ia bukan hanya tempat
makan—ia adalah ruang perjumpaan, ruang cerita, dan ruang harapan bagi masa
depan yang lebih inklusif dan berwarna.
Jika berhasil diwujudkan sesuai rencana, kawasan ini akan
menjadi bukti bahwa pembangunan IKN tidak melupakan esensi Indonesia sebagai
bangsa yang kaya akan keberagaman dan kebersamaan. Sentra Kuliner Nusantara
akan menjadi simbol bahwa kemajuan tidak harus mengorbankan tradisi, dan bahwa
modernitas dapat berjalan berdampingan dengan kearifan lokal. Ia akan menjadi
ruang di mana warga dari berbagai latar belakang dapat berkumpul, berbagi
cerita, dan menikmati cita rasa Indonesia dalam suasana yang hangat dan penuh
makna.
Dengan luas 12.000 meter persegi, kawasan ini memiliki
kapasitas untuk menampung puluhan hingga ratusan gerai kuliner dari berbagai
daerah. Setiap gerai dapat didesain dengan elemen arsitektur khas daerah
asalnya, menciptakan suasana yang autentik dan memperkaya pengalaman
pengunjung. Ruang terbuka hijau, area duduk yang nyaman, serta fasilitas
pendukung seperti musala dan ruang komunitas akan melengkapi fungsi kawasan
sebagai ruang publik yang ramah dan inklusif.
Pembangunan Sentra Kuliner Nusantara juga dapat menjadi
model bagi kota-kota lain di Indonesia dalam mengintegrasikan fungsi ekonomi,
sosial, dan budaya dalam satu kawasan terpadu. Ia menunjukkan bahwa pembangunan
kota tidak harus melulu soal beton dan jalan raya, tetapi juga soal rasa,
cerita, dan kebersamaan. Ia mengajarkan bahwa kota yang baik adalah kota yang
mampu merangkul warganya, memberi ruang bagi ekspresi budaya, dan membangun
koneksi yang bermakna antarindividu.
Dengan segala potensi dan tantangannya, Sentra Kuliner
Nusantara di KIPP 1A adalah cerminan dari arah baru pembangunan Indonesia:
lebih inklusif, lebih berbudaya, dan lebih manusiawi. Ia adalah ruang di mana
masa depan dan masa lalu bertemu, di mana kemajuan dan tradisi saling
menguatkan, dan di mana cita rasa menjadi jembatan bagi kebersamaan. Dalam
setiap suapan, tersimpan harapan akan kota yang lebih baik, lebih hangat, dan
lebih Indonesia.