Brunei Genjot Produksi Beras, Menuju Swasembada Pangan Nasional
Bandar Seri Begawan — Di tengah tantangan global terkait ketahanan pangan, Brunei Darussalam mengambil langkah strategis untuk memperkuat sektor pertanian domestik, khususnya dalam produksi beras. Pemerintah melalui Kementerian Sumber Daya Primer dan Pariwisata menegaskan komitmennya untuk mencapai swasembada beras sebagai bagian dari visi jangka panjang pembangunan berkelanjutan. Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor, tetapi juga untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional yang lebih mandiri dan resilien.
Dalam sidang Dewan Legislatif yang digelar pada awal Agustus
2025, Menteri Haji Abdul Manaf Metussin menyampaikan bahwa pemerintah telah
memperkenalkan varietas padi unggul yang mampu menghasilkan antara lima hingga
tujuh metrik ton per hektare setiap musim tanam. Varietas ini dikembangkan
melalui riset agrikultur intensif dan telah diuji coba di sejumlah wilayah
pertanian utama di Brunei. Hasilnya menunjukkan peningkatan produktivitas yang
signifikan dibandingkan dengan varietas sebelumnya, yang rata-rata hanya
menghasilkan dua hingga tiga ton per hektare.
“Pemerintah berkomitmen untuk memperkuat sektor pertanian
melalui pendekatan berbasis teknologi, peningkatan kapasitas sumber daya
manusia, dan dukungan infrastruktur yang memadai,” ujar Menteri Abdul Manaf
dalam forum legislatif tersebut. Ia menambahkan bahwa swasembada beras bukan
sekadar target angka, melainkan bagian dari strategi nasional untuk memastikan
keberlanjutan pasokan pangan di tengah dinamika geopolitik dan perubahan iklim.
Sejumlah langkah konkret telah diterapkan untuk mendukung
program ini. Di antaranya adalah peningkatan kesuburan tanah melalui penggunaan
pupuk organik dan teknik pertanian ramah lingkungan, modernisasi sistem irigasi
untuk menjamin distribusi air yang efisien, serta penyempurnaan metode
pascapanen seperti pengeringan dan penyimpanan hasil panen. Pemerintah juga
menyediakan alat pertanian modern bagi petani lokal guna mempercepat proses
budidaya dan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual.
Salah satu inisiatif unggulan yang diluncurkan adalah
program Sekolah Petani Padi (Rice Farmer School), yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial para petani. Program ini
menjadi wadah transfer pengetahuan antara pakar pertanian, akademisi, dan
komunitas lokal. Melalui pelatihan intensif, para petani dibekali dengan
pemahaman tentang teknik budidaya modern, manajemen lahan, serta strategi
pemasaran hasil panen. Pemerintah berharap bahwa dengan peningkatan kapasitas
sumber daya manusia, sektor pertanian dapat menjadi lebih kompetitif dan
berdaya saing tinggi.
Dalam konteks regional, Brunei turut menjajaki peluang kerja
sama lintas negara di kawasan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines
East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA). Kerja sama ini mencakup pertukaran
teknologi pertanian, investasi infrastruktur, dan penguatan jaringan distribusi
pangan. Dengan memanfaatkan potensi kawasan, Brunei berharap dapat memperluas
akses pasar sekaligus memperkuat ketahanan pangan domestik.
Kebijakan swasembada beras ini dinilai sebagai langkah
strategis dalam menghadapi tantangan global, termasuk fluktuasi harga pangan,
gangguan rantai pasok, dan dampak perubahan iklim terhadap produksi pertanian.
Dalam beberapa tahun terakhir, ketergantungan terhadap impor beras telah
menjadi perhatian serius, terutama ketika negara-negara eksportir utama
memberlakukan pembatasan ekspor akibat krisis pangan global. Situasi ini
mendorong Brunei untuk mempercepat transformasi sektor pertanian agar lebih mandiri
dan adaptif.
Di lapangan, para petani menyambut baik kebijakan ini.
Mereka mengakui bahwa dukungan pemerintah dalam bentuk subsidi, pelatihan, dan
penyediaan alat pertanian telah memberikan dampak positif terhadap
produktivitas dan kesejahteraan mereka. Namun, sejumlah tantangan masih harus
diatasi, seperti keterbatasan lahan pertanian, perubahan pola cuaca, dan
kebutuhan akan sistem logistik yang efisien.
Pemerintah menyadari bahwa keberhasilan program swasembada
beras tidak dapat dicapai secara instan. Diperlukan pendekatan holistik yang
mencakup aspek teknis, sosial, dan ekonomi. Oleh karena itu, selain fokus pada
produksi, pemerintah juga mendorong penguatan kelembagaan pertanian,
pembentukan koperasi petani, dan integrasi sektor pertanian dengan industri
pengolahan pangan. Dengan demikian, nilai tambah dari hasil pertanian dapat
dimaksimalkan dan memberikan dampak ekonomi yang lebih luas.
Dalam jangka panjang, Brunei menargetkan untuk tidak hanya
mencapai swasembada beras, tetapi juga menjadi pusat inovasi pertanian di
kawasan Asia Tenggara. Melalui investasi di bidang riset dan pengembangan,
negara ini berharap dapat menciptakan teknologi pertanian yang dapat diadopsi
oleh negara-negara tetangga. Visi ini sejalan dengan semangat regionalisme dan
kerja sama ASEAN dalam menghadapi tantangan global bersama.
Transformasi sektor pertanian Brunei juga mencerminkan
perubahan paradigma pembangunan nasional. Dari negara yang selama ini
mengandalkan sektor energi, kini Brunei mulai menata ulang prioritasnya dengan
menempatkan ketahanan pangan sebagai pilar utama pembangunan berkelanjutan.
Langkah ini menunjukkan bahwa diversifikasi ekonomi bukan hanya pilihan, tetapi
kebutuhan strategis untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.
Dengan dukungan politik yang kuat, partisipasi aktif
masyarakat, dan sinergi lintas sektor, Brunei optimistis bahwa target
swasembada beras dapat tercapai dalam waktu dekat. Lebih dari sekadar angka
produksi, keberhasilan ini akan menjadi simbol kemandirian nasional dan bukti
bahwa negara kecil dengan visi besar mampu menjawab tantangan global dengan
solusi lokal yang cerdas dan berkelanjutan.