Kualitas Adalah Fondasi: Gubernur Kaltim Tegaskan Standar Pembangunan IKN
![]() |
Ilustrasi |
Di tengah gegap gempita pembangunan Ibu Kota Nusantara
(IKN), satu suara dari timur Indonesia menggema dengan tegas: kualitas
konstruksi adalah fondasi utama. Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud, dalam
Forum Jasa Konstruksi se-Kaltim yang digelar di Samarinda, menyampaikan pesan
penting kepada para pelaku industri konstruksi. Ia tidak sekadar bicara soal
pembangunan fisik, tetapi tentang tanggung jawab profesional, akuntabilitas,
dan visi jangka panjang yang harus menyertai setiap proyek di wilayah penyangga
IKN.
Rudy menekankan bahwa pembangunan infrastruktur di
Kalimantan Timur tidak boleh hanya mengejar penyelesaian proyek. Ia menyebut
tiga prinsip utama yang harus menjadi standar: tepat waktu, sesuai anggaran,
dan tepat sasaran. “On time, on budget, on delivery,” ujarnya, menggarisbawahi
bahwa pembangunan yang baik bukan hanya soal kecepatan, tetapi juga soal
ketepatan dan keberlanjutan.
Infrastruktur Fisik: Jalan Menuju Konektivitas Regional
Dalam paparannya, Rudy menyebutkan tiga fokus utama
pembangunan yang akan menjadi tulang punggung Kalimantan Timur sebagai
penyangga IKN. Pilar pertama adalah infrastruktur fisik. Proyek-proyek
strategis seperti penyelesaian jalan di Mahakam Ulu, pembangunan jalan hauling
sepanjang 85 kilometer, dan penguatan konektivitas antarprovinsi menjadi
prioritas. Kaltim tidak hanya membangun untuk dirinya sendiri, tetapi juga
untuk menghubungkan Kalimantan Utara dan Kalimantan Tengah, menciptakan
jaringan mobilitas yang mendukung perputaran ekonomi dan membuka potensi baru,
termasuk sektor pariwisata.
Pembangunan jalan dan jembatan ini bukan sekadar urusan
teknis. Ia adalah simbol dari keterhubungan, dari niat untuk menjadikan
Kalimantan sebagai poros baru pembangunan nasional. Dalam konteks IKN,
konektivitas regional menjadi kunci agar ibu kota baru tidak terisolasi,
melainkan terintegrasi dalam ekosistem ekonomi dan sosial yang lebih luas.
Pilar Digital: Infrastruktur Tak Kasat Mata yang Krusial
Pilar kedua yang disoroti Rudy adalah infrastruktur digital.
Ia mengakui bahwa pembangunan fisik tidak akan optimal tanpa dukungan teknologi
yang mumpuni. Saat ini, masih ada 109 desa di Kalimantan Timur yang belum
teraliri listrik secara memadai, sebagian besar karena kendala akses jalan. Ini
adalah tantangan nyata yang harus diatasi jika Kalimantan ingin menjadi
penyangga yang tangguh bagi IKN.
Digitalisasi bukan hanya soal internet cepat atau jaringan
telekomunikasi. Ia menyangkut efisiensi layanan publik, transparansi
pemerintahan, dan daya saing ekonomi. Dalam era kota pintar, infrastruktur
digital menjadi tulang punggung yang memungkinkan integrasi data, pengelolaan
sumber daya, dan partisipasi masyarakat secara real-time. Kalimantan Timur,
sebagai wilayah penyangga, harus siap menjadi bagian dari ekosistem digital
IKN.
SDM Konstruksi: Tantangan dan Peluang
Pilar ketiga yang menjadi sorotan adalah sumber daya manusia
(SDM). Rudy menyebut bahwa Kalimantan Timur masih kekurangan puluhan ribu
tenaga kerja konstruksi bersertifikat. Ini bukan hanya masalah kapasitas,
tetapi juga kualitas. Ia menyerukan kepada para penyedia jasa konstruksi untuk
meningkatkan kompetensi dan sertifikasi, agar mampu bersaing dan berkontribusi
secara profesional dalam pembangunan IKN dan wilayah sekitarnya.
“Jadilah penyedia jasa yang andal, berkualitas, dan
inovatif, bukan sekadar standar,” tegas Rudy. Seruan ini bukan hanya untuk
perusahaan besar, tetapi juga untuk pelaku usaha lokal dan generasi muda.
Forum-forum kolaborasi seperti yang digelar di Samarinda menjadi ruang penting
untuk membangun sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Dengan
fondasi SDM yang kokoh, Kalimantan Timur dapat menjadi penyangga utama yang
tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga cerdas secara sistemik.
Penyangga yang Tangguh: Bukan Sekadar Geografis
Istilah “penyangga IKN” sering kali dipahami secara
geografis—wilayah yang mengelilingi ibu kota baru dan mendukung logistik serta
mobilitas. Namun, Rudy Mas’ud mengajak semua pihak untuk melihat peran
penyangga secara lebih luas. Ia adalah wilayah yang menopang keberlanjutan,
yang menyediakan tenaga kerja, sumber daya alam, dan stabilitas sosial. Tanpa
kualitas konstruksi yang tinggi, peran ini akan rapuh dan berisiko menimbulkan
ketimpangan.
Kaltim, sebagai provinsi yang menjadi rumah bagi IKN,
memiliki tanggung jawab ganda. Ia harus membangun dirinya sendiri sekaligus
mendukung pembangunan nasional. Dalam konteks ini, kualitas konstruksi bukan
hanya soal teknik, tetapi juga soal etika, visi, dan komitmen terhadap masa
depan.
Menuju Generasi Emas: Visi Jangka Panjang
Rudy menutup pesannya dengan optimisme. Ia percaya bahwa
dengan fondasi yang kokoh, Kalimantan Timur akan menjadi penyangga utama yang
andal bagi IKN dan berkontribusi pada visi Indonesia Emas 2045. Namun,
optimisme ini bukan tanpa syarat. Ia menuntut profesionalisme, inovasi, dan
kolaborasi lintas sektor. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Dunia usaha,
akademisi, dan masyarakat harus terlibat aktif dalam proses pembangunan.
Dalam situasi pembangunan yang kompleks dan dinamis, seruan
Rudy menjadi pengingat penting: bahwa kualitas tidak bisa dikompromikan. Di
tengah tekanan waktu dan tuntutan politik, pembangunan harus tetap berpegang
pada prinsip-prinsip dasar yang menjamin keberlanjutan dan keadilan.
Konstruksi sebagai Cerminan Karakter Bangsa
Pembangunan IKN dan wilayah penyangganya bukan hanya soal
fisik. Ia adalah cerminan dari karakter bangsa—apakah kita membangun dengan
asal jadi, atau dengan penuh tanggung jawab. Seruan Gubernur Kalimantan Timur
tentang kualitas konstruksi adalah ajakan untuk membangun dengan hati, dengan
akal, dan dengan visi. Di tengah gegap gempita proyek nasional, suara dari
Samarinda ini mengingatkan kita bahwa fondasi terbaik bukanlah beton, melainkan
komitmen terhadap mutu dan masa depan.