Dispora Kaltim Perluas Pembinaan Atlet ke Pelosok: Mewujudkan Olahraga yang Merata dan Inklusif
Samarinda, 3 September 2025 — Di tengah semangat pembangunan
yang semakin menjangkau wilayah terpencil, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora)
Kalimantan Timur menunjukkan komitmen kuat untuk memperluas pembinaan atlet
hingga ke daerah-daerah yang selama ini kurang terjangkau. Langkah ini bukan
sekadar program teknis, melainkan bagian dari visi besar untuk menciptakan
ekosistem olahraga yang inklusif, adil, dan merata di seluruh penjuru provinsi.
Dispora Kaltim menyadari bahwa potensi atletik tidak hanya
tumbuh di pusat kota dengan fasilitas lengkap, tetapi juga di desa-desa
terpencil, wilayah terluar, dan daerah yang sulit diakses. Oleh karena itu,
pendekatan pembinaan kini tidak lagi terpusat, melainkan menyebar ke seluruh
wilayah, termasuk kawasan 3T (terpencil, terluar, dan terdepan).
Analis Kebijakan Muda Dispora Kaltim, Sulaiman, menegaskan
bahwa setiap anak muda di Kalimantan Timur berhak mendapatkan kesempatan yang
sama untuk berkembang di dunia olahraga. “Pengembangan olahraga tidak boleh
hanya berfokus di kota besar atau daerah dengan fasilitas lengkap. Kami akan
terus menjangkau daerah-daerah yang sulit diakses agar atlet berbakat di sana
tidak terlewatkan,” ujarnya dengan penuh keyakinan.
Langkah konkret yang diambil Dispora Kaltim mencakup
pelatihan langsung di lokasi dengan fasilitas terbatas. Tim pelatih dan pembina
dikirim ke daerah-daerah yang selama ini minim perhatian, untuk melakukan
identifikasi bakat dan memberikan pelatihan dasar. Selain itu, Dispora juga
membuka opsi untuk memindahkan atlet muda dari daerah terpencil ke pusat
pelatihan yang memiliki sarana lebih memadai, agar mereka dapat berkembang
secara optimal.
“Jika diperlukan, kami siap mengirimkan atlet muda ke tempat
dengan fasilitas yang lebih memadai agar mereka tetap bisa berkembang,” tambah
Sulaiman.
Namun, tantangan geografis bukan hal yang mudah diatasi.
Kalimantan Timur memiliki bentang alam yang luas dan beragam, mulai dari
pegunungan, hutan tropis, hingga wilayah pesisir yang sulit dijangkau.
Transportasi terbatas, minimnya infrastruktur, dan keterbatasan tenaga pelatih
menjadi hambatan nyata dalam pelaksanaan program pembinaan di lapangan.
Meski demikian, Dispora Kaltim tetap optimis. Dengan kerja
sama yang solid bersama pemerintah kabupaten/kota dan cabang olahraga (cabor),
peluang mencetak atlet berprestasi dari daerah terpencil tetap terbuka lebar.
Koordinasi lintas sektor menjadi kunci dalam mempercepat pencarian dan
pembinaan atlet berbakat.
“Kami akan terus berkoordinasi dengan kabupaten, kota, dan
berbagai cabang olahraga untuk mempercepat pencarian dan pembinaan atlet
berbakat,” tegas Sulaiman.
Dispora Kaltim juga menekankan pentingnya pendekatan yang
humanis dan kontekstual. Pembinaan atlet tidak hanya soal teknik dan fisik,
tetapi juga soal membangun kepercayaan diri, motivasi, dan rasa bangga terhadap
identitas lokal. Dalam banyak kasus, anak-anak muda di daerah terpencil
memiliki semangat luar biasa, namun kurang akses terhadap pelatih, sarana, dan
kompetisi.
Dengan strategi ini, Dispora berharap dapat melahirkan
generasi atlet baru yang berasal dari berbagai latar belakang, bukan hanya dari
pusat kota. Atlet-atlet dari daerah yang selama ini kurang terjangkau juga
diharapkan bisa menapaki karier profesional, membawa nama daerah sekaligus
mengharumkan Kalimantan Timur di kancah nasional maupun internasional.
“Dengan pendekatan pembinaan yang tepat, potensi atlet di
daerah terpencil akan terus tumbuh. Setiap anak muda di Kaltim, tanpa
terkecuali, berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berprestasi,” pungkas
Sulaiman.
Langkah ini juga sejalan dengan semangat desentralisasi
pembangunan olahraga yang digalakkan oleh pemerintah pusat. Dalam konteks
pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang berada di wilayah Kaltim, pemerataan
akses terhadap pembinaan olahraga menjadi bagian penting dari transformasi
sosial dan ekonomi yang lebih luas.
Dispora Kaltim tidak hanya fokus pada cabang olahraga
populer seperti sepak bola dan bulu tangkis, tetapi juga mulai menjajaki
potensi lokal seperti pencak silat, panjat tebing, dan olahraga tradisional
yang memiliki akar budaya kuat di masyarakat. Pendekatan ini bertujuan untuk
membangun identitas olahraga daerah yang khas dan berdaya saing.
Selain itu, Dispora juga mendorong keterlibatan komunitas
lokal, sekolah, dan tokoh masyarakat dalam proses pembinaan. Dengan membangun
ekosistem yang partisipatif, pembinaan atlet tidak lagi menjadi urusan
pemerintah semata, tetapi menjadi gerakan kolektif yang melibatkan seluruh
elemen masyarakat.
Dalam jangka panjang, Dispora Kaltim menargetkan
terbentuknya pusat-pusat pembinaan olahraga di setiap kabupaten/kota, termasuk
di wilayah perbatasan dan pedalaman. Pusat-pusat ini akan menjadi tempat
pelatihan, kompetisi lokal, dan pengembangan karakter atlet muda. Dengan
dukungan anggaran yang berkelanjutan dan kemitraan strategis, cita-cita ini
diyakini dapat terwujud.
Program pembinaan atlet hingga ke daerah terpencil juga
memiliki dampak sosial yang lebih luas. Ia membuka ruang bagi anak-anak muda
untuk bermimpi, berprestasi, dan keluar dari lingkaran keterbatasan. Dalam
banyak kasus, olahraga menjadi jalan keluar dari kemiskinan, keterasingan, dan
minimnya akses pendidikan.
Dengan semangat inklusif dan keberpihakan terhadap daerah
tertinggal, Dispora Kaltim menunjukkan bahwa pembangunan olahraga bukan hanya
soal medali, tetapi soal keadilan, harapan, dan masa depan generasi muda. Di
tengah tantangan geografis dan keterbatasan fasilitas, komitmen ini menjadi
cahaya bagi anak-anak muda yang selama ini berada di pinggiran.