Bulog Kalbar Jamin Stok Beras Aman Hingga Akhir Tahun: 28 Ribu Ton SPHP Siap Disalurkan Bertahap

Ilustrasi AI

Kalimantan Barat (Kalbar) kembali mendapat angin segar di tengah kegelisahan masyarakat soal ketersediaan bahan pokok, khususnya beras. Perum Bulog Kantor Wilayah (Kanwil) Kalimantan Barat memastikan, stok beras untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di wilayah ini dipastikan aman hingga penghujung tahun 2025. Jaminan ini diungkapkan langsung oleh Pimpinan Bulog Kanwil Kalbar, Dedi Aprilyadi, dalam pernyataan terbarunya yang sekaligus mematahkan kekhawatiran publik terkait potensi krisis beras.

Dedi menyebut, pemerintah pusat telah menyiapkan cadangan beras SPHP secara nasional sebanyak 1,3 juta ton yang akan didistribusikan secara bertahap ke seluruh penjuru negeri. Dari total tersebut, Kalbar mendapatkan jatah alokasi sebesar 28.222 ton yang penyalurannya akan dibagi ke dalam beberapa tahap hingga Desember mendatang.

“Untuk wilayah Kalimantan Barat, alokasi SPHP kita tahun ini sebesar 28.222 ton. Dari jumlah itu, saat ini kami sudah menyalurkan sekitar 539 ton 790 kilogram, atau setara dengan 1,91 persen dari target yang ditetapkan. Penyaluran ini tentu saja akan terus kami percepat sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan situasi di lapangan,” ungkap Dedi.

Bulog Kanwil Kalbar sendiri kini mengantongi cadangan stok sebesar 20 ribu ton beras yang tersimpan rapi di gudang-gudang mereka. Menurut Dedi, jumlah tersebut terbilang lebih dari cukup untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan masyarakat, setidaknya untuk beberapa bulan ke depan.

“Stok kita di gudang saat ini ada 20 ribu ton, dan itu jumlah yang sangat aman. Setiap hari kita lakukan gelontoran ke berbagai titik distribusi agar masyarakat bisa memperoleh beras dengan harga terjangkau. Jadi tidak perlu khawatir soal ketersediaan. Kami pastikan pasokan tetap terjaga dengan baik,” tegasnya.

Skema Penyaluran Beras SPHP: Berlapis dan Terintegrasi

Dalam rangka memastikan program SPHP berjalan efektif, Bulog Kalbar menerapkan berbagai skema distribusi yang bersifat masif namun tetap terkontrol. Dedi menjelaskan, pendistribusian beras SPHP di Kalbar dilakukan melalui jalur yang telah disiapkan bersama dengan berbagai mitra strategis. Salah satu yang menjadi ujung tombak adalah jaringan Rumah Pangan Kita (RPK) yang tersebar di pasar-pasar tradisional.

Selain itu, Bulog juga menggandeng pemerintah daerah dalam kegiatan Gerakan Pangan Murah (GPM), yang kerap digelar di pusat-pusat keramaian sebagai langkah penetrasi pasar. Skema lainnya termasuk penyaluran melalui kios-kios pangan milik pemda, Koperasi Desa Merah Putih, hingga kolaborasi dengan institusi TNI dan Polri.

“Penyaluran yang kami lakukan ini memang tidak hanya mengandalkan satu jalur saja. Kami bekerja sama dengan TNI, dan dalam waktu dekat, Polri juga akan terlibat dalam mendukung distribusi beras SPHP ini. Jadi kami benar-benar memastikan bahwa beras sampai ke tangan masyarakat dengan harga yang tetap stabil,” jelas Dedi.

Menurutnya, pola distribusi ini bukan hanya untuk menjaga harga agar tetap terjangkau, tetapi juga bagian dari upaya memastikan ketahanan pangan di Kalbar tetap kokoh. Terlebih, situasi harga beras yang sempat melambung tinggi beberapa waktu lalu menjadi pelajaran penting agar program SPHP benar-benar menyentuh lapisan masyarakat bawah yang paling terdampak.

Suplai Lintas Daerah Siap Digencarkan Bila Dibutuhkan

Meski stok di gudang Bulog Kalbar saat ini berada dalam posisi aman, Dedi juga tidak menutup kemungkinan melakukan suplai dari daerah lain apabila sewaktu-waktu cadangan di Kalbar mengalami penurunan signifikan. Jawa dan Sulawesi disebut sebagai dua wilayah yang disiapkan sebagai pemasok tambahan.

“Kalau misalnya stok di Kalbar mulai menipis, kami sudah siapkan skenario suplai dari luar daerah, terutama dari Jawa atau Sulawesi yang memang menjadi pusat pengadaan Bulog. Jadi kami sudah sangat siap dengan segala kemungkinan yang terjadi di lapangan,” papar Dedi.

Ia menambahkan, mekanisme suplai lintas daerah ini adalah bagian dari strategi nasional yang telah disusun Bulog untuk menjamin distribusi beras SPHP di seluruh wilayah Indonesia tetap lancar. Dengan begitu, gejolak harga maupun kekhawatiran kelangkaan dapat diredam sedini mungkin.

Empat Bulan Vakum, Kini SPHP Kembali Bergulir

Tidak dapat dimungkiri, program SPHP di Kalbar sempat mengalami jeda penyaluran selama hampir empat bulan. Kondisi tersebut sempat memicu kekhawatiran masyarakat mengingat harga beras yang terus merangkak naik di pasaran. Namun, dengan digelontorkannya kembali SPHP oleh Bulog, masyarakat Kalbar kini bisa kembali bernafas lega.

“Kemarin memang sempat ada vakum penyaluran selama empat bulan. Tapi sekarang kita sudah mulai lagi dan akan terus konsisten menjaga distribusi sampai akhir tahun. Masyarakat harus tahu bahwa mereka tetap bisa mendapatkan beras dengan harga stabil melalui program SPHP ini,” jelas Dedi.

Kembalinya SPHP di Kalbar menjadi salah satu instrumen penting dalam meredam inflasi harga beras yang sempat mengganggu stabilitas ekonomi rumah tangga. Pasalnya, kenaikan harga beras bukan hanya berdampak pada sektor perdagangan, tetapi juga memukul daya beli masyarakat, terutama di wilayah dengan perekonomian menengah ke bawah.

Bulog Kalbar Tegaskan Komitmen: Tidak Ada Kompromi untuk Ketersediaan Pangan

Lebih lanjut, Dedi menegaskan bahwa komitmen Bulog dalam menjaga ketersediaan pangan, khususnya beras, tidak akan pernah goyah. Seluruh sumber daya dan infrastruktur yang dimiliki Bulog akan dikerahkan maksimal untuk memastikan bahwa setiap warga di Kalbar mendapatkan hak mereka atas akses pangan yang berkualitas dan terjangkau.

“Kami tidak akan kompromi soal pangan. Ini adalah kebutuhan pokok masyarakat yang menjadi prioritas utama. Bulog akan terus bergerak dan berkoordinasi dengan semua pihak, baik pusat maupun daerah, untuk memastikan tidak ada celah dalam rantai distribusi yang bisa mengganggu kestabilan harga maupun ketersediaan stok,” tegasnya.

Ia juga menambahkan bahwa upaya menjaga kestabilan harga beras bukan hanya tanggung jawab Bulog semata, tetapi butuh sinergi dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, aparat penegak hukum, serta peran aktif masyarakat.

Masyarakat Diminta Bijak dalam Konsumsi dan Tidak Panik Beli

Melihat dinamika di lapangan, Dedi mengimbau masyarakat Kalbar untuk tetap tenang dan tidak melakukan aksi borong beras secara berlebihan yang justru bisa memicu panic buying. Menurutnya, langkah seperti itu hanya akan memperkeruh situasi dan membuka peluang terjadinya kelangkaan buatan di pasaran.

“Kami minta masyarakat tidak panik, tidak perlu borong beras dalam jumlah besar karena stok di gudang Bulog mencukupi. Kami akan terus gelontorkan secara rutin, dan suplai dari daerah lain juga sudah kami siapkan apabila diperlukan. Jadi, belilah sesuai kebutuhan,” imbau Dedi.

Mendorong Ekosistem Pangan yang Kuat di Kalbar

Ke depan, Bulog Kanwil Kalbar juga akan fokus memperkuat ekosistem pangan yang berbasis pada sinergi antara produsen, distributor, dan konsumen. Program SPHP hanya salah satu dari banyak strategi yang disiapkan Bulog untuk memastikan ketahanan pangan di Kalbar tidak bergantung sepenuhnya pada situasi nasional.

“Kami ingin mendorong ekosistem pangan yang sehat dan kuat di Kalbar. Tidak hanya bergantung pada suplai dari luar, tapi juga mendorong peran serta petani lokal, koperasi, dan pelaku usaha di sektor pangan agar bisa ikut serta dalam menjaga kestabilan pasokan dan harga,” pungkas Dedi.

Dengan segala strategi yang telah disiapkan dan langkah antisipatif yang terus dilakukan, Bulog Kanwil Kalbar optimis masyarakat tidak perlu cemas menghadapi sisa tahun ini. Stok beras SPHP yang aman hingga Desember menjadi modal besar bagi Kalbar untuk melewati tantangan pangan dengan kepala tegak.