Putra-Putri Kalimantan Ambil Peran Strategis Bangun IKN: Otorita Tegaskan Komitmen pada Semangat Indonesia-Sentris
Dalam geliat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang kian
masif di jantung Pulau Kalimantan, Otorita IKN menegaskan komitmen mereka untuk
menjadikan putra-putri daerah sebagai subjek utama, bukan sekadar penonton
dalam transformasi peradaban bangsa ini. Kepala Otorita IKN, Basuki
Hadimuljono, secara terbuka menyampaikan bahwa ruang dan kepercayaan telah
diberikan secara proporsional kepada warga lokal Kalimantan agar ikut serta
dalam membangun dan mengelola ibu kota negara baru yang secara geografis mencakup
wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
“Putra-putri daerah diberikan peran dalam membangun dan mengelola ibu kota
negara baru,” ujarnya saat ditemui di Sepaku, Kamis, dalam suasana penuh
semangat membangun yang mencerminkan optimisme masa depan. Ungkapan ini bukan
sebatas retorika belaka, melainkan telah terefleksi dalam fakta perekrutan
calon aparatur sipil negara (CASN) Otorita IKN angkatan pertama yang
menunjukkan bahwa 30 persen atau sekitar 181 orang dari total 574 CASN berasal
dari Pulau Kalimantan. Ini menjadi bukti nyata bahwa IKN tidak dibangun sebagai
proyek elite yang terpusat di Pulau Jawa, melainkan menjadi panggung kolaborasi
nasional dengan semangat desentralisasi yang konkret.
Dari proses seleksi yang dimulai pada 19 Agustus 2024, sebanyak 582 orang berhasil lolos, meski delapan di antaranya kemudian memilih mengundurkan diri. Saat ini, 574 CASN Otorita IKN terdiri atas 328 laki-laki dan 247 perempuan yang telah menjalani pendidikan serta pelatihan bela negara. Mereka tidak hanya dibentuk untuk memahami peran birokrasi dalam pemerintahan baru, tetapi juga digembleng dengan nilai-nilai perjuangan dan semangat pengabdian yang menjadi pondasi etos kerja IKN. Ini sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo dalam membangun IKN sebagai simbol peradaban baru Indonesia yang tidak lagi bertumpu pada dominasi pusat, tetapi mengusung semangat Indonesia-sentris. Proporsi peserta dari Kalimantan yang mencapai 31,5 persen pun melengkapi keberagaman peserta lainnya dari Papua, Maluku, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, serta Pulau Jawa. Komposisi ini menunjukkan bahwa IKN dibangun oleh seluruh anak bangsa, dari ujung barat hingga timur Nusantara, dengan latar belakang yang beragam namun bersatu dalam satu cita-cita: menciptakan pemerintahan yang adil, modern, dan inklusif.
Basuki juga menyampaikan bahwa keberagaman ini adalah kekuatan, bukan hambatan. Justru dengan merangkul seluruh identitas kebangsaan, Otorita IKN dapat menjadi institusi pemerintahan baru yang lepas dari gaya birokrasi lama yang kerap identik dengan keterlambatan pelayanan, ketertutupan informasi, dan hierarki yang kaku. “Seluruh CASN Otorita IKN diingatkan untuk selalu menjaga integritas dan semangat pelayanan publik,” tegasnya, sembari berharap bahwa angkatan pertama ini dapat menjadi pionir ASN masa depan: profesional, bersih, dan mampu melayani publik dengan cepat, efisien, serta penuh empati. Seluruh CASN ini nantinya akan ditempatkan di rumah susun ASN yang telah disiapkan di kawasan IKN, dan akan bekerja berdampingan dengan para pegawai Otorita lama agar tercipta transfer semangat, pemahaman, serta terbangun kolaborasi lintas generasi. Langkah ini juga merupakan bagian dari strategi pengelolaan SDM yang berkelanjutan, karena dalam fase transisi seperti ini, penting untuk menyatukan semangat idealisme generasi baru dengan pengalaman praktis generasi sebelumnya.
Keputusan memberikan porsi signifikan kepada putra-putri Kalimantan dalam pembangunan IKN bukanlah hadiah, tetapi pengakuan atas hak dan kapasitas lokal. Warga Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur, yang selama ini menjadi tuan rumah proyek-proyek besar nasional seperti tambang batu bara, perkebunan kelapa sawit, hingga kawasan industri energi, kini diberi ruang untuk berada di depan dalam membentuk struktur pemerintahan baru. Ini menjadi koreksi sejarah yang adil, setelah selama puluhan tahun mereka hanya menjadi penonton pembangunan dengan manfaat langsung yang terbatas. Kini, IKN memberi panggung kepada generasi baru Kalimantan untuk unjuk kemampuan, menjadi pengambil keputusan, dan membawa nilai-nilai kearifan lokal ke dalam praktik pemerintahan modern. Lebih jauh lagi, kehadiran mereka dalam tubuh ASN Otorita IKN diyakini dapat memperkuat legitimasi sosial dan politik pembangunan ibu kota baru ini, karena partisipasi lokal adalah kunci keberhasilan jangka panjang dari proyek sebesar IKN.
Dalam konteks yang lebih luas, langkah ini juga merupakan bentuk perwujudan nyata dari agenda pemerataan pembangunan yang selama ini menjadi isu sensitif dalam narasi kebangsaan. Ketimpangan pembangunan antara pusat dan daerah, antara barat dan timur Indonesia, telah menjadi masalah klasik yang diwarisi sejak masa kolonial hingga kini. Oleh karena itu, menjadikan warga Kalimantan sebagai aktor utama dalam pembangunan IKN bukan hanya keputusan administratif, tetapi keputusan politik yang mencerminkan arah baru pembangunan nasional yang lebih adil dan berimbang. Dan jika sukses, ini bisa menjadi model bagi reformasi birokrasi di seluruh Indonesia – membuktikan bahwa birokrasi yang inklusif dan berbasis nilai lokal bukan hanya mungkin, tapi justru lebih adaptif, responsif, dan memiliki akar yang kuat di tengah masyarakat.
Keberhasilan pembangunan IKN tidak hanya ditentukan oleh kemegahan infrastruktur, tetapi juga oleh kualitas manusia yang menjalankannya. Dan di sinilah CASN Otorita IKN angkatan pertama memainkan peran vital. Mereka bukan hanya ASN biasa, melainkan simbol dari sebuah harapan, bahwa di atas lahan yang dulunya hutan dan perkebunan ini akan tumbuh pemerintahan baru yang benar-benar mencerminkan semangat reformasi: bersih, melayani, transparan, dan inklusif. Dengan penekanan pada integritas, pelayanan publik, dan nilai-nilai bela negara, angkatan pertama ini diharapkan tidak membawa mentalitas birokrasi lama, tetapi menjadi agen perubahan di tubuh pemerintahan, yang membawa semangat kolaboratif, inovatif, serta berbasis teknologi digital – sesuai dengan visi IKN sebagai smart city dan pusat pemerintahan berstandar dunia.
Dalam waktu dekat, proses adaptasi dan integrasi antara CASN baru dengan lingkungan kerja di IKN akan menjadi tantangan tersendiri. Namun, dengan bekal pelatihan yang telah diberikan serta semangat membangun Indonesia dari Timur, ada optimisme tinggi bahwa mereka akan mampu menjawab tantangan tersebut. Kolaborasi antara pegawai lama dan pegawai baru pun akan menciptakan ekosistem kerja yang saling melengkapi, di mana semangat muda bertemu pengalaman, idealisme bertemu pragmatisme, dan semua bergerak dalam satu irama: membangun ibu kota untuk semua, bukan untuk segelintir. Harapan pun menggantung tinggi pada pundak mereka, bahwa dalam beberapa tahun ke depan, wajah birokrasi IKN akan menjadi cerminan terbaik dari reformasi yang selama ini kita dambakan – bukan hanya di Kalimantan, tetapi untuk seluruh Indonesia.