Gedung Hijau Cerdas IKN Telah Berdiri Megah, Tapi Biaya Pemeliharaannya Miliaran: Tahap Baru Ibu Kota Nusantara Dimulai

  

Ilustrasi AI

Sepaku, Kalimantan Timur — Angin baru berembus dari jantung Kalimantan. Sejak dicanangkan pada 2019, Ibu Kota Nusantara (IKN) perlahan namun pasti telah menjelma dari wacana menjadi wujud nyata. Kini, setelah melewati tiga tahun proses konstruksi intensif dari 2022 hingga 2024, fase pertama pembangunan IKN resmi rampung seratus persen. Tapi peralihan ini tidak berarti pekerjaan selesai. Justru inilah permulaan babak baru: fase operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah berdiri. Dan untuk itu, Otorita IKN harus siap menggelontorkan anggaran pemeliharaan dengan nilai yang tidak main-main — berkisar antara Rp 200 miliar hingga Rp 300 miliar.

Tahap awal pembangunan ini bukan hanya tentang membangun gedung, tetapi tentang mewujudkan visi. Seluruh infrastruktur yang telah selesai, menurut Plt. Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Otorita IKN, Danis Hidayat Sumadilaga, telah memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. Gedung-gedung utama di kawasan inti pusat pemerintahan berdiri dengan konsep masa depan, memadukan efisiensi, keberlanjutan, dan kecanggihan teknologi.

“Bangunan yang saat ini terbangun sudah dirasa memiliki kualitas yang cukup baik, mengingat selama pembangunan juga terdapat tim supervisi/manajemen konstruksi yang membantu memastikan kualitas infrastruktur terbangun pada setiap prosesnya,” terang Danis, Kamis (3/7/2025).

Pernyataan ini menandai tidak hanya berakhirnya fase konstruksi, tetapi juga kesiapan IKN untuk mulai berdenyut sebagai kota yang berfungsi. Namun, menjaga kota futuristik tetap berjalan bukan urusan sepele. IKN kini harus siap mengelola bukan hanya batu dan beton, tetapi sistem yang hidup dan kompleks, yang harus terus dirawat agar sesuai dengan visi besarnya: menjadi kota cerdas, hijau, dan berkelanjutan.

 

Dari Gedung Hijau ke Kota Cerdas

Salah satu ciri menonjol dari bangunan di IKN adalah penerapan konsep Bangunan Gedung Hijau (BGH) dan Bangunan Gedung Cerdas (BGC). Ini bukan sekadar label keren — tapi prinsip yang menjadi fondasi sejak tahap perencanaan hingga konstruksi.

Konsep BGH mengedepankan efisiensi energi dan air, penggunaan material ramah lingkungan, serta pemanfaatan energi terbarukan. Di sejumlah gedung, panel surya terpasang di atap, menyerap sinar matahari Kalimantan yang melimpah untuk dikonversi menjadi listrik. Air hujan tidak langsung dialirkan ke drainase, tetapi ditampung dan dimurnikan kembali melalui sistem daur ulang air yang terintegrasi.

Sementara itu, BGC adalah pendekatan yang lebih teknologis. Seluruh gedung dilengkapi dengan sensor otomatis, pengendali suhu ruangan cerdas, sistem pencahayaan hemat energi berbasis IoT, dan sistem keamanan yang dapat dipantau secara real-time. Contoh nyata bisa dilihat di Kantor Otorita IKN yang telah dilengkapi pengendalian energi pintar, menjadikannya model perkantoran masa depan yang tidak hanya nyaman, tapi juga efisien.

Kombinasi BGH dan BGC menjadikan IKN tidak hanya kota untuk dihuni, tapi kota yang berpikir dan merespons. Kota yang tahu kapan harus menghemat, kapan harus beradaptasi — seperti organisme hidup.

 

Serah Terima Bertahap dan Terstruktur

Pembangunan infrastruktur IKN tidak berakhir di hari pemancangan terakhir. Setelah konstruksi selesai, dilanjutkan dengan tahap Provisional Hand Over (PHO) — proses serah terima sementara antara kontraktor dan pemilik proyek, dalam hal ini pemerintah. Dalam tahap ini, semua spesifikasi dicek ulang: dari kekuatan struktur, kualitas material, sistem listrik, hingga detail interior.

Setelah semua dinyatakan sesuai, barulah masuk tahap Berita Acara Serah Terima Operasional (BASTO), yang berarti gedung atau fasilitas tersebut resmi masuk ke dalam tanggung jawab pengelolaan Otorita IKN. Proses ini memastikan tidak ada aset yang ‘dibiarkan begitu saja’ tanpa kontrol dan dokumentasi yang rapi.

Tahapan ini penting karena kelak akan menentukan jalannya manajemen kota. Di kota cerdas seperti IKN, setiap gedung bukan hanya ruang fisik, tetapi juga simpul data, energi, dan fungsi sosial.

 

Biaya Jumbo untuk Kota Raksasa

Kini, IKN menghadapi tantangan baru — menjaga kota tetap hidup. Danis menjelaskan bahwa biaya pengelolaan seluruh aset tahun ini diproyeksikan antara Rp 200 miliar hingga Rp 300 miliar. Anggaran ini akan digunakan untuk operasionalisasi, pemeliharaan berkala, dan perbaikan ringan terhadap seluruh infrastruktur yang telah dibangun.

“Angka ini bukan hanya untuk satu jenis gedung, tapi mencakup seluruh sistem kota yang sudah mulai diaktifkan,” jelasnya.

Adapun aset yang dikelola meliputi:

  • Gedung dan Kawasan Kantor Kemenko: Termasuk area perkantoran utama untuk kementerian-kementerian yang akan berpindah ke IKN secara bertahap.
  • Hunian ASN: Rumah susun dan kompleks perumahan yang telah dibangun untuk aparatur sipil negara yang akan menjadi penghuni awal kota ini.
  • Ruang Terbuka Hijau (RTH): Taman-taman dan ruang publik yang menjadi elemen vital dalam menjaga kualitas hidup dan keseimbangan ekologi kota.
  • Jalan dan Infrastruktur Transportasi: Jalan utama, akses antar kawasan, dan infrastruktur mobilitas berkelanjutan seperti jalur pejalan kaki dan sepeda.
  • Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM): Fasilitas air bersih dengan sistem pengolahan terpadu.
  • Sistem Persampahan dan Sanitasi: Termasuk sistem pemilahan sampah dari sumber, tempat pengolahan terpadu, dan jalur distribusi limbah yang sudah terencana dengan matang.

 

Setiap aset memiliki Project Officer tersendiri dari Otorita IKN, yang bertanggung jawab atas pengelolaan, dokumentasi, dan koordinasi operasional. Di samping itu, IKN juga menggandeng pihak ketiga sebagai penyedia jasa pemeliharaan profesional, agar kualitas layanan tetap konsisten dan efisien.

 

Kota yang Harus “Dihidupkan”

Membangun kota bisa selesai dalam hitungan tahun, tetapi menghidupkannya membutuhkan proses yang lebih panjang dan teliti. Infrastruktur boleh megah, tapi tanpa pengelolaan yang cerdas dan berkelanjutan, semua akan cepat usang. Di sinilah pentingnya fase operasional — menjaga fungsi, memperpanjang usia aset, dan memastikan keberlanjutan.

IKN tidak ingin mengulang kesalahan banyak proyek raksasa yang hanya indah di awal. Maka dari itu, pemeliharaan dilakukan dengan pendekatan preventif, bukan sekadar reaktif. Teknologi sensor pada gedung-gedung pintar memungkinkan deteksi dini kerusakan atau keausan, sehingga perawatan dapat dilakukan sebelum menjadi masalah besar.

 

Menuju Kota yang Berfungsi, Bukan Sekadar Berdiri

Dengan rampungnya Tahap I, IKN kini memasuki fase “fungsi”, bukan hanya “ada”. Kota ini harus mulai bekerja — lampu jalan harus menyala otomatis saat matahari tenggelam, air bersih harus mengalir ke setiap hunian ASN, taman harus terpelihara agar tetap rindang, dan sistem persampahan harus aktif sejak hari pertama.

Langkah ini juga mengirimkan sinyal kepada investor, warga calon penghuni, dan masyarakat luas bahwa IKN bukan sekadar proyek pembangunan, tapi benar-benar kota yang hidup, bernapas, dan memberi manfaat nyata.

 

Masa Depan Kota Mulai Sekarang

Keberhasilan Tahap I membuka pintu menuju pembangunan Tahap II, yang mencakup fasilitas sosial, ekonomi, transportasi massal, dan perluasan kawasan hunian. Tapi keberhasilan masa depan IKN sangat tergantung pada bagaimana fase operasional ini dikelola.

Apakah kota ini bisa berfungsi sebagaimana visi awalnya — cerdas, hijau, berkelanjutan? Apakah infrastruktur yang sudah dibangun bisa tetap optimal dan awet dalam jangka panjang? Semua akan bergantung pada pemeliharaan yang kini mulai dijalankan.

IKN telah berdiri. Gedung-gedung cerdas dan hijau kini menantikan kehidupan. Tapi, membangun kota masa depan tidak cukup hanya dengan merancang, membangun, dan meresmikan. Kota masa depan harus dipelihara. Kota masa depan harus dijaga.

Dengan alokasi anggaran pemeliharaan ratusan miliar rupiah, Otorita IKN menunjukkan komitmennya: bahwa kota ini bukan sekadar proyek mercusuar, melainkan investasi jangka panjang untuk peradaban baru Indonesia. IKN bukan lagi mimpi — ia sudah menjadi kenyataan. Dan kini, tantangan sesungguhnya dimulai: menjaga kehidupan tetap menyala di jantung Nusantara.

Next Post Previous Post