TPST 1 IKN: Proyek Setengah Triliun yang Jadi Simbol Kota Bersih Masa Depan, Layak atau Mubazir?

  

Foto : brantas-abipraya.co.id

IKN, Kalimantan Timur – Di tengah geliat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang terus mencuri perhatian, satu infrastruktur unik tapi penting kini mulai tampil ke permukaan: Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) 1 IKN. Dibangun dengan dana jumbo dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) senilai Rp505 miliar, fasilitas ini menjadi bagian dari narasi besar IKN sebagai “Future Smart Forest City of Indonesia.” Tapi pertanyaan kritis pun muncul: dengan biaya setengah triliun, apakah TPST 1 ini benar-benar worth it?

Sejak dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2022, proyek IKN telah berkembang menjadi simbol ambisi nasional. Tak hanya sekadar memindahkan pusat pemerintahan, IKN juga menjadi proyek percontohan masa depan—mengintegrasikan teknologi, kelestarian lingkungan, dan konsep kota pintar secara bersamaan. Di sinilah TPST 1 IKN mengambil peran penting, sebagai tulang punggung pengelolaan sampah kota baru yang ramah lingkungan.

 

Matahari Terbit untuk Kota Bebas Sampah

TPST 1 IKN bukan sekadar tempat buang sampah modern. Ia dirancang menjadi solusi pengolahan sampah terintegrasi yang berada dalam kawasan inti pusat pemerintahan (KIPP). Luasnya mencapai 22,15 hektare dan hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari pusat aktivitas pemerintahan—membuatnya sangat strategis untuk mendukung aktivitas harian ribuan ASN dan penghuni kota masa depan ini.

Wakil Menteri PUPR, Diana Kusumastuti, menjelaskan bahwa kehadiran TPST ini menjadi bagian dari komitmen menjadikan IKN sebagai kota yang bersih, sehat, dan lestari. “Kita ingin kota ini tidak hanya modern, tapi juga hidup berdampingan dengan alam. TPST 1 adalah salah satu langkah untuk memastikan itu terwujud,” kata Diana dalam pernyataan resminya.

Fasilitas ini dirancang untuk memproses hingga 74 ton sampah dan 15 ton lumpur per hari. Tak hanya itu, sistem kerja TPST 1 juga menerapkan pemilahan awal antara sampah organik dan anorganik. Sampah organik akan diolah menjadi kompos, sementara limbah non-daur ulang dikelola agar tak menimbulkan emisi yang mencemari lingkungan.

 

Teknologi dan Alam: Berjalan Beriringan

Berbeda dengan tempat pengolahan sampah konvensional yang identik dengan bau menyengat dan pemandangan kumuh, TPST 1 IKN tampil elegan. Bangunannya bergaya modern, menyatu dengan lanskap hutan Kalimantan yang hijau. Arsitektur dan fungsinya dirancang agar tak sekadar menjadi fasilitas utilitas, tapi juga simbol integrasi teknologi dengan prinsip keberlanjutan.

Salah satu fitur paling menonjol dari TPST ini adalah penggunaan sistem digital berbasis internet. Masyarakat akan dapat mengakses informasi tentang pengelolaan sampah secara transparan dan real-time—mulai dari jumlah sampah yang diolah, jenis sampah, hingga ke mana hasil daur ulangnya dikirimkan. Sistem ini memungkinkan keterlibatan publik secara aktif, menjadikan warga bukan sekadar penyetor sampah, tapi bagian dari ekosistem solusi.

Dengan kata lain, TPST 1 tidak hanya mengurus sampah, tetapi juga menciptakan budaya baru dalam pengelolaan limbah: sadar, terbuka, dan berorientasi hasil.

 

Rp505 Miliar: Harga Mahal atau Investasi Masa Depan?

Tidak bisa dipungkiri, angka Rp505 miliar tentu memicu perdebatan. Dengan angka sebesar itu, publik wajar bertanya: apakah infrastruktur ini benar-benar sepadan? Ataukah ini hanya proyek prestisius tanpa dampak nyata?

Untuk menjawabnya, kita perlu meninjau dari dua sisi: manfaat langsung dan implikasi jangka panjang. Dalam jangka pendek, TPST 1 memberikan solusi konkret atas persoalan sampah di pusat pemerintahan yang padat. Ia menjamin lingkungan yang bersih, meminimalkan bau dan polusi visual, serta mengurangi potensi wabah yang bersumber dari limbah.

Namun manfaat sejatinya akan terlihat dalam jangka panjang. Pengelolaan sampah yang terencana sejak awal akan menghindarkan kota ini dari problem klasik seperti yang terjadi di kota-kota besar lain—TPA yang meledak, sungai tercemar, dan udara yang tak layak hirup. Bila sistem ini konsisten dijaga dan dikembangkan, maka Rp505 miliar bisa jadi harga yang sangat murah dibanding biaya kerusakan lingkungan di masa depan.

Lebih jauh lagi, keberadaan TPST 1 juga mendukung ambisi Indonesia menuju Net Zero Emission (NZE). Dengan mengurangi emisi dari residu sampah dan memproduksi kompos sebagai energi terbarukan, fasilitas ini membantu menggeser paradigma dari “mengangkut dan menimbun” ke arah “mengolah dan menghasilkan.”

 

Kota Modern Butuh Fasilitas Modern

IKN dirancang bukan hanya sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga sebagai wajah baru Indonesia di panggung global. Maka setiap aspek pembangunannya harus mencerminkan standar tinggi—termasuk dalam pengelolaan limbah. TPST 1 IKN menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya memikirkan gedung pencakar langit dan jalan lebar, tetapi juga bagaimana cara hidup di kota itu bisa tetap harmonis dengan alam.

Dengan daya olah puluhan ton sampah dan teknologi tinggi, TPST ini bukan hanya tempat buang sampah, tapi juga laboratorium praktik hidup hijau. Jika berhasil, model ini bisa direplikasi ke kota-kota lain di Indonesia, menciptakan revolusi diam-diam dalam cara kita memperlakukan sampah.

 

Worth It? Jika Dijaga dan Diikuti dengan Edukasi

Namun satu hal penting: sebagus apapun fasilitas, tanpa partisipasi publik dan edukasi yang memadai, TPST ini bisa saja kehilangan efektivitas. Pengelolaan sampah adalah soal kebiasaan masyarakat, bukan hanya urusan mesin dan teknologi. Maka keberhasilan TPST 1 sangat tergantung pada sejauh mana warga, ASN, dan pendatang di IKN ikut dalam gerakan pengelolaan limbah secara sadar dan bertanggung jawab.

Apakah proyek ini worth it? Jika hanya dilihat sebagai proyek fisik, mungkin jawabannya bisa diperdebatkan. Tapi jika dilihat sebagai investasi ekosistem kota berkelanjutan dan langkah awal menuju peradaban baru yang menghargai alam—maka jawabannya adalah iya, sangat worth it.

TPST 1 IKN bukan hanya tempat sampah. Ia adalah penanda bahwa kita sedang membangun bukan sekadar kota, tetapi cara hidup baru.

Next Post Previous Post