Kalsel Torehkan 100 Persen Optimalisasi Lahan, Wakil Menteri Pertanian Sampaikan Apresiasi Langsung di Rakornas
Pagi yang cerah di Banjarbaru tak seperti biasanya. Di ruang
rapat Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel),
suasana terasa jauh lebih dinamis dari hari-hari biasanya. Tak hanya para
pejabat struktural yang hadir, tapi juga sejumlah staf teknis tampak sibuk
menyiapkan sambungan daring yang akan menghubungkan mereka dengan Jakarta—pusat
kendali dari program besar yang menyentuh sektor paling vital di republik ini:
ketahanan pangan nasional.
Hari itu, Senin, 23 Juni 2025, pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) secara daring bersama tujuh provinsi prioritas untuk mengevaluasi dan memperkuat pelaksanaan program optimalisasi lahan dan cetak sawah rakyat. Rakornas ini menjadi arena penilaian sekaligus pengakuan, dan bagi Kalimantan Selatan, hari itu menjadi momen yang sangat penting. Dalam forum virtual tersebut, Wakil Menteri Pertanian RI memberikan ucapan terima kasih secara langsung kepada Kalimantan Selatan karena dianggap sebagai salah satu provinsi dengan perkembangan terbaik dalam pelaksanaan program tersebut.
“Tadi kita mengikuti rapat koordinasi dengan Wakil Menteri Pertanian bersama tujuh provinsi lainnya, yaitu Papua Barat, Papua Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan Selatan,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kalsel, Syamsir Rahman, saat ditemui wartawan usai Rakornas.
Sorot matanya tampak penuh keyakinan, seakan ingin menunjukkan bahwa kerja keras bertahun-tahun mulai mendapat pengakuan dari pusat. Tidak hanya sekadar mengikuti program, Kalsel justru mencatatkan diri sebagai provinsi yang telah menyelesaikan proses optimalisasi lahannya secara penuh. Bukan 90 persen, bukan pula 95 persen, melainkan 100 persen. Capaian itu membuat nama Kalimantan Selatan disebut secara khusus oleh Wakil Menteri Pertanian dalam forum yang juga dihadiri pimpinan dinas dari provinsi lain.
“Alhamdulillah, Kalsel mendapat ucapan terima kasih langsung dari Pak Wamen karena progres optimalisasi lahannya sudah 100 persen. SID juga sudah clear dan kontrak kerja dengan TNI telah berjalan di beberapa kabupaten,” tambah Syamsir.
Ucapan itu bukan basa-basi. Wakil Menteri Pertanian menilai bahwa Kalimantan Selatan berhasil mengintegrasikan seluruh elemen penting dalam pelaksanaan program: dari kejelasan data dan dokumen melalui Sistem Informasi Data (SID), kerja sama dengan TNI, hingga implementasi teknis di lapangan yang menyentuh langsung petani. Model Kalsel menjadi role model yang akan ditiru provinsi lain.
Dalam percakapan lebih lanjut, Syamsir menjelaskan bahwa kontrak kerja sama dengan TNI sebagai pelaksana lapangan telah berjalan di Kabupaten Banjar, Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, dan Tanah Laut. Sementara kabupaten-kabupaten lainnya akan segera menyusul keesokan harinya, yaitu Selasa, 24 Juni 2025. Dengan demikian, cakupan pelaksanaan program ini akan menyebar secara merata di seluruh wilayah Kalimantan Selatan.
“Kontrak kerja sama pelaksanaan program dengan TNI telah dilakukan di Kabupaten Banjar, Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, dan Tanah Laut. Sisanya akan menyusul pada Selasa (24/6/2025), yang mencakup seluruh kabupaten di Kalimantan Selatan,” terang Syamsir tanpa ragu.
Ia menambahkan bahwa program ini tidak hanya sebatas optimalisasi lahan, melainkan juga menyentuh langsung ke program cetak sawah yang sudah berjalan di Kabupaten Tanah Bumbu dan Hulu Sungai Selatan. Proses berikutnya adalah pelaksanaan kontrak lanjutan dengan kabupaten lain sesuai hasil verifikasi dari SID. Menurutnya, penyelesaian administrasi dan validasi data menjadi tahap krusial yang menentukan cepat tidaknya pelaksanaan di lapangan.
“Minggu depan akan kembali dilaksanakan kontrak lanjutan untuk kabupaten lainnya, sesuai SID yang sudah diverifikasi,” jelas Syamsir dengan nada diplomatis namun penuh ketegasan.
Total luasan lahan yang masuk dalam skema optimalisasi dan cetak sawah mencapai 20.000 hektare. Angka ini bukan sekadar statistik, tapi wujud konkret dari kesiapan Kalsel dalam menjadi lumbung pangan nasional. Dengan asumsi bahwa setiap hektare dapat menghasilkan hingga 5 ton gabah kering per panen, maka Kalsel akan mampu menyumbang sekitar 100.000 ton gabah setiap musimnya. Jika ini berjalan secara berkelanjutan, dalam satu tahun Kalsel berpotensi mencetak 200.000 ton gabah, cukup untuk memberi makan jutaan orang di luar wilayahnya.
“Ini menjadi bagian dari target nasional dan Kalsel siap menyelesaikan sesuai tenggat waktu yang ditetapkan,” tegas Syamsir tanpa basa-basi.
Bukan hal mudah mencapai angka tersebut. Tantangan datang dari banyak arah: kendala cuaca ekstrem, kesiapan infrastruktur irigasi, konflik lahan, hingga keterbatasan sumber daya manusia. Namun dukungan dari Gubernur Kalimantan Selatan menjadi motor penggerak yang membuat semua ini berjalan dalam satu komando yang sinergis. Gubernur memberikan perhatian bukan hanya dalam bentuk instruksi, tetapi juga mengawal langsung proses dari hulu ke hilir, termasuk mendorong penyelarasan program dengan dinas teknis lainnya.
“Pak Gubernur terus memberikan arahan agar program pertanian ini berjalan lancar, mulai dari persiapan dokumen hingga kerja sama lapangan,” ujar Syamsir, memberi penghargaan atas kepemimpinan yang menurutnya visioner dan penuh komitmen terhadap sektor pertanian.
Program optimalisasi lahan dan cetak sawah ini memang bukan program baru, tapi dalam eksekusinya kerap menemui kendala teknis dan birokratis. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian memutuskan untuk mengadakan rapat koordinasi secara rutin setiap pekan. Mekanisme ini diharapkan menjadi sistem kontrol langsung dari pusat, agar seluruh provinsi dapat menjaga ritme kerja dan memastikan bahwa setiap capaian tidak hanya ada di atas kertas.
Syamsir menyambut baik inisiatif tersebut. Menurutnya, kontrol berkala dari pusat justru membuat provinsi seperti Kalimantan Selatan semakin terpacu untuk menjaga kualitas implementasi. Ia menyebutkan bahwa setiap minggunya, tim teknis dari dinas pertanian akan mengirim laporan perkembangan dan evaluasi langsung ke kementerian. Format pelaporan pun telah disesuaikan agar lebih sistematis dan mudah dianalisis.
Selain itu, pihaknya juga akan segera melakukan evaluasi internal untuk memastikan bahwa kerja sama dengan TNI di lapangan benar-benar berjalan sesuai standar teknis. Ia tidak ingin keberhasilan administratif di awal menjadi antiklimaks ketika proses implementasi tidak sesuai harapan.
Pola kerja sama dengan TNI sendiri menjadi strategi unik yang diterapkan dalam program ini. Di satu sisi, kehadiran TNI di lapangan menjamin efektivitas dan kecepatan kerja, namun di sisi lain, dinas pertanian tetap harus memastikan bahwa hasil dari pelaksanaan fisik sesuai dengan dokumen perencanaan. Oleh karena itu, dibentuk pula tim monitoring dan evaluasi dari unsur dinas pertanian yang bertugas melakukan verifikasi langsung di lapangan.
Pendekatan holistik seperti inilah yang menjadikan Kalsel satu langkah lebih maju dibanding provinsi lain. Tak hanya sibuk menuntaskan target, tapi juga serius dalam menjaga kualitas proses. Bagi Syamsir dan timnya, program ini adalah bentuk pertaruhan: jika berhasil, maka petani akan sejahtera, produksi meningkat, dan harga pangan stabil. Tapi jika gagal, maka kerugian bukan hanya di angka statistik, melainkan di meja makan rakyat kecil yang menjadi korban lonjakan harga dan kelangkaan.
Ke depan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kalsel juga akan mengintegrasikan program cetak sawah dengan kegiatan pendukung lainnya, seperti penguatan kelompok tani, distribusi benih unggul, pelatihan teknik budidaya modern, serta digitalisasi data pertanian. Semua itu diarahkan untuk menciptakan sistem pertanian yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim dan dinamika pasar global.
Hari itu, di ruang kecil yang menjadi pusat kendali pertanian Kalsel, tepuk tangan spontan terdengar ketika Wakil Menteri Pertanian menyebut Kalimantan Selatan sebagai provinsi dengan progres optimalisasi lahan terbaik. Bagi Syamsir dan timnya, ucapan itu lebih dari sekadar pujian. Ia adalah pengakuan atas kerja keras ratusan petugas lapangan, staf teknis, dan para petani yang selama ini bekerja dalam diam, menyingsingkan lengan baju di sawah, dan percaya bahwa seberapa pun kecil lahan yang mereka garap, akan memberi kontribusi besar bagi negeri.