Membuka Tabir Kematian Jurnalis Banjarbaru: Misteri Cairan Putih dan Luka Lebam di Kemaluan Korban
Banjarbaru, Kalimantan Selatan - Peristiwa tragis menimpa seorang jurnalis muda di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Juwita (23), seorang wartawan media daring lokal, ditemukan tewas mengenaskan di kawasan Gunung Kupang, Kelurahan Cempaka, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, pada Sabtu (22/3) sekitar pukul 15.00 WITA. Kematian Juwita kini menjadi sorotan publik setelah munculnya berbagai kejanggalan dalam hasil visum, termasuk adanya cairan putih dalam jumlah banyak di kemaluannya serta luka lebam yang mengindikasikan kekerasan fisik.
Keluarga korban, yang didampingi kuasa hukum, mendesak penyidik untuk menelusuri lebih jauh fakta-fakta yang mengarah pada kemungkinan adanya kekerasan seksual sebelum pembunuhan terjadi. Mereka meminta agar sampel cairan putih tersebut segera dikirim ke laboratorium forensik di Surabaya atau Jakarta guna dilakukan uji DNA, mengingat fasilitas serupa belum tersedia di Kalimantan Selatan.
Kronologi Penemuan Jasad Jurnalis Muda
Sabtu sore itu, suasana di sekitar kawasan Gunung Kupang terasa mencekam. Beberapa warga yang melintas di area tersebut menemukan sosok perempuan yang tergeletak tanpa nyawa. Setelah dilakukan pemeriksaan awal oleh pihak berwenang, korban diidentifikasi sebagai Juwita, seorang jurnalis muda yang dikenal aktif dalam berbagai liputan investigasi.
Juwita ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Tubuhnya mengalami luka lebam di beberapa bagian, terutama di sekitar wajah dan tubuh bagian bawah. Namun, yang paling mencolok adalah adanya cairan putih dalam volume besar di kemaluan korban, yang kemudian menjadi bahan penyelidikan lebih lanjut.
Kabar kematiannya segera menyebar luas, mengundang perhatian dari berbagai pihak, termasuk komunitas pers di Kalimantan Selatan. Kepergiannya bukan hanya kehilangan bagi keluarga, tetapi juga bagi dunia jurnalisme yang selalu mengedepankan keberanian dalam mengungkap fakta.
Tuntutan Keluarga dan Temuan Mengejutkan dari Visum
Kuasa hukum keluarga korban, Muhamad Pazri, menegaskan bahwa keluarga menaruh perhatian serius terhadap hasil visum yang menunjukkan adanya cairan putih yang diduga sperma dalam rahim korban serta luka-luka yang mengindikasikan adanya kekerasan seksual.
"Kami sangat menyoroti temuan ini. Volume cairan putih yang cukup banyak di kemaluan korban menimbulkan tanda tanya besar. Apakah ini berarti ada lebih dari satu pelaku? Kami mendesak penyidik untuk segera mengungkapnya," ujar Muhamad Pazri kepada awak media di Banjarmasin, Rabu (2/4).
Selain itu, terdapat luka lebam di beberapa bagian tubuh korban, yang semakin menguatkan dugaan bahwa Juwita mengalami kekerasan sebelum akhirnya tewas. Keluarga korban pun berharap agar penyidik segera mengirimkan sampel cairan tersebut ke laboratorium forensik di luar Kalimantan Selatan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Dugaan Kekerasan Seksual dan Keterlibatan Anggota TNI AL
Dalam perkembangan penyelidikan, seorang anggota TNI Angkatan Laut berpangkat Kelasi Satu berinisial J diduga terlibat dalam kasus ini. Meski telah ditetapkan sebagai tersangka, berbagai pertanyaan masih menyelimuti motif sebenarnya di balik pembunuhan ini.
Bukti-bukti yang dikumpulkan, termasuk rekaman video dan foto yang diserahkan keluarga kepada penyidik, mengindikasikan adanya unsur kekerasan seksual sebelum korban kehilangan nyawa. Jika terbukti benar, kasus ini tidak hanya menjadi kasus pembunuhan biasa, tetapi juga bisa masuk dalam kategori kejahatan seksual yang sangat serius.
Keluarga korban menuntut agar kasus ini tidak berhenti pada satu tersangka saja. Mereka menduga ada kemungkinan keterlibatan lebih dari satu orang, mengingat volume cairan putih yang ditemukan dalam tubuh korban.
"Kami ingin kasus ini benar-benar diungkap secara tuntas. Jangan sampai ada yang ditutup-tutupi," ujar kuasa hukum keluarga.
Tekanan dari Masyarakat dan Solidaritas Pers
Kasus pembunuhan Juwita telah menarik perhatian luas, terutama dari komunitas jurnalis. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalimantan Selatan telah menyuarakan keprihatinan mereka terhadap kejadian ini dan mendesak agar aparat hukum mengusut tuntas kasus ini tanpa pandang bulu.
"Kami kehilangan seorang rekan yang berani dan penuh dedikasi. Kami menuntut keadilan bagi Juwita dan meminta agar aparat hukum mengungkap kasus ini dengan transparan," ujar perwakilan PWI Kalsel dalam pernyataan resminya.
Selain dari komunitas jurnalis, masyarakat Banjarbaru juga mulai bersuara. Aksi solidaritas muncul di media sosial, dengan tagar #JusticeForJuwita yang semakin ramai digunakan untuk menekan pihak berwenang agar bekerja lebih cepat dalam mengusut kasus ini.
Harapan Keluarga dan Tuntutan ke Pihak Berwenang
Keluarga Juwita tidak hanya berduka, tetapi juga menuntut keadilan penuh bagi putri mereka. Mereka meminta agar proses hukum berjalan transparan dan tidak ada yang ditutup-tutupi.
"Kami tidak ingin ada rekayasa dalam kasus ini. Kami ingin keadilan ditegakkan seadil-adilnya, siapa pun pelakunya harus dihukum setimpal," tegas keluarga korban.
Saat ini, pihak kepolisian dan penyidik dari Detasemen Polisi Militer Pangkalan TNI Angkatan Laut (Denpomal) Banjarmasin terus melakukan penyelidikan lebih lanjut. Uji laboratorium forensik yang diharapkan keluarga akan menjadi kunci dalam mengungkap fakta sebenarnya.
Kasus ini masih terus bergulir, dan publik menantikan bagaimana aparat penegak hukum menangani salah satu kasus pembunuhan paling mencengangkan di Kalimantan Selatan dalam beberapa tahun terakhir.