Komitmen Disdikbud Kaltim Bangkitkan Pendidikan Pascabencana dan Majukan Wilayah 3T di Era IKN
Samarinda – Musibah kebakaran yang melanda fasilitas
pendidikan tak hanya menyisakan puing dan trauma, tetapi juga menguji kesigapan
pemerintah daerah dalam merespons kebutuhan vital dunia pendidikan. Salah satu
peristiwa yang mengundang perhatian publik baru-baru ini terjadi di SMA Negeri
9 Samarinda, di mana ruang perpustakaan sekolah mengalami kebakaran hebat.
Kejadian ini tak hanya berdampak pada aspek fisik bangunan, tetapi juga menjadi
pukulan emosional bagi para siswa dan tenaga pendidik yang selama ini
menjadikan perpustakaan sebagai pusat pembelajaran dan literasi.
Merespons insiden tersebut, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kalimantan Timur, Rahmat Ramadhan, menegaskan bahwa pihaknya tidak tinggal diam. Ia mengumumkan langkah konkret pemerintah provinsi untuk segera melakukan perbaikan menyeluruh terhadap fasilitas yang terdampak.
"Kami sudah turun langsung ke lapangan. Kami melihat sendiri kondisi yang terjadi pascakebakaran di SMA Negeri 9 Samarinda. Ini bukan sekadar bangunan terbakar, tapi juga menyangkut semangat belajar siswa yang harus kami jaga dan pulihkan," ungkap Rahmat dalam keterangannya di Samarinda, Senin.
Perpustakaan: Jantung Pendidikan yang Tak Bisa Diabaikan
Rahmat menyebut bahwa perpustakaan merupakan jantung dari
kegiatan belajar-mengajar. Tidak hanya menyimpan koleksi buku pelajaran dan
referensi, namun juga menjadi ruang eksplorasi literasi, kreativitas, dan
tempat siswa mengembangkan minat baca serta riset kecil-kecilan. Oleh karena
itu, Disdikbud Kaltim memprioritaskan pemulihan fasilitas ini dalam waktu
sesingkat-singkatnya.
"Perpustakaan adalah simbol dan sarana literasi di sekolah. Kalau ini lumpuh, maka semangat literasi juga bisa meredup. Kami ingin memastikan bahwa siswa tidak kehilangan ruang belajarnya, apalagi dalam situasi mereka sedang menata kembali semangat usai musibah," kata Rahmat penuh empati.
Untuk mendukung hal ini, Disdikbud Kaltim telah menyiapkan alokasi anggaran khusus dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi. Dana tersebut difokuskan untuk rekonstruksi ruang perpustakaan yang terbakar, pengadaan kembali koleksi buku yang musnah, serta penguatan fasilitas penunjang digital yang sebelumnya juga menjadi bagian dari sistem perpustakaan terpadu sekolah tersebut.
Edukasi Keamanan Sekolah Jadi Langkah Preventif
Selain perbaikan pascakebakaran, Disdikbud Kaltim juga
mengingatkan seluruh satuan pendidikan di wilayahnya untuk lebih waspada
terhadap potensi bahaya kebakaran. Terutama yang berkaitan dengan kelistrikan.
Rahmat menyampaikan, banyak insiden di lingkungan pendidikan yang disebabkan oleh instalasi listrik yang sudah uzur atau pemasangan alat elektronik tanpa pengawasan. Oleh karena itu, ia mendorong setiap sekolah untuk secara rutin melakukan audit kelistrikan dan pemeliharaan fasilitas infrastruktur teknis.
“Kami ingin sekolah-sekolah mulai menerapkan budaya preventif, bukan hanya reaktif setelah terjadi musibah. Pemeriksaan rutin, pelatihan tanggap darurat, hingga pembentukan tim keamanan sekolah harus menjadi bagian dari manajemen pendidikan,” tegas Rahmat.
Arah Pembangunan Pendidikan Menuju Transformasi IKN
Musibah yang terjadi di SMA Negeri 9 Samarinda memang
menjadi perhatian, tetapi tak mengalihkan komitmen besar Disdikbud Kaltim dalam
agenda pembangunan pendidikan yang jauh lebih luas. Di tengah geliat
transformasi Kalimantan Timur sebagai pusat pemerintahan baru Indonesia melalui
proyek Ibu Kota Nusantara (IKN), Disdikbud Kaltim menyadari betapa pentingnya
menata kualitas pendidikan di seluruh penjuru provinsi, termasuk wilayah yang
selama ini dianggap tertinggal dan minim fasilitas.
Dalam konteks inilah, Rahmat Ramadhan menegaskan bahwa pembangunan pendidikan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) menjadi prioritas strategis. Pembangunan infrastruktur pendidikan, peningkatan kualitas guru, serta penyediaan fasilitas penunjang digital menjadi agenda yang terus didorong agar tidak terjadi kesenjangan SDM antara pusat dan pinggiran, apalagi dengan potensi ledakan pendatang baru ke wilayah Kaltim akibat proyek IKN.
“Kita tidak bisa membiarkan pendidikan di daerah 3T tertinggal, sementara pembangunan IKN terus bergerak maju. Justru di sinilah tantangannya—bagaimana seluruh wilayah Kaltim bisa bangkit dan bergerak secara seimbang menyambut era baru,” jelasnya.
Menjawab Tantangan Wilayah 3T: Dari Long Apari hingga Long Bagun
Salah satu wilayah yang menjadi fokus perhatian adalah
Kabupaten Mahakam Ulu, khususnya daerah Long Apari hingga Long Bagun. Wilayah
ini dikenal sebagai salah satu daerah yang paling sulit dijangkau di Kaltim.
Jalan darat yang belum memadai, konektivitas internet yang lemah, serta
minimnya fasilitas pendidikan menjadi potret tantangan nyata yang dihadapi
dunia pendidikan di sana.
Rahmat mengakui bahwa tantangan infrastruktur di wilayah tersebut sangat kompleks. Namun, hal itu tidak menjadi alasan untuk menyerah. Justru pihaknya terus menjalin sinergi dengan berbagai pihak, termasuk kementerian terkait dan operator telekomunikasi, untuk memperluas akses jaringan internet yang dinilai sangat penting untuk kemajuan pendidikan modern.
“Di era digital ini, internet adalah kebutuhan utama. Bukan hanya untuk hiburan, tapi juga sarana belajar. Anak-anak di Long Apari atau Long Bagun harus punya hak yang sama dengan anak-anak di Samarinda atau Balikpapan dalam mengakses informasi global,” tegasnya.
Pihaknya mencatat bahwa sejumlah sekolah di Mahakam Ulu bahkan belum memiliki jaringan internet stabil. Ini menjadi tantangan besar, terutama ketika dunia pendidikan mulai mengadopsi platform belajar daring dan teknologi informasi sebagai bagian dari kurikulum nasional.
Kolaborasi dan Inovasi: Kunci Mengatasi Kesenjangan Pendidikan
Untuk menjawab berbagai persoalan tersebut, Disdikbud Kaltim
tidak bekerja sendiri. Sejumlah kolaborasi terus dibangun dengan kementerian,
organisasi non-pemerintah, hingga komunitas lokal dalam upaya mempercepat
pembangunan infrastruktur pendidikan di daerah 3T.
Beberapa inisiatif telah digagas, termasuk pelatihan daring untuk guru-guru di wilayah terpencil, pengiriman modul-modul belajar cetak sebagai pengganti materi digital, serta pembangunan pusat belajar komunitas berbasis budaya lokal yang memadukan tradisi dengan pendidikan modern.
Selain itu, pemerintah juga mengupayakan pemberian insentif khusus bagi tenaga pendidik yang bersedia mengabdi di daerah 3T. Langkah ini diambil sebagai solusi jangka pendek untuk mengisi kekurangan guru di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau, sekaligus memberikan penghargaan bagi mereka yang telah berjuang di garis depan dunia pendidikan.
Membangun Masa Depan: Pendidikan sebagai Pilar IKN
Transformasi Kalimantan Timur sebagai Ibu Kota Nusantara
bukan hanya tentang pembangunan infrastruktur fisik seperti gedung kementerian,
jalan raya, atau jaringan transportasi modern. Lebih dari itu, pembangunan SDM
melalui pendidikan yang berkualitas adalah fondasi utama yang harus dibangun
sedari sekarang.
Rahmat menyampaikan bahwa kehadiran IKN justru menjadi momentum untuk merombak paradigma pembangunan pendidikan di Kaltim. Semua wilayah harus memiliki akses yang adil terhadap pendidikan yang layak, guru yang profesional, dan fasilitas belajar yang memadai.
“Kalau kita ingin IKN sukses, maka kita juga harus memastikan bahwa anak-anak Kalimantan Timur siap bersaing, bukan hanya sebagai penonton. Mereka harus menjadi pelaku utama pembangunan,” tegasnya.
Dengan semangat ini, Disdikbud Kaltim terus menggenjot berbagai program yang menyasar langsung penguatan kapasitas guru, peningkatan kurikulum lokal berbasis kearifan budaya, serta integrasi teknologi dalam proses belajar-mengajar di seluruh jenjang pendidikan.
Harapan Baru: Kebangkitan Pendidikan dari Pinggiran
Musibah yang menimpa SMA Negeri 9 Samarinda menjadi
pengingat bahwa dunia pendidikan selalu menghadapi tantangan, baik dari alam,
kelalaian, hingga keterbatasan fasilitas. Namun, di balik setiap tantangan,
selalu ada harapan baru yang bisa dibangun melalui komitmen, kerja sama, dan
inovasi.
Dengan langkah cepat memperbaiki fasilitas sekolah, semangat mendorong pembangunan wilayah 3T, hingga komitmen membangun masa depan IKN yang inklusif, Disdikbud Kaltim menunjukkan bahwa pendidikan adalah prioritas utama yang tidak bisa ditawar.
Melalui kebijakan yang menyeluruh, keberpihakan kepada daerah tertinggal, dan keberanian menatap masa depan, Disdikbud Kaltim tengah menanamkan pondasi peradaban baru di tanah Borneo. Sebuah peradaban yang meyakini bahwa pembangunan sejati hanya akan lahir dari ruang-ruang kelas yang menyala, perpustakaan yang hidup, dan guru-guru yang bersemangat mengajar tanpa batas.