Rekam Jejak Dedy Mandarsyah: Kepala BPJN Kalimantan Barat yang Baru Menjabat di Tengah Sorotan Publik
Foto : Instagram(@pupr_jalan_kalbar) |
Dedy Mandarsyah, Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional
(BPJN) Kalimantan Barat (Kalbar), menjadi sorotan publik setelah dua bulan
menduduki jabatannya. Ia menggantikan posisi yang sebelumnya diemban oleh
Handiyana pada Oktober 2024. Jabatan ini menempatkannya dalam struktur di bawah
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), tepatnya di unit kerja
Direktorat Jenderal Bina Marga.
Sebagai pejabat Eselon II, Dedy memiliki perjalanan karier yang panjang di dunia infrastruktur jalan. Mulai dari menjabat sebagai Kepala Satuan Kerja (Satker) sejak Desember 2016 hingga Desember 2019, ia pernah bertanggung jawab sebagai Kepala Satker Wilayah I Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019. Selanjutnya, ia menjabat sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) hingga Desember 2022 sebelum akhirnya dipercaya menjadi Kepala BPJN Kalbar.
Namun, dua bulan pertama masa kepemimpinannya di Kalimantan Barat tak hanya diisi oleh tugas-tugas administratif dan teknis, tetapi juga oleh sorotan publik akibat dugaan keterkaitan namanya dalam sebuah kasus yang viral. Sosoknya menjadi perbincangan hangat di dunia maya, terutama di media sosial, akibat kasus penganiayaan seorang dokter koas di Palembang yang ramai diperbincangkan sejak Desember 2024.
Karier dan Lonjakan Harta Kekayaan Dedy Mandarsyah
Sebagai pejabat publik, rekam jejak karier Dedy Mandarsyah menunjukkan komitmen pada pembangunan infrastruktur. Kiprahnya mulai menonjol saat ia menjabat sebagai Kepala Satker. Dalam posisi tersebut, ia bertanggung jawab atas berbagai proyek jalan nasional, termasuk di Provinsi Riau, di mana ia melaporkan harta kekayaannya untuk pertama kali ke Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) pada 31 Desember 2016.
Pada awal laporannya ke LHKPN, harta kekayaan Dedy tercatat sebesar Rp3.677.288.634. Namun, dalam tujuh tahun, nilai tersebut melonjak hingga lebih dari 150 persen. Pada laporan terakhirnya, per 31 Desember 2023, total harta kekayaannya mencapai Rp9.426.451.869. Berikut rincian harta yang dilaporkan:
- Tanah dan Bangunan: Rp750.000.000
- Dua unit tanah dan bangunan masing-masing seluas 33,8 m² di Jakarta Selatan, dengan nilai masing-masing Rp200.000.000.
- Satu unit tanah dan bangunan seluas 36 m² di Jakarta Selatan senilai Rp350.000.000.
- Alat Transportasi dan Mesin: Rp450.000.000
- Sebuah mobil Honda CRV tahun 2019 yang diperoleh sebagai hadiah, dengan nilai Rp450.000.000.
- Harta Bergerak Lainnya: Rp830.000.000
- Surat Berharga: Rp670.700.000
- Kas dan Setara Kas: Rp6.725.751.869
Laporan tersebut menunjukkan bahwa Dedy tidak memiliki
utang, sehingga total harta kekayaannya murni berada pada angka
Rp9.426.451.869.
Kasus Penganiayaan Dokter Koas yang Menyeret Nama Dedy Mandarsyah
Nama Dedy Mandarsyah mencuat dalam konteks yang tidak terduga ketika kasus penganiayaan terhadap seorang dokter koas di Palembang menjadi viral di media sosial. Video berdurasi 52 detik memperlihatkan seorang pria berbaju merah memukuli korban yang diketahui bernama Luthfi. Insiden ini dilaporkan terjadi di sebuah kafe dan diduga dipicu oleh perselisihan terkait pembagian jadwal.
Korban, yang mengalami luka lebam di pelipis kiri dan mata merah, melaporkan kejadian tersebut ke Polda Sumatera Selatan pada Rabu, 11 Desember 2024. Saat ini, Luthfi masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Bhayangkara Moh Hasan Palembang.
Di tengah penyelidikan, nama Dedy Mandarsyah terseret ke dalam pembicaraan publik. Netizen membanjiri akun Instagram resmi BPJN Kalbar dengan komentar yang mengaitkan dirinya dengan insiden tersebut. Meskipun hingga kini belum ada bukti langsung yang menghubungkan Dedy dengan kasus ini, popularitas namanya di Google Trends meningkat tajam sejak Kamis, 12 Desember 2024.
Keluarga Dedy Mandarsyah sendiri belum memberikan klarifikasi atau pernyataan resmi terkait isu ini. Sementara itu, penyelidikan terhadap pelaku utama, seorang pria berinisial D, masih berlangsung.
Perkembangan Penyelidikan Kasus
Pada Jumat, 13 Desember 2024, pria berinisial D yang diduga menjadi pelaku penganiayaan datang ke Subdit III Jatanras Polda Sumsel. Didampingi oleh kuasa hukumnya, ia menjalani pemeriksaan awal. Kombes Pol Sunarto, Kabid Humas Polda Sumsel, menjelaskan bahwa pelaku belum ditetapkan sebagai tersangka dan saat ini masih dalam tahap pengumpulan keterangan.
Polisi juga telah mengamankan rekaman CCTV dari lokasi kejadian sebagai bagian dari barang bukti. Dari hasil investigasi awal, terungkap bahwa korban mengalami luka serius akibat pemukulan tersebut. Kombes Pol Sunarto menegaskan bahwa pihaknya masih terus mendalami kasus ini dan akan segera memberikan informasi lebih lanjut kepada publik.
Di luar kontroversi ini, Dedy Mandarsyah menghadapi tantangan besar sebagai Kepala BPJN Kalbar. Sebagai pemimpin baru, ia bertanggung jawab atas pengelolaan infrastruktur jalan di wilayah yang memiliki tingkat kerusakan jalan cukup tinggi akibat kondisi geografis dan cuaca ekstrem. Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi dengan jaringan jalan nasional yang strategis, termasuk jalur lintas perbatasan yang menghubungkan Indonesia dengan Malaysia.
Program prioritas Dedy di BPJN Kalbar mencakup peningkatan kualitas jalan nasional, pembangunan infrastruktur yang mendukung konektivitas wilayah terpencil, serta pemeliharaan rutin untuk mencegah kerusakan parah. Di sisi lain, ia juga dituntut untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran, mengingat sorotan publik terhadap kekayaannya yang terus meningkat.
Dedy Mandarsyah adalah sosok dengan perjalanan karier yang panjang dan prestasi di bidang infrastruktur, namun kini menghadapi ujian besar di awal masa jabatannya sebagai Kepala BPJN Kalbar. Sorotan publik yang muncul akibat dugaan keterlibatannya dalam sebuah kasus viral tentu menjadi tantangan tambahan, selain tugas utamanya dalam memperbaiki dan mengelola jalan nasional di Kalimantan Barat.
Dalam situasi ini, transparansi dan komunikasi yang baik dengan publik menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan masyarakat. Kasus penganiayaan dokter koas yang menyeret namanya, meski belum terbukti secara hukum, menunjukkan pentingnya menjaga integritas dan reputasi sebagai pejabat negara. Dedy Mandarsyah, dengan segala pengalaman dan tanggung jawabnya, kini berada di bawah pengawasan publik yang lebih intens.