Pemerintah Kalimantan Timur Lakukan Skrining Bayi Baru Lahir untuk Cegah Hipotiroid Kongenital: Upaya Menuju Generasi Sehat dan Berkualitas

  

Samarinda, Jumat – Dalam rangka mewujudkan generasi yang lebih sehat dan berkualitas, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) menekankan pentingnya pelaksanaan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) pada bayi baru lahir. Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Mualimin, dalam acara Sosialisasi dan Koordinasi Pelaksanaan SHK 2024 yang diadakan secara daring dan dihadiri oleh tenaga kesehatan terkait, menegaskan bahwa skrining ini memungkinkan deteksi dini gangguan kongenital sehingga intervensi bisa segera dilakukan.

Menurut Jaya, stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian serius di Indonesia. Skrining Bayi Baru Lahir (SBBL) menjadi salah satu langkah krusial dalam upaya pencegahan stunting serta berbagai penyakit lainnya. Salah satu penyakit yang dapat dideteksi melalui SBBL adalah Hipotiroid Kongenital (HK), yang cukup umum ditemui di Indonesia. Deteksi dan pengobatan dini terhadap HK sebelum bayi berusia satu bulan sangatlah penting untuk mencegah terjadinya kecacatan dan keterlambatan perkembangan pada anak.

"Jika Hipotiroid Kongenital tidak terdeteksi dan diobati sejak dini, hal ini dapat menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia di masa depan dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan," ujar Jaya.

Sejalan dengan itu, Pemerintah Indonesia terus berupaya memperluas cakupan program SHK secara bertahap. Pada tahun 2024, program ini telah diterapkan di seluruh provinsi di Indonesia, termasuk Kalimantan Timur yang siap melaksanakan program tersebut.

Berdasarkan hasil visitasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Unit Pelaksana Teknis Daerah Laboratorium Kesehatan (UPTD Labkes) Provinsi Kaltim telah dinyatakan siap menerima dan melakukan pemeriksaan sampel SHK dari seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Timur mulai 1 Juni 2024. Labkes Provinsi Kalimantan Timur telah ditunjuk sebagai Laboratorium Rujukan Pemeriksaan SHK, sedangkan RSUP Dr. Sardjito berperan sebagai Laboratorium Konsultan SHK.

Jaya berharap pelaksanaan SHK yang optimal dapat mencapai tujuan untuk menciptakan generasi bebas dari Hipotiroid Kongenital dan berbagai penyakit lainnya. Ia mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama berkomitmen dalam mewujudkan generasi yang sehat dan berkualitas.

Acara Sosialisasi dan Koordinasi Pelaksanaan SHK 2024 bertujuan memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada tenaga kesehatan terkait tentang program SHK, termasuk tata cara pelaksanaan pemeriksaan, pengolahan sampel, dan pelaporan hasil. Jaya menegaskan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan program SHK di Kalimantan Timur dan memastikan bahwa seluruh bayi baru lahir di Kaltim mendapatkan pelayanan skrining yang optimal.

 

Menuju Generasi yang Sehat: Pentingnya Skrining Hipotiroid Kongenital

Kalimantan Timur, sebagai salah satu provinsi yang proaktif dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat, memahami betul bahwa upaya pencegahan harus dimulai sejak dini. Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) pada bayi baru lahir merupakan langkah preventif yang sangat penting untuk mendeteksi kelainan bawaan yang bisa berakibat serius jika tidak ditangani sejak dini.

Jaya Mualimin menekankan bahwa deteksi dini melalui skrining bayi baru lahir memungkinkan intervensi medis segera dilakukan, sehingga bayi yang terdeteksi memiliki kelainan dapat segera mendapatkan perawatan yang tepat. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas hidup bayi tersebut, tetapi juga mencegah terjadinya dampak jangka panjang seperti kecacatan dan keterlambatan perkembangan.

 

Hipotiroid Kongenital: Ancaman Tersembunyi Bagi Generasi Mendatang

Hipotiroid Kongenital (HK) adalah kondisi di mana kelenjar tiroid bayi baru lahir tidak dapat menghasilkan hormon tiroid yang cukup, yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak. Tanpa deteksi dan pengobatan dini, bayi dengan HK berisiko mengalami berbagai masalah perkembangan, termasuk keterlambatan mental dan fisik.

Di Indonesia, kasus HK cukup banyak ditemukan, menjadikan deteksi dini melalui program SHK sangat krusial. Menurut Jaya, jika HK tidak diidentifikasi dan diobati dengan segera, hal ini akan menurunkan kualitas SDM Indonesia di masa depan, mengingat pentingnya peran hormon tiroid dalam perkembangan otak dan tubuh.

 

Komitmen Pemerintah Dalam Pelaksanaan SHK

Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmennya dalam memperluas cakupan program SHK ke seluruh provinsi di Indonesia. Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap bayi yang lahir di Indonesia mendapatkan kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang dengan sehat.

Di Kalimantan Timur, kesiapan UPTD Labkes Provinsi Kaltim untuk menerima dan memeriksa sampel SHK dari seluruh kabupaten/kota adalah langkah maju yang signifikan. Dengan Labkes Provinsi Kaltim sebagai Laboratorium Rujukan dan RSUP Dr. Sardjito sebagai Laboratorium Konsultan, pelaksanaan SHK diharapkan dapat berjalan dengan lancar dan efektif.

 

Pentingnya Kolaborasi dan Edukasi Tenaga Kesehatan

Dalam acara Sosialisasi dan Koordinasi Pelaksanaan SHK 2024, tenaga kesehatan diberikan pemahaman mendalam mengenai pentingnya program SHK, mulai dari proses pelaksanaan pemeriksaan hingga pengolahan dan pelaporan hasil. Edukasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan program di lapangan, memastikan bahwa seluruh prosedur dijalankan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Jaya berharap melalui kegiatan ini, kualitas pelaksanaan program SHK di Kalimantan Timur dapat terus meningkat, dan seluruh bayi baru lahir di provinsi ini dapat memperoleh layanan skrining yang optimal. Dengan demikian, tujuan untuk menciptakan generasi yang bebas dari Hipotiroid Kongenital dan berbagai penyakit lainnya dapat tercapai.

 

Menuju Masa Depan yang Lebih Sehat dan Berkualitas

Jaya Mualimin menekankan bahwa pelaksanaan SHK yang optimal tidak hanya akan mencegah HK, tetapi juga akan memberikan dampak positif yang luas bagi kesehatan masyarakat. Generasi yang bebas dari kelainan bawaan seperti HK akan memiliki kesempatan lebih besar untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, mencapai potensi maksimal mereka, dan berkontribusi positif bagi pembangunan bangsa.

Oleh karena itu, komitmen dari seluruh pihak, mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, hingga masyarakat, sangat diperlukan untuk menyukseskan program SHK ini. Dengan kolaborasi yang baik, diharapkan program ini dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat nyata bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

 

Mewujudkan Generasi Bebas Hipotiroid Kongenital

Pelaksanaan Skrining Hipotiroid Kongenital pada bayi baru lahir di Kalimantan Timur merupakan langkah strategis dalam upaya pencegahan dini terhadap kelainan bawaan yang dapat berdampak serius. Dengan deteksi dan pengobatan dini, bayi yang terdeteksi HK dapat segera mendapatkan perawatan yang dibutuhkan, mencegah terjadinya kecacatan dan keterlambatan perkembangan yang dapat menurunkan kualitas hidup mereka di masa depan.

Komitmen dan kesiapan Pemprov Kaltim, melalui Dinas Kesehatan dan UPTD Labkes Provinsi Kaltim, dalam melaksanakan program SHK ini menunjukkan upaya nyata pemerintah dalam menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas. Dengan edukasi dan pemahaman yang baik bagi tenaga kesehatan, diharapkan program ini dapat berjalan dengan optimal dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Mari bersama-sama kita dukung dan berkomitmen untuk mewujudkan generasi yang sehat, bebas dari Hipotiroid Kongenital, dan siap menghadapi masa depan dengan kualitas hidup yang lebih baik.

Next Post Previous Post