![]() |
| Ilustrasi AI |
Balikpapan, 27 November 2025 – Kabar gembira bagi
masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Utara (Kaltara): proyek
interkoneksi listrik antara kedua provinsi akhirnya berhasil di-energize. Gardu
Induk (GI) 500 kV Tanah Merah Baru di Balikpapan, yang menjadi titik akhir proyek
sepanjang 300 kilometer, kini menyala penuh, menandai keberhasilan sambungan
transmisi listrik terbesar di Pulau Kalimantan. Direktur Utama PT PLN (Persero)
Wilayah Kalimantan Timur dan Utara, Iwa Soenoko, secara resmi mengumumkan
pencapaian ini pada Rabu (26 November 2025), di tengah upaya pemerintah
percepatkan elektrifikasi daerah perbatasan untuk dukung Ibu Kota Nusantara
(IKN) dan pertumbuhan ekonomi.
Proyek ini, yang digarap sejak 2022, melibatkan investasi
Rp4,5 triliun dari APBN dan dana BUMN. Sambungan 500 kV ini menghubungkan GI
500 kV Lhokseumawe di Aceh hingga GI Tanah Merah Baru di Balikpapan, dengan
segmen Kaltim-Kaltara sepanjang 300 km yang mencakup 4 rangkaian gardu induk
baru. "Hari ini kita resmi energize proyek interkoneksi Kaltim-Kaltara.
Ini momen bersejarah, karena sekarang Kalimantan punya backbone transmisi 500
kV yang andal, dari utara hingga selatan," ujar Iwa saat memimpin inspeksi
lapangan di Balikpapan. Keberhasilan ini tak hanya selesaikan target akhir
tahun, tapi juga antisipasi kebutuhan daya IKN yang diproyeksi capai 2.000 MW
pada 2028.
Kronologi Proyek: Dari Groundbreaking 2022 ke Energize Penuh 2025
Ide interkoneksi listrik Kaltim-Kaltara muncul sebagai
bagian dari Program 35.000 MW pemerintahan Jokowi, untuk samakan distribusi
energi di Kalimantan yang selama ini bergantung pada pembangkit lokal rentan
mati surat. Tahap awal groundbreaking digelar Maret 2022 di Tarakan, Kaltara,
oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif. Proyek dibagi tiga segmen: Aceh-Sumut (selesai
2023), Sumut-Kaltim (2024), dan Kaltim-Kaltara (2025). Segmen terakhir ini
paling menantang: lintasi sungai Mahakam, pegunungan, dan hutan lindung seluas
50.000 hektare, dengan tower transmisi setinggi 50 meter yang tahan gempa
hingga 7 SR.
Pekerjaan fisik mencapai 95% pada Juni 2025, tapi tantangan
cuaca ekstrem di Kaltara – curah hujan 3.000 mm/tahun – sempat tunda pemasangan
konduktor. Tim PLN, bekerja sama dengan PT Len Industri dan kontraktor asing
seperti Siemens, akhirnya energize uji coba Oktober lalu. Pada 26 November,
aliran listrik 500 kV mengalir stabil, suplai daya dari PLTU Batulicin ke GI
Tanah Merah Baru dengan efisiensi 99%. "Kami bangun 4 gardu induk baru: GI
500 kV Tanah Merah, GI 500 kV Sangatta, GI 500 kV Tarakan, dan GI 500 kV
Nunukan. Total panjang gardu 300 km, dengan kapasitas transfer daya 2.000
MW," jelas Iwa. Biaya Rp4,5 triliun ini ROI cepat: kurangi rugi transmisi
15% atau Rp500 miliar per tahun.
Kolaborasi lintas daerah patut diapresiasi. Pemprov Kaltim,
di bawah Gubernur Rudy Mas'ud, sediakan lahan 100 hektare gratis, sementara
Kaltara alokasikan Rp200 miliar untuk akses jalan. Kementerian PUPR
integrasikan proyek dengan jalan tol Trans-Kalimantan, pastikan tower tak
ganggu lalu lintas.
Dampak Ekonomi: Listrik Stabil Dorong Investasi IKN dan Perdagangan Lintas Batas
Interkoneksi ini bukan sekadar kabel; ia jadi katalisator
ekonomi Kalimantan. Kaltim, dengan PDB Rp800 triliun dari sawit dan tambang,
kini bisa ekspor daya ke Kaltara yang defisit 200 MW. "Dengan ini, rasio
elektrifikasi Kaltara naik dari 85% jadi 95% akhir 2026, dukung 50.000 rumah
tangga baru di perbatasan Nunukan," kata Iwa. Bagi IKN Nusantara, proyek
ini suplai cadangan daya 500 MW untuk zona industri 12.000 hektare, tarik
investor asing seperti dari Jepang yang komit Rp20 triliun untuk pabrik hijau.
Ekonomi perbatasan melejit. Di Tarakan, pelabuhan
internasional bisa operasi 24 jam tanpa blackout, tingkatkan ekspor ikan dan
kayu 20%. Data BPS Kaltim proyeksi, pertumbuhan sektor manufaktur naik 7% tahun
depan, ciptakan 10.000 lapangan kerja di transmisi dan distribusi. "Ini
juga hemat BBM genset Rp1 triliun per tahun, alihkan subsidi ke pendidikan dan
kesehatan," tambah Iwa. Swasta seperti PT Adaro ikut untung: PLTU mereka
di Kutai Barat kini konek langsung ke grid nasional, kurangi emisi karbon 10%.
Tapi, tantangan tetap ada. Biaya operasional gardu Rp300
miliar tahunan butuh subsidi silang, sementara warga desa di lintasan tower
khawatir radiasi. PLN respons dengan program CSR: tanam 5.000 pohon di sekitar
gardu dan pelatihan listrik untuk 1.000 pemuda lokal.
Respons Pemerintah dan Masyarakat: Komitmen Jangka Panjang untuk Energi Hijau
Gubernur Rudy Mas'ud puji keberhasilan ini sebagai
"kado akhir tahun". "Interkoneksi ini sinergi Kaltim-Kaltara,
dukung visi IKN sebagai kota energi terbarukan. Kami target 30% daya dari PLTS
di Sepaku 2027," ujarnya via video konferensi. Menteri ESDM Arifin Tasrif
janji tambah Rp2 triliun untuk ekstensi ke Kalsel 2027, lengkap dengan smart
grid berbasis AI untuk deteksi gangguan.
Masyarakat Tarakan, yang sering alami pemadaman 8 jam/hari,
bersorak. "Akhirnya listrik stabil; anak-anak bisa belajar online tanpa
putus," cerita Ibu Siti (35), ibu rumah tangga di Desa Karanganyar.
Komunitas adat Dayak di Nunukan minta bagian: "Kami dukung proyek, tapi
prioritas tenaga kerja lokal 70%," kata tokoh adat mereka.
Dari perspektif nasional, ini model sukses RUPTL PLN
2021-2030: tambah 10.000 km transmisi 500 kV. Analis energi dari ITB, Prof.
Purnomo Yusgiantoro, bilang, "Proyek ini percepat transisi energi, kurangi
ketergantungan fosil 15% di Kalimantan."
Menuju Masa Depan: Ekstensi Interkoneksi dan Target Nol Emisi
Energize interkoneksi Kaltim-Kaltara jadi tonggak: PLN
rencanakan integrasi PLTA Kayan 1.200 MW di 2028, plus baterai penyimpan daya
500 MWh untuk stabilkan grid. Ini selaras dengan JETP Just Energy Transition
Partnership, yang alokasikan US$20 miliar untuk Kalimantan hijau.
Bagi warga Kaltim-Kaltara, ini harapan nyata: listrik murah
Rp1.000/kWh untuk UMKM. Pantau update PLN via app myPLN atau hotline 123.
Semoga sambungan ini nyalakan bukan hanya lampu, tapi mimpi pembangunan merata
di ujung Kalimantan.





.webp)

