![]() |
| Ilustrasi AI |
Peningkatan Kolaborasi Lintas Batas Indonesia-Malaysia Diusulkan untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Perbatasan
Pontianak - Kerja sama antarwilayah perbatasan menjadi kunci utama dalam
mempercepat pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Wakil
Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar), Andreas N. Krisantus, secara tegas
mendorong penguatan hubungan dengan negara bagian Sarawak, Malaysia, melalui
berbagai sektor strategis. Inisiatif ini diharapkan tidak hanya memperkuat
ikatan bilateral, tapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi kedua belah
pihak. Artikel ini mengupas visi Wagub Krisantus, konteks historis kerja sama,
serta potensi dampaknya terhadap masyarakat perbatasan, berdasarkan pernyataan
resmi pada 15 Oktober 2025.
Visi Wagub Krisantus: Kerja Sama Sebagai Fondasi Pembangunan
Dalam pertemuan bilateral yang digelar di Pontianak, Wagub
Kalbar Andreas N. Krisantus menekankan pentingnya peningkatan kerja sama dengan
Sarawak untuk menghadapi tantangan pasca-pandemi. "Kerja sama
Kalbar-Sarawak harus ditingkatkan secara berkelanjutan, terutama di sektor
ekonomi, perdagangan, dan pariwisata," ujar Krisantus, seperti dikutip
dari RRI.co.id. Ia menyoroti bahwa kedua wilayah memiliki potensi alam dan
sumber daya yang saling melengkapi, yang jika dimanfaatkan dengan baik, bisa
mendorong pertumbuhan ekonomi regional.
Krisantus, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan
Persahabatan Kalbar-Sarawak, mengajak pihak Sarawak untuk memperluas kolaborasi
di luar perdagangan biasa. Menurutnya, hubungan ini bukan hanya soal bisnis,
tapi juga pertukaran budaya dan peningkatan kualitas hidup masyarakat
perbatasan. Pertemuan ini dihadiri oleh delegasi Sarawak yang dipimpin oleh
pejabat setempat, menandakan komitmen bersama untuk merevitalisasi kesepakatan
bilateral yang telah ada sejak era 1990-an.
Latar belakang inisiatif ini muncul dari data Badan Pusat
Statistik (BPS) Kalbar, yang mencatat peningkatan ekspor ke Sarawak sebesar 15%
pada triwulan III 2025. Namun, Krisantus menilai potensi ini masih bisa
dimaksimalkan jika infrastruktur dan regulasi diperbaiki. "Kita harus
fokus pada sinergi yang saling menguntungkan, agar manfaatnya dirasakan
langsung oleh masyarakat di Entikong dan sekitarnya," tambahnya.
Sektor Prioritas: Ekonomi, Perdagangan, dan Pariwisata
Fokus utama kerja sama yang diusulkan Krisantus adalah
sektor ekonomi dan perdagangan. Kalbar, dengan kekayaan komoditas seperti
karet, sawit, dan kayu, melihat Sarawak sebagai pasar strategis untuk ekspor.
Sebaliknya, Sarawak bisa menyediakan teknologi pengolahan dan investasi untuk
industri hilir di Kalbar. "Peningkatan perdagangan lintas batas akan
menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi ketergantungan pada pasar
eksternal," jelas Krisantus.
Di bidang pariwisata, potensi wisata alam dan budaya menjadi
sorotan. Sungai Kapuas di Kalbar dan Taman Nasional Bako di Sarawak bisa
dikembangkan menjadi paket wisata terintegrasi. Krisantus mengusulkan program
visa on arrival khusus untuk wisatawan kedua wilayah, yang diharapkan
meningkatkan kunjungan wisatawan hingga 20% dalam dua tahun mendatang. Selain
itu, pertukaran pelatihan sumber daya manusia di sektor hospitality juga
menjadi agenda, untuk memastikan layanan prima bagi pengunjung.
Kerja sama ini juga mencakup sektor pendidikan dan
kesehatan. Krisantus mendorong program beasiswa bersama untuk mahasiswa
perbatasan dan kolaborasi rumah sakit untuk penanganan penyakit tropis.
"Dengan berbagi pengetahuan, kita bisa membangun masyarakat yang lebih
tangguh," katanya. Data dari Kementerian Luar Negeri RI menunjukkan bahwa
kerja sama bilateral seperti ini telah berhasil di perbatasan lain, seperti
Kalimantan Utara-Brunei, dengan peningkatan PDB regional hingga 8%.
Konteks Historis dan Tantangan yang Dihadapi
Hubungan Kalbar-Sarawak bukanlah hal baru. Sejak
penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pada 2005, kedua wilayah
telah menjalin berbagai program, termasuk pembangunan Pos Lintas Batas
Entikong-Tebedu yang kini menjadi gerbang utama perdagangan. Namun, pandemi
COVID-19 sempat memperlambat momentum ini, dengan penurunan volume perdagangan
hingga 30% pada 2020-2022.
Krisantus mengakui tantangan seperti perbedaan regulasi bea
cukai dan infrastruktur jalan yang belum optimal. "Kita perlu harmonisasi
aturan untuk memperlancar arus barang dan orang," ujarnya. Selain itu, isu
lingkungan menjadi perhatian, mengingat kedua wilayah kaya hutan tropis. Kerja
sama dalam pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan diusulkan untuk mencegah
deforestasi ilegal lintas batas.
Pemerintah pusat mendukung inisiatif ini melalui Program
Indonesia Emas 2045, yang menargetkan peningkatan konektivitas ASEAN. Menteri
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan,
baru-baru ini menyatakan bahwa kolaborasi perbatasan seperti Kalbar-Sarawak
adalah model untuk integrasi ekonomi kawasan.
Manfaat bagi Masyarakat Perbatasan
Inisiatif Krisantus diharapkan membawa dampak nyata bagi
masyarakat di wilayah perbatasan seperti Kabupaten Sanggau dan Sintang. Dengan
peningkatan perdagangan, petani karet dan nelayan lokal bisa mendapatkan harga
lebih baik untuk hasil panen mereka. Program pariwisata juga akan menciptakan
usaha kecil menengah (UKM) baru, seperti homestay dan kuliner khas Dayak.
Seorang tokoh masyarakat Entikong, Bapak Jumadi, menyambut
baik usulan ini. "Kerja sama dengan Sarawak bisa membuka akses pasar lebih
luas untuk produk lokal kami," katanya kepada media. Selain itu,
pertukaran budaya akan memperkaya identitas masyarakat Dayak dan Melanau,
melalui festival bersama yang direncanakan tahunan.
Untuk mewujudkan visi ini, Krisantus mengusulkan
penandatanganan MoU baru pada November 2025, yang mencakup target kuantitatif
seperti peningkatan ekspor 25% dan pelatihan 1.000 tenaga kerja. Monitoring
akan dilakukan melalui forum bilateral triwulanan, dengan melibatkan swasta dan
LSM untuk transparansi.
Delegasi Sarawak merespons positif, dengan janji investasi
di sektor agroindustri Kalbar. "Kami siap bermitra untuk masa depan yang
lebih cerah," kata perwakilan Sarawak.
Dorongan Wagub Krisantus untuk peningkatan kerja sama
Kalbar-Sarawak membuka babak baru dalam hubungan lintas batas. Dari ekonomi dan
pariwisata hingga pendidikan, potensi ini bisa mengubah wajah perbatasan
menjadi pusat pertumbuhan. Namun, keberhasilan bergantung pada komitmen bersama
mengatasi tantangan regulasi dan lingkungan. Dengan sinergi ini, Kalbar dan
Sarawak tidak hanya menjadi tetangga, tapi mitra strategis menuju kemakmuran
berkelanjutan. Inisiatif ini menjadi contoh bagi wilayah perbatasan lain di
Indonesia, membuktikan bahwa kolaborasi adalah kunci masa depan.







