![]() |
| Ilustrasi AI |
Kalimantan Utara – Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara) terus memperkuat komitmen untuk
mengentaskan kemiskinan di wilayahnya, sekaligus mendukung peran strategis
Kaltara sebagai penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN). Meskipun angka kemiskinan
di Kaltara tercatat lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional, tantangan
untuk memastikan kesejahteraan masyarakat tetap besar. Kemiskinan bukan hanya
soal angka, tetapi juga realitas masyarakat yang masih bergulat dengan
keterbatasan ekonomi. Untuk mengatasi hal ini, Pemprov Kaltara menerapkan tiga
pilar strategi nasional pengentasan kemiskinan: menekan beban pengeluaran rumah
tangga, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mempersempit kantong-kantong
kemiskinan, dengan pendekatan yang disesuaikan dengan potensi lokal.
Kompleksitas Kemiskinan di Penyangga IKN
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan
Pengembangan (Bappeda Litbang) Kaltara, Bertius, menegaskan bahwa kemiskinan
adalah isu kompleks yang memerlukan penanganan lintas sektor. “Di data, angka
kemiskinan kita memang lebih rendah dibandingkan nasional. Namun, di lapangan,
masih banyak masyarakat yang menghadapi kesulitan ekonomi. Strategi pengentasan
kemiskinan harus benar-benar menyentuh kehidupan mereka,” ujar Bertius pada
Minggu (19/10).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka
kemiskinan di Kaltara pada 2024 berada di sekitar 6,5%, lebih rendah
dibandingkan angka nasional sebesar 9,36%. Namun, angka ini tidak sepenuhnya
mencerminkan kondisi riil di lapangan. Masyarakat di wilayah perbatasan dan
pedesaan, khususnya, masih kesulitan mengakses kebutuhan dasar seperti
pendidikan, kesehatan, dan peluang ekonomi. Kondisi geografis Kaltara, yang
meliputi wilayah kepulauan dan perbatasan, menambah kompleksitas dalam
distribusi bantuan dan pengembangan infrastruktur, terutama di daerah penyangga
IKN.
Tiga Pilar Strategi Pengentasan Kemiskinan
Untuk menangani kemiskinan, Pemprov Kaltara mengadopsi tiga
pilar strategi nasional yang disesuaikan dengan karakteristik lokal. Pilar
pertama adalah menekan beban pengeluaran rumah tangga miskin melalui
program bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan
Non-Tunai (BPNT), dan subsidi energi. Program-program ini dirancang untuk
meringankan beban kebutuhan dasar, seperti pangan, pendidikan, dan kesehatan,
terutama bagi masyarakat di wilayah penyangga IKN.
Namun, Bertius menekankan bahwa bantuan sosial saja tidak
cukup untuk memutus rantai kemiskinan. “Bantuan sosial membantu memenuhi
kebutuhan sehari-hari, tetapi tanpa peluang kerja baru dan penguatan ekonomi
lokal, masyarakat akan sulit keluar dari kemiskinan,” jelasnya. Oleh karena
itu, pilar kedua, yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat, menjadi
fokus utama. Pemprov Kaltara mendorong pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) sebagai tulang punggung ekonomi lokal, terutama di sektor
pertanian, perikanan, dan kerajinan tangan.
Berbagai program telah diluncurkan untuk mendukung UMKM,
seperti pelatihan keterampilan digital untuk pemasaran online, akses permodalan
melalui koperasi, dan pameran produk lokal untuk memperluas pasar. “Kami ingin
UMKM di Kaltara tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan mampu
bersaing, termasuk mendukung kebutuhan ekonomi di sekitar IKN,” tambah Bertius.
Pilar ketiga adalah mempersempit kantong-kantong
kemiskinan, khususnya di wilayah terpencil dan perbatasan seperti Kabupaten
Nunukan dan Malinau. Kantong kemiskinan merujuk pada daerah dengan tingkat
kemiskinan tinggi. Untuk mengatasinya, Pemprov Kaltara fokus pada pembangunan
infrastruktur dasar, seperti jalan, listrik, dan air bersih, serta peningkatan
akses pendidikan dan kesehatan. Infrastruktur ini juga diharapkan mendukung
konektivitas dengan IKN, sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi di wilayah
penyangga.
Wilayah perbatasan Kaltara, seperti Nunukan dan Malinau, menjadi perhatian khusus karena akses infrastruktur dan layanan dasar yang terbatas. Jalan yang sulit dilalui, minimnya jaringan listrik, dan terbatasnya akses ke layanan kesehatan membuat distribusi bantuan dan pengembangan ekonomi menjadi tantangan. Masyarakat di wilayah ini rentan terhadap kemiskinan ekstrem, yang dapat menghambat peran Kaltara sebagai penyangga IKN.
Untuk mengatasi hal ini, Pemprov Kaltara mengalokasikan
anggaran untuk pembangunan infrastruktur di wilayah perbatasan, termasuk jalan
lintas perbatasan yang menghubungkan Kaltara dengan Malaysia. Proyek ini
diharapkan mempermudah akses pasar bagi produk lokal dan meningkatkan aktivitas
ekonomi. Selain itu, kerja sama dengan TNI dan Polri dilakukan untuk
mendistribusikan bantuan ke daerah terpencil, termasuk program bedah rumah,
penyediaan air bersih, dan pembangunan posyandu.
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Mendukung IKN
Bertius menegaskan bahwa pengentasan kemiskinan bukanlah
tanggung jawab Pemprov Kaltara semata. Kolaborasi dengan pemerintah
kabupaten/kota, sektor swasta, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan. “Kami
tidak bisa bekerja sendiri. Peran pemerintah daerah, pelaku usaha, dan
masyarakat sangat penting untuk memastikan program berjalan efektif, terutama
dalam mendukung pembangunan IKN,” ungkapnya.
Pemprov Kaltara menjalin kerja sama dengan perusahaan
swasta, khususnya di sektor pertambangan dan perkebunan, untuk membuka peluang
kerja bagi masyarakat lokal. Program pelatihan kerja dan magang juga digalakkan
untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja, sehingga mereka dapat bersaing di
pasar kerja, termasuk di proyek-proyek terkait IKN. Selain itu, pemberdayaan
komunitas melalui pembentukan kelompok tani dan nelayan dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan lokal.
Menuju Kaltara Sejahtera sebagai Penyangga IKN
Upaya Pemprov Kaltara dalam mengentaskan kemiskinan
menunjukkan komitmen kuat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
sekaligus memperkuat peran wilayah ini sebagai penyangga IKN. Dengan tiga pilar
strategi nasional, Pemprov Kaltara menciptakan solusi yang tidak hanya jangka
pendek, tetapi juga berkelanjutan. Penguatan UMKM, pembangunan infrastruktur,
dan kolaborasi lintas sektor menjadi langkah konkret untuk memutus rantai
kemiskinan.
Namun, tantangan ke depan tetap besar, terutama dengan
kondisi geografis yang sulit dan dinamika ekonomi global. Inovasi dan
fleksibilitas dalam merancang program menjadi kunci untuk memastikan kebijakan
memberikan dampak nyata. Sebagai provinsi termuda di Indonesia, Kaltara
memiliki potensi besar untuk menjadi wilayah sejahtera. Dengan sumber daya alam
yang melimpah, kolaborasi yang kuat, dan posisi strategis sebagai penyangga
IKN, mimpi untuk mengentaskan kemiskinan dan menciptakan kehidupan lebih baik
bagi masyarakat Kaltara semakin nyata.







