![]() |
| Ilustrasi AI |
IKN – Ibu Kota Nusantara (IKN) terus menarik
perhatian investor internasional, dengan Pakistan menjadi salah satu negara
yang menunjukkan minat kuat untuk berkontribusi. Melalui Mahakam Investment
Forum (MIF) 2025, Duta Besar Pakistan untuk Indonesia, Zahid Hafeez Chaundhri,
menyatakan rencana membangun sekolah internasional dan berinvestasi di sektor
perumahan. Langkah ini tidak hanya memperkuat hubungan bilateral
Indonesia-Pakistan, tapi juga mendukung visi IKN sebagai kota pintar dan
inklusif. Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mencatat sudah 50 pihak
menandatangani kesepakatan investasi, menandakan momentum positif bagi proyek
pemindahan ibu kota.
Pembangunan IKN, yang berlokasi di Penajam Paser Utara,
Kalimantan Timur, telah memasuki tahap krusial. Dengan infrastruktur dasar yang
semakin siap, IKN diharapkan menjadi simbol kemajuan Indonesia di era baru.
Minat dari Pakistan ini datang di saat yang tepat, mengingat forum investasi
seperti MIF 2025 menjadi wadah ideal untuk menjajaki peluang kerjasama. Acara
yang digelar Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kalimantan Timur pada 11 Oktober
2025 itu dihadiri ratusan peserta, termasuk perwakilan kedutaan besar, pelaku
usaha, dan investor dari berbagai negara. Fokus utama forum adalah tiga sektor
strategis: perumahan dan residensial, pendidikan dan teknologi, serta komersial
dan gaya hidup.
Kesepakatan Investasi yang Semakin Menggunung
Kepala OIKN, Basuki Hadimuljono, menjadi salah satu
pembicara kunci di MIF 2025. Ia mengungkapkan bahwa hingga kini, sebanyak 50
investor telah menyetujui kerja sama melalui penyerahan Letter of Intent (LoI).
"Sampai saat ini sudah ada 50 investor yang menyepakati kerja sama.
Nusantara akan menjadi ibu kota negara, sementara Jakarta akan bertransformasi
menjadi pusat kawasan ASEAN," ujar Basuki, seperti dikutip dari detikcom.
Pernyataan ini menegaskan peran ganda IKN: sebagai pusat pemerintahan baru yang
efisien, sekaligus mendorong Jakarta untuk fokus pada fungsi ekonomi regional.
Infrastruktur dasar IKN, seperti jalan tol, bandara, dan
utilitas, telah mencapai kesiapan tinggi. Saat ini, OIKN sedang merancang
kawasan perkantoran dan hunian khusus untuk lembaga negara berdasarkan sistem
trias politika—yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Desain ini
memastikan pemisahan fungsi yang jelas, sambil menjaga aksesibilitas dan
keberlanjutan lingkungan. Basuki menambahkan bahwa kesiapan ini menjadi daya
tarik utama bagi investor asing, yang melihat IKN sebagai peluang untuk terlibat
dalam proyek skala nasional.
MIF 2025 sendiri dirancang sebagai platform strategis untuk
memperluas jaringan internasional. Dengan menghadirkan delapan proyek siap
tawar (Investment Project Ready to Offer/IPRO), forum ini berhasil mencatat 85
jadwal One on One Meeting (O3M) dan menghasilkan 12 LoI tambahan. Selain
Pakistan, negara-negara seperti China, Korea Selatan, dan Jepang juga aktif
berpartisipasi, terutama di sektor lingkungan dan logistik. Namun, kehadiran
Pakistan menonjol karena pendekatan humanisnya, yang menekankan pendidikan dan
perumahan sebagai fondasi masyarakat.
Kunjungan Duta Besar Pakistan: Inspirasi dari Sejarah
Zahid Hafeez Chaundhri, Duta Besar Pakistan untuk Indonesia,
tidak hanya hadir secara virtual tapi juga telah melakukan kunjungan langsung
ke lokasi IKN. Pengalamannya melihat langsung proyek ini membuatnya yakin akan
potensi besarnya. "Tempat ini sangat menjanjikan. Insyaallah, kami
berencana membangun sekolah internasional di sini, dan juga ingin berinvestasi
di bidang perumahan," kata Chaundhri dengan antusias.
Rencana Pakistan ini terinspirasi dari pengalaman historis
negaranya sendiri. Chaundhri menganalogikan pemindahan ibu kota Indonesia dari
Jakarta ke Nusantara dengan transisi Pakistan dari Karachi ke Islamabad pada
1960-an. Saat itu, Islamabad dibangun sebagai kota modern untuk mengatasi
kemacetan dan banjir di Karachi, mirip dengan alasan Indonesia memilih IKN
untuk mengurangi beban Jakarta. "Pemindahan ini mengingatkan saya pada
masa lalu kami. Kami ingin berbagi pengalaman dan berkontribusi,"
tambahnya. Analogi ini menambah dimensi emosional pada kerjasama, menjadikannya
lebih dari sekadar transaksi bisnis.
Sekolah internasional yang direncanakan Pakistan kemungkinan
akan mengadopsi kurikulum internasional seperti Cambridge atau IB
(International Baccalaureate), lengkap dengan fasilitas modern. Ini akan
mendukung visi IKN sebagai kota pendidikan, di mana generasi muda bisa
mengakses pembelajaran berkualitas tinggi. Sementara itu, investasi di
perumahan menargetkan hunian terjangkau dan berkelanjutan, mungkin dengan
elemen desain ramah lingkungan seperti panel surya dan taman vertikal. Kedua
sektor ini selaras dengan prioritas MIF 2025, yang menekankan pengembangan
manusia sebagai kunci keberhasilan IKN.
Peluang Kerjasama di Sektor Pendidikan dan Perumahan
Sektor pendidikan menjadi salah satu pilar utama IKN. Dengan
rencana membangun universitas dan sekolah vokasi, kehadiran sekolah
internasional dari Pakistan akan melengkapi ekosistem ini. Bayangkan ribuan
siswa dari berbagai negara belajar di bawah satu atap, mempromosikan toleransi
dan inovasi. Pakistan, dengan pengalaman mendirikan lembaga pendidikan
berkualitas di Islamabad, bisa membawa keahlian dalam manajemen sekolah
multikultural. Selain itu, proyek ini berpotensi menciptakan lapangan kerja
bagi guru lokal dan mendorong pertukaran pelajar antara Indonesia dan Pakistan.
Di sisi perumahan, tantangan IKN adalah menyediakan hunian
yang layak bagi pegawai negeri dan penduduk baru. Investasi Pakistan bisa
mempercepat pembangunan cluster residensial yang terintegrasi dengan
transportasi umum dan ruang hijau. Ini sejalan dengan komitmen IKN untuk
mencapai target Net Zero Emission pada 2045, di mana perumahan harus dirancang
dengan efisiensi energi tinggi. Kerjasama ini juga membuka pintu bagi transfer
teknologi, seperti sistem irigasi pintar atau bahan bangunan ramah lingkungan yang
telah teruji di Pakistan.
Forum MIF 2025 menunjukkan bahwa sektor-sektor ini bukan
hanya peluang ekonomi, tapi juga alat diplomasi. Dengan menghadirkan mitra dari
Asia Selatan, Indonesia memperkuat posisinya di kawasan Indo-Pasifik. Basuki
Hadimuljono menekankan sinergi antara pemerintah, swasta, dan mitra asing
sebagai kunci sukses. "Kami siap mendukung setiap LoI menjadi
realitas," katanya.
Meski menjanjikan, investasi asing di IKN menghadapi tantangan seperti regulasi lahan dan keterlibatan masyarakat lokal. OIKN harus memastikan bahwa proyek seperti sekolah dan perumahan melibatkan tenaga kerja Dayak dan Kutai setempat, serta menghormati adat istiadat. Selain itu, koordinasi antarlembaga perlu ditingkatkan untuk menghindari tumpang tindih proyek.
Prospeknya cerah. Dengan 50 kesepakatan investasi, IKN
diproyeksikan menyerap miliaran dolar dalam waktu dekat. Kunjungan Chaundhri
menjadi contoh bagaimana hubungan bilateral bisa ditingkatkan melalui proyek
konkret. Artikel terkait seperti penyelesaian Jalan Sumbu Kebangsaan Sisi Timur
oleh WIKA menunjukkan kemajuan infrastruktur yang selaras dengan investasi ini.
Menuju IKN yang Inklusif dan Global
Minat Pakistan di IKN adalah tanda bahwa proyek ini
melampaui batas nasional, menjadi simbol kerjasama global. Dari sekolah
internasional hingga perumahan berkelanjutan, kontribusi ini akan membentuk
wajah Nusantara sebagai kota masa depan. Dengan MIF 2025 sebagai pemicu,
diharapkan lebih banyak negara bergabung, mewujudkan visi Presiden Prabowo
Subianto untuk IKN yang maju dan adil.
Pembangunan IKN bukan hanya soal gedung megah, tapi
menciptakan masyarakat yang sejahtera. Kerjasama dengan Pakistan membuka babak
baru, di mana sejarah berbagi pengalaman menjadi pondasi masa depan bersama.
Pantau terus perkembangan ini, karena setiap LoI adalah langkah menuju
Indonesia Emas 2045.







