![]() |
| Ilustrasi AI |
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terus
memperkuat komitmennya dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) di bidang
seni dan budaya, khususnya pada ranah musik klasik. Upaya ini menjadi bagian
penting dari strategi daerah dalam melestarikan nilai-nilai historis,
menanamkan identitas budaya lokal, serta menumbuhkan kreativitas generasi muda
agar mampu berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kaltim, Ririn Sari Dewi,
menegaskan bahwa pemerintah daerah melihat seni bukan sekadar kegiatan
estetika, tetapi juga instrumen pendidikan karakter yang efektif. Dalam
pandangannya, seni berperan besar dalam membentuk kepribadian masyarakat yang
toleran, demokratis, dan beradab. “Kami memberikan dukungan penuh terhadap
kegiatan pendidikan seni publik, museum, serta organisasi sejarah. Seni
terbukti dapat menjadi media pembelajaran yang menumbuhkan sikap toleransi dan
kemanusiaan,” ujar Ririn di Samarinda, Minggu.
Lebih lanjut, Ririn mencontohkan kegiatan seperti resital
piano yang digelar oleh lembaga pendidikan seni di Samarinda. Acara semacam
itu, kata dia, bukan hanya wadah untuk menunjukkan kemampuan teknis para
pelajar, tetapi juga ruang pembentukan karakter dan disiplin diri. “Kami
berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang unjuk kemampuan, tetapi juga
menanamkan rasa percaya diri, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap seni dan
budaya. Ini sejalan dengan visi Pemprov Kaltim untuk membangun SDM kreatif
melalui jalur kebudayaan,” tuturnya.
Menurutnya, seni musik merupakan salah satu subsektor
penting dalam pengembangan ekonomi kreatif, dan bahkan telah ditetapkan
sebagai bagian dari 17 subsektor ekonomi kreatif yang difokuskan di Kalimantan
Timur. Potensi musik, kata Ririn, bukan hanya dari sisi hiburan, tetapi juga
sebagai penguat identitas budaya dan pendukung sektor pariwisata daerah. “Seni
musik adalah bagian penting dari pembangunan ekonomi kreatif. Melalui acara
seperti ini, kita memperkuat ekosistem kreatif yang berkontribusi langsung
terhadap promosi budaya dan memperkaya identitas pariwisata Kaltim yang
berkarakter,” ujarnya menegaskan.
Ririn juga menyampaikan apresiasinya kepada Mozart
Institute, sebuah lembaga pendidikan musik yang konsisten membina anak-anak
dan remaja di Samarinda. Menurutnya, keberadaan lembaga tersebut telah membuka
ruang baru bagi talenta muda untuk menyalurkan minat dan bakat mereka di bidang
musik klasik. Ia menilai komitmen seperti ini sejalan dengan visi pemerintah
dalam menciptakan ekosistem seni yang inklusif. “Kami sangat mengapresiasi
Mozart Institute atas dedikasinya dalam membina talenta muda serta melestarikan
karya-karya musik klasik yang memiliki nilai historis tinggi,” tambahnya.
Sebagai bentuk dukungan konkret, Pemerintah Provinsi Kaltim
melalui Dinas Pariwisata telah menyediakan Temindung Kreatif Hub, sebuah
fasilitas kreatif yang disiapkan bagi pelajar, komunitas seni, dan pelaku musik
untuk berlatih, berkolaborasi, serta mengembangkan karya. Ruang ini menjadi
simbol nyata dari komitmen pemerintah daerah untuk membuka akses seluas-luasnya
bagi generasi muda dalam berkarya di bidang seni. “Kami punya wadah di
Temindung Kreatif Hub. Anak-anak dan komunitas musik bisa memanfaatkannya untuk
mengasah kemampuan mereka. Kami ingin semua kalangan memiliki kesempatan yang
sama untuk berkreasi,” kata Ririn.
Temindung Kreatif Hub sendiri kini menjadi salah satu pusat
kegiatan seni yang cukup aktif di Samarinda. Di tempat ini, berbagai komunitas
dari lintas disiplin seni kerap berkumpul untuk berdiskusi, berlatih, hingga
menampilkan karya mereka. Dengan dukungan fasilitas yang memadai dan suasana
yang terbuka untuk kolaborasi, hub ini diharapkan mampu menjadi titik temu
antara kreativitas, pendidikan, dan inovasi.
Pemerintah Provinsi Kaltim memandang bahwa penguatan sektor
seni dan budaya tidak hanya soal pelestarian tradisi, tetapi juga tentang
membangun masa depan ekonomi kreatif yang berdaya saing. Melalui kerja sama
antara pemerintah, lembaga pendidikan seni, dan komunitas kreatif, diharapkan
akan lahir generasi muda yang tidak hanya mahir dalam bermusik, tetapi juga
memiliki karakter dan visi pembangunan yang kuat.
“Kolaborasi adalah kunci. Kami ingin menciptakan sinergi
antara pemerintah, lembaga pendidikan seni, dan pelaku kreatif agar seni musik
di Kaltim tidak hanya hidup, tapi juga berkembang dan memberi dampak ekonomi,”
ujar Ririn.
Menurutnya, seni memiliki kemampuan unik untuk menyatukan
berbagai kalangan masyarakat tanpa sekat sosial atau ekonomi. Musik, khususnya,
dapat menjadi bahasa universal yang mempererat solidaritas dan rasa kebersamaan
di tengah masyarakat yang majemuk seperti Kalimantan Timur. Karena itu,
pengembangan seni musik klasik dan tradisional bukan hanya untuk tujuan
hiburan, tetapi juga sebagai sarana membangun karakter bangsa.
Salah satu visi jangka panjang pemerintah daerah adalah
menjadikan Kaltim sebagai pusat kebudayaan kreatif di kawasan timur
Indonesia, dengan mengoptimalkan potensi lokal dan mendorong inovasi di
berbagai sektor seni. Dukungan terhadap musik klasik hanyalah satu bagian dari
upaya besar tersebut. Di bidang lain seperti tari, teater, kriya, dan film,
pemerintah juga menyiapkan program serupa untuk memperkuat jejaring seniman
muda.
Kaltim sendiri dikenal memiliki tradisi musik dan seni yang
kaya, mulai dari musik tradisional suku Dayak, kesenian Melayu pesisir, hingga
pengaruh musik modern yang berkembang di kota-kota besar seperti Balikpapan dan
Samarinda. Pemerintah daerah berharap, dengan adanya wadah seperti Temindung
Kreatif Hub, para pelaku seni lintas genre dapat berkolaborasi menciptakan
karya-karya baru yang tetap berakar pada budaya lokal.
Lebih dari sekadar melahirkan musisi, Pemprov Kaltim juga
ingin menumbuhkan ekosistem ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Artinya,
setiap karya seni yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan nilai ekonomi
bagi pelaku seni itu sendiri, sekaligus mendukung sektor pariwisata daerah.
“Seni musik bukan hanya ekspresi jiwa, tapi juga peluang ekonomi. Kita bisa
melihat bagaimana konser, festival, dan kegiatan seni mampu menarik wisatawan
serta menciptakan perputaran ekonomi lokal,” jelas Ririn.
Ia menambahkan bahwa ke depan, pemerintah akan terus
mendorong pelaksanaan berbagai kegiatan seni seperti festival musik daerah,
lokakarya seni, hingga pameran kolaboratif yang melibatkan seniman lintas
bidang. Upaya ini diharapkan dapat memperluas akses masyarakat terhadap
kegiatan seni, sekaligus menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pelestarian
budaya.
Ririn juga menegaskan bahwa pembangunan SDM di bidang seni
tidak bisa dilepaskan dari dunia pendidikan. Oleh karena itu, Dinas Pariwisata
bersama Dinas Pendidikan akan memperkuat sinergi dalam memperkenalkan
pendidikan seni sejak usia dini. “Kami ingin anak-anak mengenal seni bukan
hanya sebagai hiburan, tapi juga sebagai cara berpikir dan berkreasi. Dengan
begitu, mereka tumbuh menjadi generasi yang berbudaya dan inovatif,” ujarnya.
Dengan langkah-langkah konkret ini, Kalimantan Timur
tampaknya siap memasuki babak baru dalam pengembangan seni dan budaya.
Pemerintah daerah berharap seni musik bisa menjadi jembatan yang menghubungkan
warisan masa lalu dengan masa depan yang lebih kreatif dan berdaya saing.
“Melalui seni, kita tidak hanya membangun manusia yang
cerdas secara intelektual, tetapi juga halus dalam budi pekerti dan kaya dalam
nilai budaya. Kami berharap seni musik dapat menjadi wadah penguatan
kreativitas sekaligus peningkatan kualitas SDM di Kalimantan Timur,” pungkas
Ririn dengan penuh optimisme.







