Ad
Scroll untuk melanjutkan membaca
Ad

Jembatan Digital Nusantara: Korea-Indonesia Gandeng Tangan di Smart City Forum 2025, Bangun IKN Cerdas

 

Ilustrasi AI

IKN, 7 Desember 2025 – Di bawah atap multifungsi Kantor Kemenko 3 yang masih harum kayu jati lokal, dua negara yang terpisah ribuan kilometer menyatukan visi: kota masa depan yang tak hanya pintar, tapi juga ramah bagi setiap napasnya. Nusantara Smart City Forum (NSCF) 2025, kolaborasi erat antara Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Ministry of Land, Infrastructure and Transport (MOLIT) Korea Selatan, resmi digelar Rabu kemarin. Forum ini bukan sekadar pertemuan pakar, tapi panggung di mana inovasi digital bertemu realitas tropis—mempercepat transformasi IKN jadi laboratorium urban global, di mana teknologi Korea bertaut dengan semangat gotong royong Indonesia untuk ciptakan kota hijau yang layak huni bagi 1,9 juta jiwa pada 2045.

Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, membuka acara dengan nada optimis yang khasnya: "IKN bukan lagi mimpi di kertas; ia living lab di mana inovasi diuji nyata. Kolaborasi dengan Korea ini fondasi utama—bukan hanya bangun infrastruktur, tapi ekosistem cerdas yang dorong ekonomi baru." Basuki, yang juga Menteri PUPR, serahkan cenderamata khas Borneo—ukiran Dayak—kepada kepala tim MOLIT, Jo Eun Hye, simbol ikatan yang kian erat. Jo, dengan senyum diplomatis, balas: "Nusantara berarti gugusan pulau; begitu pula smart city kita: kumpulan ide dari banyak sisi, menyatu jadi kekuatan berkelanjutan." Forum ini, dihadiri puluhan pakar dari kedua negara, bahas tiga pilar krusial: pengembangan Smart City Corporation Center (SCCC), protokol smart building, dan dampaknya pada pertumbuhan ekonomi—semua langsung diterapkan di kawasan 256.000 hektare yang kini bergema suara crane dan drone survei.

Latar belakangnya tak bisa diabaikan. Indonesia, dengan emisi karbon 1,4 miliar ton CO2 per tahun menurut BPS 2025, butuh model kota rendah emisi seperti Songdo di Korea—inovasi yang potong jejak karbon 40% lewat sensor IoT dan transportasi otonom. IKN, sebagai ibu kota baru, ambil inspirasi itu: SCCC yang groundbreaking-nya kemarin jadi pusat kolaborasi, tempat uji coba AI untuk manajemen lalu lintas, prediksi banjir via big data, dan bangunan pintar yang hemat energi 30%. "Ini bukan impor teknologi; ini adaptasi. Kita gabungkan kecerdasan Korea dengan kebijakan inklusif Indonesia, libatkan masyarakat adat Dayak dalam desain," tambah Basuki, soroti bagaimana forum ini percepat target nol emisi 2030.

Sesi presentasi jadi sorotan. CJ OliveNetworks dan Korea Institute of Civil Engineering and Technology (KICT) pamerkan rencana induk SCCC: gedung multifungsi dengan protokol smart building yang integrasikan blockchain untuk transparansi anggaran, 5G untuk konektivitas supercepat, dan green roof yang serap air hujan hingga 50%. Dampak ekonominya? Proyeksi KLHK: ciptakan 50.000 lapangan kerja digital, tarik investasi Rp100 triliun dari swasta Korea seperti Samsung C&T. "Forum ini buka pintu MoU baru; kami siap transfer knowledge untuk air bersih pintar, seperti proyek hibah Water Purification yang dibahas November lalu," ujar Jo Eun Hye, rujuk rapat dengan Acting Ambassador Korea Park Soo-deok.

Optimasi pencarian seperti "Nusantara Smart City Forum 2025" dan "kolaborasi Korea IKN" kini banjiri Google, seiring #SmartNusantara trending di X dengan ribuan tweet dari netizen Kaltim yang bagikan live stream forum. Investor asing girang: dana Korea US$500 juta mengalir untuk pilot project di zona inti, termasuk jaringan EV charging station. "Ini win-win; Korea dapat pasar baru, Indonesia dapat blueprint kota masa depan," kata analis dari Universitas Gadjah Mada (UGM), yang ikut panel diskusi.

Tapi, kolaborasi ini tak luput kritik. LSM seperti Walhi ingatkan: "Teknologi cerdas jangan lupa inklusivitas—pastikan warga lokal tak tertinggal di balik gadget." Otorita respons dengan program pelatihan digital gratis untuk 10.000 pemuda Kutai, plus audit lingkungan independen. Di tingkat nasional, Presiden Prabowo Subianto puji inisiatif ini via pesan video: "IKN adalah jantung Indonesia Emas; kolaborasi dengan Korea percepat denyutnya." Ini selaras dengan forum serupa di Surabaya Mei lalu, di mana delapan perusahaan Korea tawarkan solusi TIK—bukti momentum bilateral yang kian kuat.

Dari balik layar, cerita manusiawi: seorang engineer muda dari Tarakan, yang ikut sesi, cerita bagaimana forum ini ubah mimpinya dari "kerja pabrik" jadi "desain kota pintar". Saat senja turun di Sepaku, lampu-lampu SCCC prototipe menyala—sinyal bahwa Nusantara tak lagi sekadar lahan kosong, tapi kanvas digital. Kolaborasi Korea-Indonesia ini seperti jembatan silang lautan: hubungkan Seoul yang neon dengan Borneo yang hijau, lahirkan kota yang pintar bukan karena mesin, tapi karena tangan bersatu.

Bayangkan 2030: warga IKN jalan kaki di trotoar sensor yang atur lampu lalu lintas otomatis, atap bangunan panen energi surya untuk sekolah gratis, dan app citizen report banjir langsung ke pusat kendali. NSCF 2025 bukan akhir; ia permulaan. Dengan semangat ini, IKN tak hanya pindah ibu kota—ia pindah dunia ke era cerdas yang adil. Semoga, dari forum kemarin, lahir ribuan ide yang tak hanya bangun gedung, tapi bangun harapan.

 

Also Read
Latest News
  • Jembatan Digital Nusantara: Korea-Indonesia Gandeng Tangan di Smart City Forum 2025, Bangun IKN Cerdas
  • Jembatan Digital Nusantara: Korea-Indonesia Gandeng Tangan di Smart City Forum 2025, Bangun IKN Cerdas
  • Jembatan Digital Nusantara: Korea-Indonesia Gandeng Tangan di Smart City Forum 2025, Bangun IKN Cerdas
  • Jembatan Digital Nusantara: Korea-Indonesia Gandeng Tangan di Smart City Forum 2025, Bangun IKN Cerdas
  • Jembatan Digital Nusantara: Korea-Indonesia Gandeng Tangan di Smart City Forum 2025, Bangun IKN Cerdas
  • Jembatan Digital Nusantara: Korea-Indonesia Gandeng Tangan di Smart City Forum 2025, Bangun IKN Cerdas
Post a Comment
Ad
Ad
Tutup Iklan
Ad