![]() |
| Ilustrasi AI |
Banjarmasin – Di tengah semaraknya kegiatan Bulan
Inklusi Keuangan (BIK) 2025 yang digelar secara nasional, Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan (Kalsel) berkolaborasi erat dengan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) untuk menanamkan budaya menabung sejak dini kepada generasi muda. Acara
bertajuk “Menabung Itu Keren Wujudkan Mimpi Sejak Sekarang” yang berlangsung di
salah satu SMA negeri di Banjarmasin pada Jumat (31/10/2025) menjadi momen
inspiratif bagi ratusan pelajar. Kegiatan ini bukan hanya sosialisasi biasa,
tapi panggilan nyata untuk membangun fondasi finansial yang kuat bagi anak-anak
Kalsel, di mana literasi keuangan masih menjadi tantangan utama.
OJK Kalsel, di bawah kepemimpinan Kepala Kantor Agus Maiyo, menekankan bahwa menabung sejak usia dini adalah kunci utama untuk mencapai kemandirian finansial. “Kami ingin para pelajar memahami bahwa menabung bukan sekadar menyimpan uang, tapi investasi untuk mimpi mereka sendiri. Dari uang jajan harian hingga rencana kuliah, semuanya dimulai dari kebiasaan kecil ini,” ujar Agus Maiyo saat membuka acara. Hadir pula perwakilan Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel dan bank-bank daerah, yang turut membagikan cerita sukses pelajar yang sudah merasakan manfaat program serupa.
Acara ini merupakan bagian dari 9 rangkaian kegiatan BIK
2025 di Kalsel, yang melibatkan Pemerintah Provinsi, asosiasi keuangan, dan
perguruan tinggi. Hingga 25 Oktober 2025, OJK Kalsel telah menyelenggarakan 78
kegiatan edukasi keuangan di seluruh kabupaten/kota, menjangkau 17.874 peserta
dari pelajar, mahasiswa, ASN, hingga masyarakat umum. Topik utama mencakup
literasi keuangan dasar dan kewaspadaan terhadap praktik ilegal seperti pinjol
nakal atau investasi bodong, yang sering mengintai generasi muda di era digital
ini.
Bagi pelajar SMA di Banjarmasin, seperti yang diikuti acara
ini, kegiatan diawali dengan sesi interaktif. Para siswa diajak bermain peran
dalam simulasi pengelolaan uang saku: bagaimana membagi antara kebutuhan
harian, hiburan, dan tabungan. “Awalnya saya pikir menabung itu membosankan,
tapi setelah dengar cerita kakak alumni yang bisa beli laptop dari tabungan
sendiri, saya langsung semangat,” cerita Rina, siswi kelas XI, sambil memegang
celengan bertema Dayak yang dibagikan sebagai doorprize. Antusiasme seperti ini
yang diharapkan OJK, karena survei nasional menunjukkan indeks literasi
keuangan Indonesia hanya 66,46 persen, sementara inklusi keuangan 80,51 persen
– artinya, banyak yang punya akses tapi kurang paham cara menggunakannya.
Secara nasional, BIK 2025 mengusung tema “Inklusi Keuangan
untuk Semua, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”, sejalan dengan Strategi
Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) berdasarkan Perpres Nomor 114 Tahun 2020.
Target inklusi keuangan nasional adalah 91 persen pada akhir 2025, naik dari
tahun sebelumnya, dengan fokus pada segmen prioritas seperti pelajar dan UMKM.
Di Kalsel, capaian Triwulan III 2025 sudah menggembirakan: 37.543 rekening
Simpanan Pelajar dibuka, plus penyaluran Kredit/Pembiayaan Melawan Rentenir
(K/PMR) Rp4,35 miliar untuk 560 debitur. Ini bagian dari program Satu Rekening
Satu Pelajar (KEJAR), yang didukung Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah
(TPAKD). Bahkan, Kota Banjarmasin meraih TPAKD Award berkat inovasi “Mengubah
Sampah Jadi Tabungan Emas” dan UMARA (UMKM Maju dan Sejahtera) yang beri modal
tanpa bunga.
Manfaat menabung sejak dini bagi pelajar tak terhitung.
Pertama, membentuk disiplin dan hemat – pelajaran berharga untuk hidup dewasa.
Studi Universitas Indonesia tahun 2024 menunjukkan, pelajar yang rajin menabung
sejak SMP punya peluang 70 persen lebih tinggi capai stabilitas finansial
sebelum usia 35 tahun. Kedua, dana darurat terjamin; bayangkan, dari Rp5.000
seminggu, dalam setahun bisa terkumpul Rp260.000 – cukup untuk buku pelajaran
atau kursus online. Ketiga, persiapan pendidikan tinggi: biaya kuliah di Kalsel
bisa Rp20-50 juta per semester, dan tabungan dini bisa ringankan beban orang
tua. Keempat, kemandirian finansial; anak belajar mandiri, tak bergantung
pinjaman, dan hindari utang konsumtif. Terakhir, wujudkan mimpi: dari beli
gadget hingga traveling, tabungan jadi jembatan ke tujuan.
Di Kalsel, sektor jasa keuangan mendukung penuh. Aset
perbankan September 2025 tembus Rp110,39 triliun, tumbuh 12,40 persen
year-on-year, dengan kepemilikan saham Rp114,137 triliun – kedua tertinggi di
Kalimantan. OJK juga fasilitasi 13.769 layanan SLIK sepanjang 2025, bantu cek
kredit sehat. Kolaborasi seperti Komitmen Bersama Peningkatan Akses Keuangan
melalui Budidaya Padi Apung di Kabupaten Banjar (14 Oktober 2025) tunjukkan
bagaimana inklusi keuangan dorong ekonomi petani.
Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor, yang tak hadir langsung tapi
disampaikan perwakilannya, tekankan sinergi. “Kalsel ingin generasi muda tak
hanya pintar akademik, tapi juga finansial. Menabung sejak dini adalah
investasi untuk Kalsel Emas 2045,” katanya. Acara di SMA Banjarmasin diakhiri
pembukaan rekening massal dan workshop digital banking, di mana pelajar belajar
pakai app tabungan via QRIS – aman dan mudah.
Nasional, BIK 2025 catat 5.182 kegiatan, jangkau 10,8 juta
peserta – naik 67,87 persen dari 2024. Ini termasuk 5 juta rekening pergadaian
baru (naik 45 persen) dan 720.000 akun fintech. Prinsip “No One Left Behind”
jadi pegangan, khususnya di daerah 3T seperti pedalaman Kalsel.
Bagi pelajar, tantangan utama adalah godaan belanja online.
Tapi, dengan edukasi seperti ini, mereka belajar prioritas: tabung dulu, beli
kemudian. “Saya mau tabung buat kuliah di UI, biar nggak nyusahin orang tua,”
ujar Adi, siswa kelas XII. Cerita seperti ini yang bikin acara terasa hidup.
BIK 2025 tutup dengan harapan besar. Di Kalsel, target 91
persen inklusi keuangan akhir tahun harus tercapai, didukung TPAKD yang kini
ada 14 (1 provinsi, 13 kab/kota). Pelajar diundang aktif: buka rekening SimPel
di bank terdekat, ikut workshop OJK, dan sebarkan ke teman. Ini langkah kecil
untuk Kalsel sejahtera.







