Universitas Palangka Raya dan Panggung Riset Nasional: Menjawab Tantangan Kalimantan dengan Inovasi Lokal
![]() |
Ilustrasi AI |
Di tengah arus pembangunan dan transformasi yang melanda
Kalimantan, Universitas Palangka Raya (UPR) tampil sebagai aktor intelektual
yang tak hanya berdiam di ruang akademik, tetapi aktif menjawab tantangan nyata
di lapangan. Dalam forum resmi bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), UPR memamerkan hasil-hasil riset
unggulan yang mencerminkan semangat inovasi berbasis kebutuhan lokal dan
potensi regional. Momen ini bukan sekadar ajang presentasi, melainkan penegasan
bahwa perguruan tinggi daerah mampu menjadi pusat solusi, bukan sekadar
pengamat.
Salah satu riset yang mendapat sorotan adalah pengembangan
teknologi pertanian presisi di lahan gambut. Kalimantan Tengah, dengan
karakteristik tanahnya yang unik dan rentan, membutuhkan pendekatan yang
berbeda dari praktik pertanian konvensional. Tim peneliti UPR merancang sistem
berbasis sensor dan Internet of Things (IoT) untuk memantau kelembaban, kadar
nutrisi, dan kebutuhan irigasi secara real-time. Teknologi ini memungkinkan
petani lokal untuk mengambil keputusan berbasis data, bukan sekadar intuisi,
sehingga efisiensi produksi meningkat dan risiko kerusakan lingkungan dapat
ditekan.
Riset ini tidak lahir dari ruang laboratorium yang
terisolasi, melainkan dari dialog intensif antara akademisi dan petani.
Pendekatan partisipatif menjadi kunci keberhasilan, di mana kebutuhan lapangan
menjadi titik awal perumusan teknologi. Hasilnya adalah sistem yang tidak hanya
canggih, tetapi juga relevan dan mudah diadopsi oleh masyarakat. UPR
menunjukkan bahwa teknologi tinggi tidak harus rumit, asal dirancang dengan
empati dan pemahaman terhadap konteks lokal.
Selain pertanian, UPR juga menampilkan riset di bidang
teknologi informasi yang mengangkat kearifan lokal sebagai fondasi inovasi.
Salah satu proyek yang menarik perhatian adalah pengembangan aplikasi digital
berbasis bahasa daerah Dayak, yang digunakan untuk mendokumentasikan
pengetahuan tradisional. Aplikasi ini memuat informasi tentang pengobatan
herbal, sistem pertanian adat, dan ritual budaya yang selama ini diwariskan
secara lisan. Dengan digitalisasi, pengetahuan tersebut tidak hanya lestari,
tetapi juga dapat diakses oleh generasi muda yang hidup di era teknologi.
Inisiatif ini merupakan bentuk rekonsiliasi antara tradisi
dan modernitas. UPR tidak memposisikan kearifan lokal sebagai sesuatu yang
usang, tetapi sebagai sumber pengetahuan yang sah dan berharga. Dalam konteks
pembangunan Kalimantan yang sering kali mengabaikan dimensi budaya, riset
semacam ini menjadi pengingat bahwa pembangunan sejati harus berakar pada
identitas dan nilai-nilai lokal. Kemendikbudristek menyambut baik pendekatan
ini dan mendorong agar riset semacam ini diperluas ke wilayah lain di Indonesia.
Tak berhenti di situ, UPR juga memamerkan riset di bidang
energi terbarukan, khususnya pemanfaatan biomassa dari limbah pertanian dan
kehutanan. Kalimantan Tengah memiliki potensi besar dalam hal sumber daya
hayati, namun selama ini limbah organik sering kali tidak dimanfaatkan secara
optimal. Tim peneliti UPR merancang alat konversi energi sederhana yang dapat
digunakan oleh masyarakat pedesaan untuk menghasilkan listrik atau bahan bakar
alternatif. Proyek ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberdayakan
masyarakat secara ekonomi.
Dalam presentasinya, Rektor UPR menekankan bahwa riset-riset
ini merupakan hasil kolaborasi lintas disiplin dan dukungan penuh dari
pemerintah daerah. Ia menyatakan bahwa UPR tidak ingin menjadi menara gading,
tetapi laboratorium hidup yang berinteraksi langsung dengan masyarakat. “Kami
percaya bahwa ilmu pengetahuan harus berpihak pada masyarakat. Riset bukan
hanya untuk publikasi, tetapi untuk perubahan nyata,” ujarnya dengan tegas.
Kemendikbudristek merespons dengan antusias dan menyatakan
bahwa UPR memiliki potensi besar untuk menjadi pusat riset regional yang
mendukung pembangunan berkelanjutan. Perwakilan kementerian menekankan
pentingnya hilirisasi riset, yakni proses membawa hasil penelitian ke tahap
implementasi dan komersialisasi. Mereka mendorong UPR untuk menjalin kemitraan
dengan sektor swasta, pemerintah daerah, dan komunitas masyarakat agar hasil
riset tidak berhenti di atas kertas.
Forum ini juga menjadi ajang refleksi tentang peran
perguruan tinggi daerah dalam ekosistem riset nasional. Selama ini, dominasi
perguruan tinggi besar di kota-kota metropolitan sering kali menutupi potensi
kampus-kampus di daerah. Padahal, tantangan pembangunan di Indonesia sangat
beragam dan membutuhkan pendekatan yang kontekstual. UPR menunjukkan bahwa
dengan semangat kolaboratif dan keberpihakan pada masyarakat, perguruan tinggi
daerah bisa menjadi pusat inovasi yang relevan dan berdampak.
Ke depan, UPR berkomitmen untuk memperluas jangkauan
risetnya ke bidang kesehatan masyarakat, pendidikan inklusif, dan mitigasi
perubahan iklim. Mereka juga berencana membentuk pusat riset terpadu yang
menggabungkan laboratorium, inkubator bisnis, dan ruang kolaborasi komunitas.
Tujuannya adalah menciptakan ekosistem inovasi yang berkelanjutan dan inklusif,
di mana semua pihak—dari akademisi hingga warga desa—dapat berkontribusi.
Dalam konteks pembangunan Kalimantan yang semakin kompleks,
peran UPR menjadi semakin penting. Mereka tidak hanya mencetak lulusan, tetapi
juga menciptakan solusi. Mereka tidak hanya mengajar, tetapi juga mendengar.
Mereka tidak hanya meneliti, tetapi juga mengubah. Dengan semangat ini, UPR
menegaskan bahwa perguruan tinggi bukan hanya institusi pendidikan, tetapi juga
agen perubahan sosial.
Pameran riset ini menjadi bukti bahwa inovasi bisa lahir
dari mana saja, asal ada kemauan untuk mendengar, belajar, dan berkolaborasi.
UPR telah membuktikan bahwa Kalimantan Tengah bukan hanya wilayah yang
membutuhkan bantuan, tetapi juga tempat di mana solusi bisa ditemukan dan
dikembangkan. Sebuah pesan kuat bahwa pembangunan Indonesia harus inklusif,
berbasis lokal, dan berorientasi pada masa depan.
Dengan langkah-langkah ini, Universitas Palangka Raya tidak
hanya menjadi kebanggaan Kalimantan Tengah, tetapi juga inspirasi bagi seluruh
Indonesia. Mereka menunjukkan bahwa riset bukan hanya soal teknologi, tetapi
juga tentang keberpihakan, relevansi, dan keberanian untuk menjawab tantangan
zaman. Sebuah perjalanan intelektual yang tidak hanya mengubah kampus, tetapi
juga mengubah wajah pembangunan daerah.