IKN Bangun Terowongan Utilitas Sepanjang 34 Kilometer, Infrastruktur Tanpa Tiang Listrik di Permukaan
![]() |
Ilustrasi AI |
Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) terus menunjukkan
pendekatan yang berbeda dari kota-kota besar lainnya di Indonesia. Salah satu
inovasi yang kini mulai terlihat adalah sistem jaringan utilitas bawah tanah
yang disebut multi utility tunnel (MUT). Terowongan ini akan menjadi
jalur utama bagi berbagai kebutuhan dasar kota, seperti listrik, air bersih,
jaringan telekomunikasi, dan sistem limbah, tanpa melibatkan tiang-tiang
listrik atau kabel yang terlihat di permukaan. Dengan panjang total mencapai 34
kilometer, proyek ini menjadi salah satu infrastruktur kunci dalam mewujudkan
IKN sebagai kota modern, efisien, dan berkelanjutan.
Konsep MUT bukan hal baru secara global, namun penerapannya
di Indonesia, khususnya dalam skala sebesar IKN, merupakan langkah yang cukup
progresif. Terowongan ini dirancang untuk mengintegrasikan berbagai jaringan
utilitas dalam satu koridor bawah tanah, sehingga memudahkan pemeliharaan,
meningkatkan keamanan, dan menjaga estetika kota. Tidak adanya tiang listrik
atau kabel udara akan memberikan tampilan kota yang lebih rapi dan tertata,
sekaligus mengurangi risiko gangguan akibat cuaca ekstrem atau kecelakaan
konstruksi.
Pembangunan terowongan utilitas ini dimulai dari Kawasan
Inti Pusat Pemerintahan (KIPP), yang menjadi titik awal pengembangan IKN. Di
tahap awal, panjang terowongan yang dibangun mencapai 11 kilometer, dan akan
terus diperluas hingga total mencapai 34 kilometer. Terowongan ini memiliki
diameter sekitar 3 meter dan berada di kedalaman antara 6 hingga 12 meter dari
permukaan tanah. Kedalaman tersebut dipilih untuk memastikan keamanan struktur
dan kemudahan akses teknis bagi pemeliharaan di masa mendatang.
Kepala Satuan Tugas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur
IKN, Danis Hidayat Sumadilaga, menyatakan bahwa sistem MUT ini merupakan bagian
dari strategi besar untuk menjadikan IKN sebagai kota yang tidak hanya
berfungsi sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga sebagai model tata kelola
perkotaan yang modern dan berorientasi masa depan. Dengan seluruh jaringan
utilitas tertanam di bawah tanah, ruang permukaan kota dapat dimanfaatkan lebih
optimal untuk ruang publik, taman, dan jalur pejalan kaki, tanpa terganggu oleh
infrastruktur teknis.
Proyek ini dilaksanakan oleh dua perusahaan konstruksi milik
negara, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk, yang
menggunakan metode pipe jacking dan micro tunneling dalam proses
pembangunan. Teknologi ini memungkinkan pengeboran dilakukan dari satu titik ke
titik lain tanpa harus membuka permukaan tanah secara luas, sehingga mengurangi
dampak terhadap lingkungan sekitar dan mempercepat proses konstruksi. Metode
ini juga dinilai lebih aman dan presisi dalam membangun struktur bawah tanah
yang kompleks.
Selain efisiensi ruang dan estetika, sistem terowongan ini
juga dirancang untuk tahan terhadap gempa dan banjir. Material yang digunakan
memiliki ketahanan tinggi terhadap tekanan tanah dan air, serta dilengkapi
dengan sistem drainase internal untuk mencegah genangan. Pemerintah telah
melakukan kajian teknis mendalam untuk memastikan bahwa terowongan ini dapat
berfungsi optimal dalam berbagai kondisi cuaca dan geologi Kalimantan Timur,
termasuk potensi pergerakan tanah dan curah hujan tinggi.
Sistem MUT juga memungkinkan pengembangan jaringan utilitas
tambahan di masa depan tanpa perlu merombak infrastruktur yang sudah ada.
Dengan koridor yang terintegrasi, penambahan kabel listrik, pipa air, atau
jaringan fiber optik dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, tanpa mengganggu
aktivitas di permukaan kota. Hal ini sangat penting mengingat IKN dirancang
untuk tumbuh secara bertahap dan dinamis, mengikuti perkembangan jumlah
penduduk dan kebutuhan teknologi.
Pemerintah juga tengah menyusun regulasi dan standar teknis
untuk pengelolaan terowongan utilitas ini. Hal ini mencakup sistem pengawasan,
pemeliharaan berkala, serta mekanisme penanganan jika terjadi gangguan. Dengan
sistem yang terpusat dan mudah diakses, proses perbaikan dan pemeliharaan
diharapkan dapat dilakukan lebih cepat dan efisien dibandingkan sistem
konvensional yang tersebar dan sulit dijangkau.
Dalam konteks keberlanjutan, sistem MUT juga mendukung
prinsip smart city yang menjadi fondasi pengembangan IKN. Dengan
jaringan utilitas yang terintegrasi dan tersembunyi, kota dapat mengelola
sumber daya secara lebih efisien, mengurangi emisi karbon, dan meningkatkan
kualitas hidup penduduk. Selain itu, sistem ini juga memungkinkan penerapan
teknologi sensor dan pemantauan digital untuk mendeteksi gangguan atau
kebocoran secara real-time, sehingga respons teknis dapat dilakukan lebih cepat
dan tepat.
Pembangunan terowongan utilitas ini juga menjadi simbol dari
perubahan paradigma dalam pembangunan kota di Indonesia. Jika sebelumnya
infrastruktur teknis sering kali menjadi elemen yang mengganggu tata ruang dan
estetika kota, kini pendekatan yang lebih terencana dan terintegrasi mulai
diterapkan. IKN menjadi contoh bagaimana teknologi dan perencanaan dapat
berjalan beriringan untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih nyaman,
aman, dan efisien.
Meski tidak terlihat secara langsung, infrastruktur ini akan
memainkan peran krusial dalam mendukung kehidupan sehari-hari di IKN. Dari
aliran listrik yang stabil, air bersih yang terdistribusi merata, hingga
koneksi internet yang cepat dan andal—semuanya bergantung pada sistem yang
tersembunyi di bawah tanah. Dengan pendekatan ini, IKN diharapkan mampu
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penghuninya, sekaligus menunjukkan
komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan dan tata kelola kota yang modern.
Keberhasilan pembangunan terowongan utilitas ini juga akan
menjadi tolok ukur bagi pengembangan kota-kota lain di Indonesia. Jika sistem
ini terbukti efektif dan efisien, bukan tidak mungkin konsep serupa akan
diterapkan di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, atau Makassar. Dengan
demikian, IKN tidak hanya menjadi ibu kota baru, tetapi juga laboratorium urban
yang menginspirasi transformasi perkotaan di seluruh negeri.
Dalam jangka panjang, sistem MUT di IKN akan menjadi bagian
tak terpisahkan dari identitas kota. Meski tersembunyi dari pandangan,
keberadaannya akan dirasakan dalam setiap aspek kehidupan kota—dari pencahayaan
jalan hingga koneksi digital. Terowongan ini bukan sekadar infrastruktur
teknis, tetapi fondasi dari kota yang ingin tampil sebagai representasi masa
depan Indonesia: tertata, efisien, dan berorientasi pada keberlanjutan.
Dengan pembangunan yang terus berjalan dan dukungan
teknologi yang semakin canggih, IKN perlahan membentuk wajah baru kota
Indonesia. Terowongan utilitas sepanjang 34 kilometer ini menjadi bukti bahwa
pembangunan tidak selalu harus terlihat mencolok untuk memberikan dampak besar.
Justru dalam kesederhanaan dan ketersembunyiannya, sistem ini menunjukkan
bagaimana perencanaan yang matang dapat menciptakan kota yang lebih baik bagi
semua.