Diplomasi Kesehatan dan Mobilitas Profesional: 100 Perawat Indonesia Siap Perkuat Layanan Medis Brunei
Dalam lanskap kerja global yang semakin kompetitif,
Indonesia mengambil langkah strategis untuk memperluas penempatan tenaga
kesehatan terampil ke luar negeri. Salah satu inisiatif terbaru datang dari
Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), yang menyatakan
dukungan penuh terhadap program percontohan penempatan 100 perawat Indonesia ke
Jerudong Park Medical Centre (JPMC), Brunei Darussalam. Program ini digagas
oleh Binawan Grup, institusi pelatihan dan penempatan tenaga kerja yang telah
lama berkiprah dalam pengiriman tenaga kesehatan ke berbagai negara.
Langkah ini bukan sekadar ekspor tenaga kerja, tetapi bagian
dari diplomasi kesehatan yang lebih luas. Penempatan perawat terampil ke Brunei
mencerminkan sinergi antara kebutuhan tenaga medis global dan potensi sumber
daya manusia Indonesia yang kompeten. Dalam pertemuan resmi yang berlangsung di
Jakarta pada 16 September 2025, Direktur Penempatan Non Pemerintah pada Pemberi
Kerja Berbadan Hukum BP2MI, Nurhayati, menyampaikan bahwa Brunei merupakan
negara tujuan yang ideal karena memiliki sistem perlindungan pekerja migran
yang baik, serta kesamaan budaya dan bahasa yang memudahkan proses adaptasi.
“Brunei memiliki karakteristik yang mendukung penempatan
tenaga kerja Indonesia, khususnya di sektor kesehatan. Selain jarak yang
relatif dekat, faktor budaya dan sistem kerja yang terstruktur membuat kami
optimis bahwa program ini akan berjalan dengan baik,” ujar Nurhayati.
Kunjungan delegasi JPMC ke Binawan Training Centre di
Jakarta menjadi momen penting dalam proses verifikasi dan penguatan komitmen
antara kedua institusi. Chief People Officer JPMC, Mohammad Salehin Haji Basir,
menyatakan bahwa pihaknya sangat antusias untuk segera menerima tenaga perawat
dari Indonesia. Ia menekankan bahwa JPMC membutuhkan tenaga medis yang tidak
hanya terampil secara teknis, tetapi juga memiliki etika kerja dan kemampuan
komunikasi yang baik.
“Kami melihat Indonesia sebagai sumber tenaga kesehatan yang
sangat potensial. Perawat-perawat dari Indonesia dikenal memiliki dedikasi
tinggi dan kemampuan adaptasi yang baik. Kami berharap kerja sama ini bisa
segera difinalisasi,” kata Salehin.
Binawan Grup, sebagai mitra pelaksana, memiliki peran
sentral dalam memastikan bahwa para perawat yang akan dikirim ke Brunei telah
melalui proses pelatihan dan sertifikasi yang sesuai dengan standar
internasional. Direktur Operasional Binawan Grup, Danu Samsi Purnomosidhi,
menjelaskan bahwa inisiatif ini berawal dari informasi yang disampaikan oleh
Atase Ketenagakerjaan Indonesia di Brunei, yang mengidentifikasi adanya peluang
kerja yang signifikan di sektor kesehatan swasta.
“Binawan telah menyiapkan kurikulum pelatihan yang mengacu
pada standar global, termasuk pelatihan bahasa Inggris medis dan simulasi kerja
di fasilitas kesehatan. Kami ingin memastikan bahwa setiap perawat yang dikirim
benar-benar siap secara profesional,” ujar Danu.
Program ini juga mendapat dukungan dari Wakil Menteri
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, Christina Aryani, yang sebelumnya telah
melakukan pertemuan dengan pejabat Kementerian Kesehatan Brunei dan perwakilan
JPMC di Bandar Seri Begawan. Christina menyatakan bahwa pemerintah Indonesia
siap mempercepat mekanisme perekrutan tenaga kesehatan, termasuk
menyederhanakan proses administratif yang selama ini menjadi hambatan.
“Kami ingin memastikan bahwa tenaga kerja Indonesia,
khususnya di sektor kesehatan, memiliki akses yang lebih luas ke pasar kerja
internasional. Penempatan ini bukan hanya soal jumlah, tetapi juga soal
kualitas dan reputasi,” tegas Christina.
Penempatan 100 perawat ini merupakan bagian dari strategi
nasional untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia di pasar global.
Dalam konteks hubungan bilateral, kerja sama ini juga memperkuat diplomasi
sektor kesehatan, di mana tenaga kerja terampil menjadi instrumen soft power
yang mempererat hubungan antarnegara. Brunei, sebagai negara dengan sistem
kesehatan yang maju dan kebutuhan tenaga medis yang terus meningkat, menjadi
mitra ideal untuk uji coba penempatan tenaga kesehatan Indonesia secara
terstruktur dan berkelanjutan.
BP2MI menegaskan bahwa seluruh proses penempatan akan
dilakukan sesuai dengan prinsip pelindungan pekerja migran yang telah diatur
dalam perundang-undangan. Mulai dari tahap perekrutan, pelatihan, hingga
penempatan dan monitoring, semua akan diawasi secara ketat agar hak-hak pekerja
tetap terlindungi. Dalam konteks ini, Binawan Grup juga memiliki tanggung jawab
besar untuk memastikan bahwa para perawat yang dikirim benar-benar siap secara
teknis, mental, dan administratif.
Selain aspek teknis, program ini juga membuka peluang bagi
Indonesia untuk memperkuat citra profesionalisme tenaga kesehatan di kancah
internasional. Dengan standar pelatihan yang ketat dan sertifikasi yang diakui,
para perawat yang dikirim ke Brunei diharapkan mampu memberikan kontribusi
nyata dalam pelayanan kesehatan di negara tersebut. Hal ini juga menjadi bukti
bahwa tenaga kerja Indonesia tidak hanya mampu bersaing di sektor informal,
tetapi juga di sektor profesional yang membutuhkan kompetensi tinggi.
Jika program ini berhasil, skema penempatan tenaga kesehatan
seperti ini dapat diperluas ke negara-negara lain yang membutuhkan tenaga medis
berkualitas, seperti Jepang, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Dengan demikian,
Indonesia tidak hanya menjadi negara pengirim tenaga kerja, tetapi juga menjadi
mitra strategis dalam pembangunan sektor kesehatan global.
Di tengah tantangan global seperti pandemi dan krisis tenaga
kesehatan, penempatan perawat Indonesia ke Brunei menjadi langkah konkret yang
menunjukkan bahwa Indonesia siap berkontribusi dalam solusi internasional.
Program ini juga menjadi inspirasi bagi institusi pelatihan lain di Indonesia
untuk meningkatkan kualitas dan daya saing lulusan mereka, agar mampu memenuhi
standar kerja di luar negeri.
Dengan dukungan dari berbagai pihak—pemerintah, institusi
pelatihan, dan mitra internasional—penempatan 100 perawat terampil ke Brunei
bukan hanya menjadi proyek percontohan, tetapi juga simbol dari kesiapan
Indonesia untuk bersaing di pasar tenaga kerja global. Ini adalah momentum yang
harus dijaga dan dikembangkan, agar tenaga kerja Indonesia semakin diakui dan
dihargai di panggung internasional.