Tangis Seorang Ibu Migran: Anak Diperkosa di Tanah Air, Pelaku Belum Jua Tersentuh Hukum
Pontianak, Kalimantan Barat – Duka mendalam kini
menyelimuti seorang ibu muda bernama Dika, yang tengah bekerja sebagai Pekerja
Migran Indonesia (PMI) di Kuala Lumpur, Malaysia. Dika, 27 tahun, menyuarakan
tangis pilu melalui surat terbuka kepada Presiden Prabowo Subianto, memohon
keadilan atas tragedi yang menimpa putrinya, Kia (4 tahun), di kampung halaman
mereka di Pontianak, Kalimantan Barat.
![]() |
Sumber : Instagram @cerita_tiwi |
Namun, sepuluh hari kemudian, Kia dikembalikan ke rumah
dalam kondisi demam tinggi. Orang tua Dika sempat memberinya obat penurun
panas, namun kondisi bocah malang itu tak juga membaik. Ibu dan adik Dika yang
bekerja di apotek akhirnya membawa Kia berobat ke RS Kharitas Bakti.
Di situlah, seperti disambar petir di siang bolong, dokter
menyatakan bahwa Kia menjadi korban pemerkosaan. Tak hanya itu, hasil
pemeriksaan juga menunjukkan bahwa Kia positif menderita penyakit menular
seksual gonore (kencing nanah). Luka fisik dan trauma mendalam membuat Kia
sempat meraung kesakitan saat buang air kecil karena keluarnya cairan berwarna
hijau menyerupai nanah.
Kepada ibunya, Kia mengungkapkan bahwa pelakunya adalah
orang yang tinggal di rumah tempat ia menginap, yaitu di kediaman ayah angkat
dari mantan suami Dika. Betapa terkejut dan hancur hati sang ibu saat mendengar
pengakuan ini langsung dari mulut putrinya sendiri. “Masa setega dan sejahat
itu pada anak saya?” tulis Dika dalam unggahan media sosialnya yang kini telah
viral.
Atas peristiwa tragis ini, Dika kemudian membuat laporan
pengaduan ke Polresta Pontianak pada 22 Juni 2024, yang kemudian dinaikkan
menjadi laporan resmi pada 18 September 2024 dengan nomor:
STPL/B/346/IX/2024/SPKT/Polresta Pontianak/Polda Kalbar.
Namun hingga kini, lebih dari setahun berlalu, belum ada
perkembangan berarti. Dika menyatakan bahwa penyidik belum menetapkan satu pun
tersangka, meskipun anaknya sudah menyebut dengan jelas siapa pelakunya.
Bahkan, penyidik bernama Bripgol Rahmania dinilai tidak serius menangani
perkara ini, seolah enggan mengungkap pelaku sebenarnya yang telah
menghancurkan masa depan anaknya.
Dika juga menjelaskan bahwa semua keterangan yang diberikan
anaknya soal pelaku tidak satupun dicantumkan dalam berkas perkara. Padahal,
Kia sudah diperiksa berkali-kali dengan pendampingan psikolog. Bahkan kehadiran
pendamping hukum dari pihak keluarga pun diabaikan begitu saja oleh penyidik,
karena tidak dicatat dalam berkas.
"Saya hanya ingin keadilan untuk anak saya. Semua ini
demi masa depan Kia, agar dia tahu bahwa ibunya tidak tinggal diam,"
ungkap Dika.
Di tengah perjuangannya menuntut keadilan dari luar negeri,
Dika menulis surat terbuka yang menggugah hati, ditujukan kepada Presiden
Prabowo Subianto. Dalam surat yang ia unggah di media sosial tersebut, ia
memohon langsung kepada kepala negara agar turun tangan menangani kasus ini.
Dengan hati pilu, Dika mengaku hanya ingin memeluk anaknya kembali dan
memastikan bahwa anaknya akan baik-baik saja.
“Saya rindu ingin pulang ke Indonesia memeluk anak saya,”
tulisnya. “Tolonglah saya, Bapak Presiden. Berilah keadilan atas perkara anak
saya pada peringatan Hari Anak Nasional kali ini. Kemana lagi saya meminta
pertolongan jika Presiden sendiri mengabaikan suara saya?”
Ia juga mengecam keras kinerja aparat yang menurutnya tidak
memiliki hati nurani. “Saya melaporkan penyidik polwan pohon pisang yang hanya
punya jantung, tak punya hati dan nurani,” tulisnya dengan getir.
Pada momen peringatan Hari Anak Nasional, Dika kembali
menyuarakan harapannya. Ia mengucapkan permohonan maaf kepada anak-anaknya
karena tak bisa menemani mereka tumbuh dan hanya bisa memperjuangkan dari jauh.
Ia berharap Presiden Prabowo berkenan memberikan perhatian, serta memerintahkan
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk mengevaluasi kinerja penyidik dalam
menangani perkara anaknya.
"Melalui momen ini, saya menyampaikan permohonan maaf
sebesar-besarnya pada kedua anakku di tanah air karena saya tidak bisa memeluk
dan mendekap mereka," tulisnya. "Saya berharap Presiden Indonesia
bisa mendengar suara saya dan membantu kami mendapatkan keadilan."
Dalam unggahan terakhirnya, Dika menutup seruannya dengan
sebuah harapan kecil. “Kiranya Bapak Presiden berkenan membantu saya. Terima
kasih, semoga Bapak Presiden selalu sehat. Kuala Lumpur, 23 Juli 2025. Hormat
saya, DIKA.”
Kini, unggahan Dika telah mendapat respons luas dari warganet yang bersimpati dan ikut menyebarkan pesannya. Banyak yang mengimbau agar kasus ini segera mendapat perhatian serius dari pihak berwenang, dan pelaku dapat dihukum seberat-beratnya.