Proyek Irigasi dan Pengendalian Banjir Terbesar Dimulai di Kalbar, Pemerintah Targetkan Ketahanan Air dan Pangan
Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) memulai langkah besar dalam memperkuat ketahanan air
dan pangan nasional di wilayah Kalimantan Barat. Fokus utama tahun ini adalah
kawasan Sungai Kapuas dan sekitarnya, yang akan menjadi lokasi pembangunan
serta rehabilitasi infrastruktur sumber daya air berskala besar sepanjang tahun
2025.
Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo, menyampaikan bahwa proyek ini merupakan bagian dari strategi nasional untuk menghadapi tantangan urbanisasi, perubahan iklim, serta ancaman krisis pangan di masa mendatang. Menurut Dody, pembangunan infrastruktur air yang berkelanjutan adalah salah satu kunci utama dalam menjamin ketahanan nasional di sektor pertanian maupun perlindungan terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir dan kekeringan.
“Pembangunan ini menjadi kunci dalam menghadapi tantangan iklim dan mendukung ketahanan pangan nasional,” ujar Dody kepada wartawan, Jumat, 11 Juli 2025.
Dalam program 2025, proyek infrastruktur air diarahkan untuk mendukung empat hal utama: pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi dan rawa, pelaksanaan operasi serta pemeliharaan berkala infrastruktur air, dan pengendalian daya rusak air terutama dalam rangka mitigasi bencana banjir yang kerap terjadi di kawasan Sungai Kapuas.
Salah satu proyek prioritas adalah peningkatan Daerah Irigasi Rawa (DIR) Teluk Batang Komplek di Kabupaten Kayong Utara. Proyek ini ditargetkan akan mendukung pengairan lahan pertanian dan meningkatkan produktivitas petani lokal. Selain itu, akan dibangun sejumlah bangunan irigasi serta pintu air di wilayah Ketapang, Kubu Raya, dan Sambas yang dinilai strategis untuk memperluas cakupan irigasi dan memperbaiki pengelolaan air di lahan pertanian.
Sementara itu, untuk daerah-daerah yang memiliki jaringan irigasi lama atau rusak, pemerintah juga melakukan rehabilitasi secara bertahap. Untuk tahun ini, rehabilitasi jaringan irigasi tahap pertama dan jaringan utama tahap kedua akan dilakukan di beberapa Daerah Irigasi (DI) dan Daerah Irigasi Rawa (DIR) yang menjadi kewenangan pemerintah daerah.
Selain pembangunan baru, Kementerian PU juga menekankan pentingnya pemeliharaan infrastruktur secara berkala guna menjaga keberlanjutan sistem. Pemeliharaan mekanis direncanakan berlangsung di 12 lokasi utama yang tersebar di berbagai kabupaten. Lokasi tersebut meliputi Kubu Komplek dan Teluk Bayur di Kubu Raya, serta daerah Sebubus, Sarang Burung, Pimpinan, Pemangkat, Sebangkau, Selakau, dan Semelagi di Kabupaten Sambas. Di Kabupaten Ketapang, pemeliharaan akan dilakukan di kawasan Pematang Gadung I dan II serta Sungai Kinjil.
Tak hanya fokus pada irigasi, proyek ini juga mencakup upaya serius dalam pengendalian daya rusak air. Menurut Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan I, Pramono, tujuan dari pengendalian daya rusak air adalah untuk mengurangi risiko banjir yang kerap terjadi di wilayah-wilayah dataran rendah dan sekitar aliran Sungai Kapuas.
“Kegiatan ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga penting untuk mitigasi risiko banjir,” ujar Pramono.
Sebagai bagian dari strategi pengendalian banjir, pemerintah akan melakukan penanganan di sejumlah titik rawan. Salah satu fokusnya adalah di Sungai Melawi, yang merupakan anak Sungai Kapuas dan sering menjadi sumber banjir tahunan. Selain itu, akan dilakukan pengamanan jalur Trans Kalimantan agar lalu lintas logistik tidak terganggu oleh genangan atau banjir musiman. Pemerintah juga akan memperkuat sistem drainase di kawasan perkotaan untuk mencegah akumulasi air saat musim hujan.
Pemerintah berharap, dengan selesainya proyek ini, Kalimantan Barat bisa menjadi salah satu wilayah model ketahanan air dan pangan di Indonesia. Stabilitas sistem irigasi akan memperkuat hasil produksi pertanian, mengurangi kerugian akibat banjir, dan pada akhirnya mendongkrak perekonomian lokal berbasis sektor agraria.
Dalam konteks yang lebih luas, proyek ini diharapkan bisa membawa dampak besar terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat Kalbar. Dengan sistem irigasi yang lebih baik dan pengendalian banjir yang lebih kuat, para petani bisa meningkatkan produktivitas tanpa harus khawatir kehilangan hasil panen akibat kekurangan air atau terendam banjir. Selain itu, pengamanan infrastruktur jalan seperti Trans Kalimantan akan meningkatkan konektivitas antarwilayah dan mempercepat distribusi hasil pertanian ke pasar-pasar utama di Kalimantan maupun luar pulau.
Pemerintah pusat juga menargetkan agar pembangunan infrastruktur air ini selaras dengan penguatan kelembagaan lokal. Pemerintah daerah akan dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan proyek, termasuk pelatihan operator irigasi dan tim teknis untuk pemeliharaan sistem yang telah dibangun. Tujuannya agar infrastruktur yang selesai dibangun tidak hanya berfungsi sesaat, tapi bisa bertahan lama dan terus dimanfaatkan masyarakat.
Langkah strategis ini juga akan diperkuat oleh dukungan data dan teknologi. Pemerintah akan memanfaatkan pemetaan geospasial, pemantauan debit sungai secara digital, dan sistem informasi irigasi berbasis daring untuk mengelola air secara efisien dan tepat sasaran. Hal ini penting mengingat perubahan iklim yang tak menentu membuat kebutuhan akan manajemen air yang adaptif menjadi semakin mendesak.
Dengan total luasan proyek irigasi dan pengendalian banjir yang mencapai ribuan hektare, proyek ini bukan hanya soal membangun fisik, tapi juga tentang menyiapkan Kalimantan Barat sebagai wilayah yang siap menghadapi tantangan masa depan, baik dari segi ketahanan pangan, perubahan iklim, maupun pertumbuhan penduduk.
Jika berjalan sesuai rencana, proyek infrastruktur sumber daya air yang dijalankan pada 2025 ini akan menjadi fondasi jangka panjang dalam membangun kemandirian pangan dan perlindungan masyarakat dari bencana hidrometeorologi. Keberhasilan proyek ini di Kalbar juga akan dijadikan tolok ukur untuk proyek serupa di provinsi lain yang memiliki kondisi geografis dan tantangan lingkungan yang serupa.