Tahap Dua Pembangunan IKN Dimulai: Sembilan Proyek Baru Ditandatangani, Sepaku Jadi Pusat Perubahan

  

Ilustrasi : AI

Tahap baru dalam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara resmi dimulai. Sembilan proyek baru yang menjadi bagian dari pembangunan tahap dua telah diteken oleh Otorita IKN, mengukuhkan komitmen pemerintah untuk terus mendorong akselerasi pembangunan kota masa depan Indonesia ini. Penandatanganan dilakukan di wilayah Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur—wilayah yang kini menjadi denyut nadi awal dari mimpi besar Indonesia untuk menghadirkan pusat pemerintahan yang lebih modern, hijau, dan terdesentralisasi dari Pulau Jawa.

Dalam pernyataannya kepada media pada Sabtu lalu, Pelaksana Tugas Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Otorita IKN, Danis H. Sumadilaga, menyebutkan bahwa pembangunan IKN kini resmi memasuki tahap keduanya. Ini adalah fase lanjutan setelah tahap pertama yang berfokus pada infrastruktur dasar dan pembangunan inti kawasan pemerintahan.

 

“IKN kini masuk tahap dua pembangunan,” ujar Danis di tengah kunjungannya ke kawasan Sepaku.

Tahap kedua ini memiliki cakupan yang tidak kalah signifikan dibanding tahap sebelumnya. Dalam daftar sembilan proyek baru yang ditandatangani tersebut, tercantum tujuh proyek pembangunan infrastruktur jalan, satu proyek besar penataan kawasan olahraga dan ruang terbuka hijau (RTH), serta proyek besar lainnya yang menata ulang kawasan Sepaku—sebuah daerah yang telah memiliki aktivitas sosial dan ekonomi aktif sebelum kehadiran proyek IKN.

Danis menjelaskan bahwa pembangunan di kawasan Sepaku bukanlah pekerjaan yang sederhana. Berbeda dengan pembangunan di atas lahan kosong, proyek di Sepaku menuntut pendekatan sosial dan partisipatif yang jauh lebih dalam. Proses menuju penandatanganan kontrak bahkan memakan waktu lebih dari satu tahun karena harus melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan, termasuk dalam hal desain dan peruntukan lahan pasar tradisional yang menjadi jantung perekonomian warga.

“Penataan kawasan Sepaku bukan proyek biasa karena dilakukan di kawasan yang telah aktif secara sosial dan ekonomi,” ungkapnya.

Salah satu sorotan penting adalah pembangunan kembali Pasar Sepaku. Pasar ini bukan sekadar tempat jual beli, tapi juga pusat interaksi sosial masyarakat lokal yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Untuk itulah, konsep pembangunan pasar baru harus melibatkan suara warga. Sebuah proses voting pun dilakukan guna menentukan desain pasar yang paling sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Pembangunan Pasar Sepaku akan dilakukan di atas tanah desa. Selama proses konstruksi berlangsung, para pedagang akan direlokasi secara sementara ke tempat yang telah disediakan. Namun begitu pembangunan rampung, para pedagang akan kembali ke pasar tersebut dan melanjutkan aktivitas seperti semula, kini dengan fasilitas yang jauh lebih baik dan representatif.

Tidak kalah pentingnya adalah proyek penataan kawasan olahraga dan ruang terbuka hijau yang akan dikembangkan menjadi ruang publik fungsional, edukatif, sekaligus tempat rekreasi. Salah satu yang disorot adalah pengembangan kawasan glamping—konsep “glamorous camping” yang populer di kalangan wisatawan muda. Namun dalam konteks IKN, kawasan ini disulap menjadi ruang terbuka hijau yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti edukasi, penelitian, dan rekreasi.

“Kawasan glamping ditingkatkan menjadi ruang terbuka hijau dapat dimanfaatkan masyarakat untuk edukasi, rekreasi, dan riset,” jelas Danis.

Ia juga menambahkan bahwa kawasan tersebut memiliki potensi ekologis yang luar biasa. Dengan keberadaan hutan tropis yang masih cukup utuh, tempat ini ideal untuk dijadikan pusat pembelajaran dan penelitian di bidang kehutanan dan lingkungan hidup. Ini adalah bagian dari semangat pembangunan IKN yang berorientasi pada keberlanjutan dan harmonisasi dengan alam.

Adapun nilai investasi dari keseluruhan paket proyek yang ditandatangani dalam tahap dua ini mencapai angka yang signifikan. Untuk proyek peningkatan kualitas jalan sepanjang lebih dari 12,3 kilometer, nilai investasinya mencapai sekitar Rp3,042 triliun. Sementara untuk penataan kawasan olahraga, ruang terbuka hijau, serta kawasan Sepaku secara keseluruhan, anggaran yang digelontorkan sekitar Rp313,2 miliar.

Dan semua dana untuk pembiayaan proyek-proyek ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2025.

Seperti yang telah diketahui, pembangunan IKN tidak hanya sekadar memindahkan pusat pemerintahan dari Jakarta ke Kalimantan. Ini adalah transformasi menyeluruh terhadap cara Indonesia membayangkan kota masa depan: cerdas, berkelanjutan, berorientasi pada manusia, dan ramah lingkungan. Danis menyebutkan bahwa pembangunan tahap dua ini juga meliputi penyelesaian jaringan distribusi air minum, pengembangan jaringan jalan lainnya, serta pembangunan kawasan yudikatif dan legislatif yang akan menjadi pusat aktivitas lembaga-lembaga negara.

Seluruh aspek pembangunan dirancang secara terintegrasi dan kolaboratif, melibatkan lintas kementerian, lembaga, dan tentunya pemangku kepentingan lokal. Ini penting karena keberhasilan IKN bukan hanya soal infrastruktur fisik, tapi juga keberhasilan sosial dan budaya dalam membaurkan pembangunan nasional dengan kehidupan masyarakat lokal yang sudah lama menetap di kawasan tersebut.

Penting untuk digarisbawahi bahwa proses pembangunan tidak dilakukan secara top-down. Dalam setiap tahapannya, suara masyarakat lokal tetap didengar dan dijadikan pertimbangan utama. Misalnya saja dalam pemilihan desain pasar, semua dilakukan melalui mekanisme yang transparan dan partisipatif. Begitu pula dalam perencanaan relokasi pedagang selama masa konstruksi—pemerintah berkomitmen untuk tidak merugikan masyarakat yang selama ini menggantungkan hidup dari aktivitas ekonomi di kawasan tersebut.

Pembangunan kawasan glamping yang awalnya bersifat eksklusif juga menjadi contoh bagaimana pendekatan pembangunan IKN kini diarahkan ke akses publik yang inklusif. Dengan peningkatan menjadi ruang terbuka hijau yang multifungsi, kawasan ini diharapkan menjadi ikon baru edukasi ekologi dan wisata berbasis alam di Kalimantan Timur.

Dari sisi teknis, proyek peningkatan jalan sepanjang 12,3 kilometer bukan hanya perbaikan aspal biasa. Proyek ini meliputi pelebaran, perbaikan fondasi jalan, sistem drainase baru, dan penggunaan teknologi material ramah lingkungan. Jalan-jalan tersebut akan menjadi urat nadi baru penghubung antarwilayah di dalam IKN, dan juga menjadi tulang punggung logistik saat aktivitas pemerintahan mulai beroperasi penuh.

Dalam konteks yang lebih luas, semua proyek ini juga menjadi peluang kerja bagi masyarakat lokal. Pemerintah menyatakan bahwa pelibatan tenaga kerja lokal akan dioptimalkan dalam seluruh proses konstruksi maupun pasca konstruksi, termasuk dalam pengelolaan pasar dan ruang publik baru yang dibangun.

Tak hanya sampai di sana, pembangunan tahap dua ini juga menjadi bagian penting dalam skenario besar persiapan pemindahan pusat pemerintahan secara bertahap yang akan dimulai pada 2025. Semua infrastruktur pendukung seperti jaringan air minum, sistem pengolahan limbah, transportasi publik, hingga jaringan listrik dan internet dipastikan akan rampung sesuai dengan target.

Seperti yang telah diumumkan sebelumnya, Presiden Joko Widodo menargetkan perayaan HUT RI ke-80 pada 2025 akan diselenggarakan di IKN. Maka dari itu, seluruh pihak yang terlibat terus bekerja ekstra dalam memastikan bahwa target tersebut tidak hanya realistis, tetapi juga berkualitas dari sisi pembangunan dan keberterimaan sosial.

Dengan ditandatanganinya sembilan proyek baru ini, tahap kedua pembangunan IKN bukan lagi sekadar rencana. Ia telah bergerak menjadi kenyataan. Kawasan Sepaku, yang sebelumnya hanyalah salah satu kecamatan di Kalimantan Timur, kini menjelma menjadi pusat perhatian nasional bahkan internasional. Masyarakatnya, yang dulunya tidak pernah membayangkan tinggal di pusat pemerintahan negara, kini menjadi pelaku aktif dalam sejarah baru Indonesia.

Ke depan, pembangunan IKN akan terus berlanjut dalam berbagai tahap, dengan visi besar menjadikannya sebagai kota masa depan dunia yang menjadi model bagi kota-kota lain di Indonesia dan mancanegara. Namun yang paling penting, seperti yang ditunjukkan dalam pembangunan tahap dua ini, adalah bahwa semua itu dilakukan dengan prinsip keberlanjutan, partisipasi masyarakat, dan rasa hormat terhadap alam serta kehidupan sosial yang sudah lebih dulu ada.

Next Post Previous Post