Kolaborasi Indonesia-Australia Wujudkan Pendidikan Dasar Berkualitas di IKN: Fondasi Nusantara Menuju Kota Cerdas
Di tengah geliat pembangunan infrastruktur fisik yang
mendefinisikan wajah baru Ibu Kota Nusantara (IKN), ada satu gerakan sunyi
namun krusial yang tengah digerakkan: pembangunan sistem pendidikan dasar yang
berkualitas, inklusif, dan berorientasi masa depan. Tak hanya sekadar membangun
gedung-gedung sekolah, pemerintah bersama mitra internasional bertekad
membentuk pondasi sumber daya manusia unggul sejak usia dini. Inilah kisah
tentang bagaimana kerja sama lintas negara, antara Indonesia dan Australia, merevolusi
pendidikan dasar di jantung masa depan Indonesia.
Melalui kolaborasi erat antara Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), serta Program Inovasi Australia-Indonesia (INOVASI), sebuah sistem pendidikan yang baru dan dinamis mulai dikembangkan. Sistem ini tidak hanya berfokus pada pengajaran, tetapi juga pada keterlibatan aktif siswa, data yang akurat sebagai dasar pengambilan keputusan, serta penguatan peran para guru dan kepala sekolah sebagai pilar utama pembentukan karakter dan pengetahuan generasi mendatang.
Sejak 2024, kolaborasi ini telah menyentuh 122 sekolah dasar di wilayah IKN. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan komitmen nyata untuk menghadirkan transformasi pendidikan sejak di fase awal. Pelatihan guru menjadi tulang punggung utama, karena pada akhirnya, kualitas guru menentukan kualitas pembelajaran. Tak hanya itu, program ini juga mencakup distribusi buku-buku pembelajaran yang relevan dan kontekstual, serta diseminasi praktik-praktik baik dalam literasi, numerasi, dan penguatan karakter. Semua dilakukan dengan semangat kolaboratif yang menjadikan pendidikan sebagai proyek bersama, bukan tugas eksklusif pemerintah.
Kepala OIKN, Basuki Hadimuljono, dalam pernyataannya menegaskan bahwa pendidikan dasar bukanlah pelengkap dari pembangunan fisik, melainkan fondasi utama dari seluruh ekosistem kota cerdas yang ingin dibangun di Nusantara. Dengan bahasa yang lugas namun penuh makna, Basuki berkata, “OIKN tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga berkomitmen membangun sumber daya manusia di wilayah IKN. Salah satunya adalah melalui peningkatan mutu pendidikan sebagai investasi jangka panjang bagi generasi masa depan. Untuk mempercepat upaya ini, OIKN menjalin kerja sama dengan berbagai pihak agar transformasi pendidikan dapat berlangsung secara kolaboratif, berkelanjutan, dan berdampak luas.”
Pernyataan ini memperjelas arah pembangunan IKN yang tidak semata-mata berbasis pada teknologi dan beton, tetapi juga manusia yang akan menjalankan dan menghidupkan kota tersebut dalam jangka panjang. Dengan kata lain, kota cerdas bukan hanya tentang sistem digital dan transportasi hijau, tapi juga tentang manusia yang berpikir kritis, memiliki empati, serta mampu bekerja sama dan berinovasi.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Abdul Mu’ti, juga menyampaikan perspektif serupa. Ia menekankan pentingnya kemitraan lintas sektor dalam merancang sistem pendidikan yang berkeadilan. “Kemitraan merupakan landasan utama dalam menciptakan transformasi pendidikan yang berkualitas, inklusif, dan adil yang melayani setiap anak Indonesia,” ujarnya. Ucapan Mu’ti ini memperlihatkan bahwa pemerintah menyadari kompleksitas persoalan pendidikan yang tidak bisa diselesaikan sendirian, melainkan harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan—baik dari dalam negeri maupun internasional.
Salah satu mitra strategis dalam proyek besar ini adalah Pemerintah Australia. Komitmen Negeri Kanguru terhadap pendidikan anak-anak Indonesia ditegaskan kembali melalui keterlibatan aktif dalam Program INOVASI. Bahkan, saat kunjungan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese ke Jakarta pada Mei lalu, ia bersama Presiden Indonesia Prabowo Subianto secara terbuka menyatakan komitmen bersama mereka untuk meningkatkan capaian literasi dan numerasi di kalangan anak-anak.
Komitmen tersebut kini mulai tampak nyata di lapangan. Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gita Kamath, menyampaikan kebanggaannya melihat buah dari kerja sama dua negara ini. “Ketika bertemu di Jakarta pada bulan Mei, Perdana Menteri Albanese dan Presiden Prabowo menegaskan kembali komitmen bersama mereka untuk meningkatkan capaian literasi dan numerasi bagi anak-anak. Sungguh luar biasa dapat melihat komitmen ini terwujud di IKN,” kata Gita.
Sebagai bentuk perayaan sekaligus transparansi dari upaya kolaboratif ini, OIKN bersama Kemendikdasmen dan INOVASI menggelar sebuah pameran pendidikan pada hari ini di kantor OIKN. Pameran tersebut menampilkan hasil-hasil pembelajaran yang telah diraih oleh sekolah-sekolah binaan. Mulai dari karya siswa, metode pembelajaran baru, hingga sistem pelatihan guru yang diterapkan. Tidak hanya menjadi ajang apresiasi, acara ini juga menghadirkan diskusi publik yang melibatkan kepala sekolah, guru, orang tua, dan para pakar pendidikan.
Atmosfer diskusi pun terasa dinamis, menunjukkan bahwa transformasi pendidikan bukan proses satu arah. Dari pameran itu terungkap bagaimana para guru kini mulai berani bereksperimen dengan pendekatan pembelajaran partisipatif, bagaimana kepala sekolah lebih adaptif terhadap data, dan bagaimana orang tua dilibatkan aktif dalam proses pendidikan anak-anak mereka. Sungguh, ini adalah pemandangan yang kontras dengan stigma lama sistem pendidikan yang kaku dan birokratis.
Salah satu praktik menarik yang ditampilkan dalam pameran tersebut adalah penggunaan data untuk menyesuaikan strategi pembelajaran. Guru tidak lagi mengajar berdasarkan intuisi semata, melainkan berdasarkan evaluasi mendalam terhadap capaian literasi dan numerasi setiap murid. Data juga digunakan oleh kepala sekolah untuk merancang program pengembangan guru dan peningkatan mutu sekolah. Pendekatan ini menandai pergeseran besar dalam tata kelola pendidikan: dari yang bersifat top-down menjadi lebih responsif dan berbasis kebutuhan nyata di kelas.
Di balik semua ini, kerja sama yang terjadi antara OIKN, Kemendikdasmen, dan INOVASI menjadi bukti bahwa pendidikan tidak bisa dilepaskan dari konteks pembangunan wilayah. IKN sebagai kota baru yang dibangun dari nol memberi peluang emas untuk merancang ulang sistem pendidikan sejak awal. Tidak ada beban masa lalu, tidak ada infrastruktur warisan yang harus diperbaiki. Semua dibangun dari nol, dari landasan filosofis hingga praktik teknis di lapangan.
Inilah yang membuat proyek pendidikan di IKN menjadi model potensial bagi daerah-daerah lain di Indonesia. Jika berhasil, pendekatan ini bisa direplikasi di wilayah lain yang sedang mengembangkan sistem pendidikan mereka. Maka, keberhasilan pendidikan dasar di IKN bukan hanya untuk anak-anak Nusantara, tetapi juga bisa menjadi cahaya bagi seluruh anak Indonesia.
Kerja sama ini juga mencerminkan era baru dalam diplomasi antarnegara. Di mana hubungan bilateral tidak hanya terbatas pada perdagangan atau pertahanan, tetapi juga pada kolaborasi membangun masa depan melalui pendidikan. Australia dan Indonesia, dalam hal ini, menunjukkan bahwa dua negara dengan latar belakang yang berbeda dapat bersatu untuk tujuan yang sama: memberdayakan generasi penerus dengan bekal pengetahuan, nilai, dan keterampilan.
Kini, transformasi pendidikan dasar di IKN sedang berjalan. Jalan masih panjang, tantangan tentu ada, tetapi fondasi sudah diletakkan dengan kokoh. Dengan semangat kolaboratif dan partisipatif yang ditanam sejak awal, tak berlebihan jika publik berharap bahwa IKN tidak hanya akan menjadi simbol kemajuan fisik, tetapi juga menjadi mercusuar pendidikan dasar yang bermutu tinggi—bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di tingkat regional dan global.