IKN Mulai Hidup: Indomaret, Kuliner, Laundry hingga Salon Hadir, Ekosistem Kota Baru Nusantara Mulai Terbentuk
Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara tak lagi sekadar proyek
mega-infrastruktur di atas kertas. Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP), yang
menjadi jantung dari kota masa depan Indonesia ini, kini menunjukkan geliat
kehidupan baru—bukan hanya dari deru pembangunan gedung-gedung pemerintah,
tetapi juga dari hadirnya fasilitas ritel, kuliner, layanan perbankan, gaya
hidup, hingga kebutuhan sehari-hari yang mulai bermunculan satu per satu.
Langkah terbaru ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Otorita IKN dengan 16 tenant dari berbagai sektor, yang dilaksanakan pada Rabu, 11 Juni 2025, di teras Balai Kota Nusantara. Di sinilah, babak baru IKN sebagai kota layak huni dan berdaya saing global mulai dijalankan dengan nyata.
Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, menyampaikan bahwa keterlibatan berbagai pelaku usaha ini adalah sinyal kuat bahwa IKN mulai menggeliat, bukan semata sebagai pusat kekuasaan administratif negara, tetapi sebagai kota hidup yang menyatukan urusan birokrasi dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat urban.
“Di IKN nanti sudah ada Indomaret, Excelso, Che’s Coffee, Waroeng Podjok, Waroeng Nusantara, D’Penyetz & D’Cendol, hingga restoran Jepang dan Eropa Tomodachi,” ungkap Basuki dalam sambutannya. Ia berbicara dengan nada antusias, menunjukkan bahwa proyek yang semula hanya membangun infrastruktur keras kini telah mulai merambah ke “infrastruktur lunak”—kehidupan kota itu sendiri.
Lebih dari sekadar menghadirkan tempat makan atau toko serba ada, kerja sama ini turut menyuntikkan nuansa khas kota modern, di mana kenyamanan, aksesibilitas, dan keberagaman layanan menjadi tolok ukur kualitas hidup.
Beberapa tenant lain yang turut menandatangani kerja sama adalah Brad Bakeshop—toko roti yang akan mengisi aroma pagi hari warga KIPP, mesin penjual Coca Cola yang siap menjawab haus pengunjung, serta berbagai bank ternama yang membuka akses keuangan seperti ATM BRI dan Danamon, BNI Banking CafĂ©, dan Livin Lounge Bank Mandiri.
Tak hanya sampai di situ, kebutuhan personal juga tak luput dari perhatian. Fresh Laundry akan menjadi layanan cuci pakaian andalan warga dan pegawai, sementara Boss Barbershop menyediakan jasa potong rambut bagi kaum pria. Untuk kaum perempuan dan pencinta estetika, Salon Mei-Mei siap menyambut dengan berbagai layanan kecantikan modern.
Menariknya, Basuki juga menyampaikan bahwa di sekitar Kantor Otorita saat ini, sedang dibangun Rumah Makan Sederhana, sebuah brand kuliner Indonesia yang sangat populer di kalangan masyarakat. Kehadirannya menambah sentuhan lokal di tengah kawasan metropolitan yang sedang tumbuh.
“Bahkan, di sebelah kanan Kantor Otorita sedang dibangun Rumah Makan Sederhana,” tambah Basuki, menunjukkan bahwa harmonisasi antara kebutuhan lokal dan kemajuan global menjadi fokus utama pembangunan kota ini.
Semua ini tentu bukan hadir begitu saja. Menurut Basuki, hadirnya tenant-tenant dari berbagai sektor ini adalah hasil dari proses dialog, negosiasi, dan kepercayaan yang dibangun bersama antara Otorita IKN dan para investor. Ia menekankan bahwa kolaborasi ini mencerminkan tingginya tingkat kepercayaan pelaku usaha terhadap masa depan IKN.
“Ini adalah indikator nyata terbentuknya ekosistem ekonomi IKN yang mulai hidup dan mendapat dukungan aktif dari sektor swasta,” ucapnya yakin.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Otorita IKN, Danis H. Sumadilaga, juga menegaskan bahwa pembangunan IKN bukan hanya perkara mendirikan gedung-gedung pemerintahan. Visi besarnya adalah menjadikan IKN sebagai kota masa depan, yang mampu bersaing secara global bukan hanya dalam fungsi administratif, tetapi juga sebagai titik tumbuh ekonomi, sosial, dan budaya.
“Dengan semakin banyak pelaku usaha bergabung, OIKN berkomitmen menjadikan IKN sebagai kota masa depan, bukan hanya pusat pemerintahan, tapi juga pusat ekonomi baru yang berdaya saing global,” kata Danis.
Danis menambahkan bahwa desain kawasan KIPP memang disusun agar mampu mengintegrasikan kebutuhan warga kota dari berbagai lapisan—pegawai pemerintahan, pekerja swasta, investor, dan warga biasa. “Kami tidak membangun ‘ibu kota elitis’, tapi kota untuk semua,” katanya.
Dalam konteks pembangunan fisik, peristiwa penandatanganan kerja sama ini juga dirangkaikan dengan kontrak tujuh paket pekerjaan fisik peningkatan infrastruktur di KIPP. Total panjang jalan yang ditingkatkan mencapai 12,2 kilometer, dengan nilai proyek sebesar Rp3,04 triliun. Tidak hanya itu, dua paket pengawasan proyek juga ditandatangani, dengan nilai total Rp24,5 miliar.
Paket pekerjaan fisik ini mencakup pelebaran jalan, perbaikan drainase, pemasangan penerangan jalan umum, serta pembangunan jalur pedestrian yang ramah disabilitas. Dengan begitu, kota yang sedang dibangun ini tidak hanya indah secara visual, tetapi juga fungsional, inklusif, dan tangguh terhadap perubahan iklim.
Fakta bahwa pembangunan ini sudah menyentuh aspek-aspek “sehari-hari”—dari tempat potong rambut hingga kopi pagi—mengindikasikan bahwa IKN tengah bergerak menuju tahap yang lebih matang. Ia tidak lagi sebatas proyek yang diimpikan, tapi kini sudah mulai dirasakan manfaatnya oleh banyak pihak yang berkepentingan.
Ke depan, kehadiran tenant-tenant ini bukan hanya akan memberikan layanan bagi para pegawai atau penghuni awal kawasan IKN, tetapi juga menarik minat masyarakat luas dan calon investor lainnya. Infrastruktur publik yang hidup dan lengkap akan menjadi salah satu daya tarik utama bagi mereka yang ingin berkontribusi dalam pembangunan kota baru ini.
Menurut para pengamat perkotaan, keberhasilan IKN dalam membangun ekosistem ekonomi lokal sejak awal akan menjadi modal sosial dan ekonomi yang sangat penting. Kota baru bukan sekadar soal beton dan jalan, melainkan tentang bagaimana masyarakat bisa tumbuh dan berkembang di dalamnya.
IKN, dengan pendekatan ini, tampaknya tengah mencoba membangun roh kota sebelum penduduknya datang berbondong-bondong. Roh itulah yang kini mulai diisi oleh aroma kopi dari Excelso, keramaian antrean Indomaret, tawa-tawa di salon, dan semangat baru para pegawai yang mulai bekerja di kantor-kantor negara yang baru didirikan.
Jika dalam beberapa tahun ke depan wajah KIPP benar-benar menjadi cerminan dari kota yang ramah, inklusif, produktif, dan menyenangkan untuk ditinggali, maka bisa dipastikan bahwa apa yang dirintis hari ini adalah pondasi penting dari masa depan Indonesia. Sebab kota bukan hanya dibangun oleh semen dan baja, tetapi oleh kehidupan yang mengalir di dalamnya—dan kehidupan itu, kini telah mulai menyala di jantung Nusantara.