Hutama Karya Ungkap Tiga Tantangan Terbesar Bangun IKN, dari Hujan Deras hingga Dana Proyek
Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur
telah menjadi simbol perubahan besar arah pembangunan nasional Indonesia.
Dirancang sebagai kota masa depan berkelanjutan yang mewakili lompatan
peradaban, proyek ini menyimpan ambisi besar, namun juga menyimpan tantangan
yang tak kalah besarnya. PT Hutama Karya (Persero), sebagai salah satu BUMN
yang bertugas membangun infrastruktur utama di kawasan ini, membeberkan
sejumlah hambatan yang mereka hadapi dalam proses konstruksi.
Melalui keterangan resmi perusahaan, Executive Vice President Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim, menyebut bahwa ada tiga kendala utama dalam pembangunan proyek strategis nasional ini, yakni curah hujan yang sangat tinggi, kondisi geoteknik tanah yang beragam dan menantang, serta kebutuhan penyesuaian anggaran yang terus berubah mengikuti dinamika di lapangan.
“Pembangunan IKN menghadapi tiga tantangan utama yakni curah hujan tinggi, kondisi geoteknik yang beragam, dan penyesuaian anggaran,” ujar Adjib.
Kawasan IKN di Kalimantan Timur memang dikenal memiliki intensitas hujan yang tinggi hampir sepanjang tahun. Hal ini berdampak langsung pada kegiatan konstruksi yang banyak bergantung pada cuaca cerah. Proses pengaspalan jalan dan pengecoran struktur, misalnya, sangat memerlukan cuaca kering agar hasilnya maksimal. Jika hujan turun terlalu sering atau terlalu deras, pekerjaan bisa tertunda berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Material di lapangan pun terancam rusak atau tidak bisa digunakan sesuai rencana.
Di sisi lain, kondisi tanah di IKN sangat bervariasi. Ada bagian wilayah yang terdiri dari tanah keras, namun tak sedikit pula yang berupa tanah lunak, rawa-rawa, dan kontur tidak stabil. Tanah seperti ini sangat menantang untuk pembangunan infrastruktur berat seperti jalan tol, gedung kementerian, hingga fasilitas umum lainnya. Untuk membangun fondasi yang kuat, dibutuhkan teknologi geoteknik canggih serta pemahaman detail terhadap struktur tanah setempat. Tantangan ini pernah dihadapi pula dalam pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera, yang mengharuskan perusahaan mengembangkan strategi teknis lebih lanjut demi menjamin keberhasilan proyek.
Masalah ketiga yang tidak kalah penting adalah soal anggaran. Sebuah proyek raksasa seperti IKN tak luput dari kebutuhan dana yang besar dan fluktuatif. Dalam perjalanan proyek, seringkali terjadi penyesuaian anggaran untuk mengakomodasi kebutuhan yang belum terdeteksi sebelumnya, seperti pembebasan lahan tambahan, kenaikan harga material, hingga perubahan desain teknis. Pengelolaan dana yang efektif dan fleksibel menjadi sangat penting agar proyek tetap berjalan tanpa mengorbankan kualitas pekerjaan maupun tenggat waktu yang telah ditetapkan.
Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, Hutama Karya menerapkan strategi percepatan pembangunan yang didukung oleh pemanfaatan teknologi modern. Salah satunya adalah penggunaan Building Information Modeling (BIM), yang menjadi tulang punggung perencanaan dan eksekusi proyek. Teknologi ini memungkinkan seluruh tim proyek untuk bekerja secara terintegrasi, dari tahap desain hingga pelaksanaan fisik di lapangan, dengan efisiensi dan akurasi tinggi.
Tak hanya itu, dalam proyek Jalan Tol IKN Segmen 3A Karangjoang-KKT Kariangau, perusahaan juga mengaplikasikan teknologi mmGPS (machine-mounted GPS) untuk menjamin presisi dalam proses pengaspalan. Teknologi ini terbukti mampu mempercepat pekerjaan bahkan saat kondisi cuaca kurang bersahabat. Segmen jalan tol ini telah rampung 100 persen dan menjadi salah satu bagian penting dalam jaringan transportasi IKN.
Dari sisi sumber daya manusia, Hutama Karya juga melakukan pemberdayaan tenaga kerja lokal melalui pelatihan intensif. Program Sekolah Site Operation Manager (SOM) dan berbagai pelatihan singkat digelar untuk meningkatkan kemampuan teknis, kepemimpinan, dan manajemen proyek di lapangan. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kualitas kerja, tetapi juga menciptakan dampak ekonomi positif bagi masyarakat sekitar.
Selain percepatan teknis dan pemberdayaan SDM, pengawasan proyek juga dilakukan secara ketat. Setiap progres pembangunan dievaluasi secara berkala agar tidak meleset dari jadwal kontrak. Fokus utama tidak hanya pada kuantitas penyelesaian, tetapi juga pada kualitas konstruksi, keselamatan kerja, serta dampak terhadap lingkungan. Salah satu contoh proyek yang mendapat perhatian khusus adalah Masjid Negara IKN, yang kini mencapai progres 69 persen dan memiliki desain unik berupa kubah menyerupai sorban.
Dalam hal pembebasan lahan dan penyesuaian anggaran, Hutama Karya terus berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Otorita IKN, dan masyarakat lokal. Pendekatan kolaboratif ini dinilai efektif dalam mempercepat penyelesaian proyek-proyek prioritas, seperti Rumah Susun ASN 2 yang sudah mencapai progres 94 persen, dan Gedung Kementerian Koordinator 2 yang telah rampung 100 persen meskipun belum beroperasi penuh.
Hingga pekan kedua bulan Juni 2025, Hutama Karya mencatatkan perkembangan signifikan pada 12 proyek strategis di kawasan IKN. Berikut daftar progres pembangunan yang telah dicapai:
Gedung dan Kawasan Kantor Kementerian Koordinator 2: 100 persen (selesai, namun belum digunakan operasional)
- Rumah Susun ASN 2: 94 persen
- Rumah Sakit Vertikal IKN: 100 persen, difokuskan pada layanan jantung dan stroke
- Fasilitas Sisi Darat Bandara VVIP IKN: 100 persen, dirancang untuk pesawat besar seperti Boeing 777 dan Airbus A380
- Jalan Tol IKN Segmen 3A Karangjoang-KKT Kariangau: 100 persen
- Masjid Negara IKN: 69 persen
- Sarana dan Prasarana 1B: 94 persen
- Jaringan Perpipaan Air Limbah 1 dan 3 KIPP: 44 persen
- Fender Jembatan Pulau Balang: 100 persen dan telah beroperasi
- Jembatan Pulau Balang: 100 persen dan telah beroperasi
- Jalan Tol IKN Segmen Pulau Balang – Simpang Riko (5B): 67 persen
- Jalan Tol IKN Segmen 3A-2 Karangjoang – KKT Kariangau: 69 persen
Setiap proyek yang dikerjakan tidak hanya bersifat fisik
semata, melainkan merupakan fondasi kehidupan di kota baru. Jalan tol dan
jembatan memperkuat konektivitas antarwilayah, rumah sakit menghadirkan layanan
kesehatan berstandar internasional, bandara VVIP memperlancar mobilitas dan
membuka akses global, sedangkan masjid negara menjadi simbol spiritualitas dan
harmoni sosial.
Dalam keterangan yang sama, Adjib Al Hakim menegaskan bahwa tujuan utama dari keikutsertaan Hutama Karya dalam pembangunan IKN bukan sekadar menyelesaikan proyek fisik, tetapi juga memberikan warisan infrastruktur jangka panjang yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Ia menyampaikan bahwa perusahaan optimistis seluruh proyek yang sedang dikerjakan dapat rampung sesuai jadwal dan spesifikasi mutu yang ditetapkan.
Dengan dukungan teknologi modern, strategi percepatan yang adaptif, koordinasi antar-instansi, dan keterlibatan masyarakat lokal, IKN dirancang tidak hanya sebagai kota administratif, melainkan sebagai representasi masa depan Indonesia: kota yang hijau, cerdas, dan inklusif. Sebuah kota dunia untuk semua, seperti yang diimpikan dalam visi besar negara.