Mendorong Inklusivitas dari Pontianak: Krisantus Kurniawan Serukan Revolusi Budaya Kerja yang Merangkul Semua Kalangan
![]() |
Ilustrasi |
Pontianak, Mei 2025 — Di tengah gemuruh langkah kaki para
pencari kerja dan denting suara dari stan-stan perusahaan yang saling
bersahutan di Pontianak Convention Center (PCC), suara Wakil Gubernur
Kalimantan Barat, Krisantus Kurniawan, bergema membawa pesan yang jauh lebih
besar dari sekadar lowongan kerja. Di hadapan ratusan peserta dan puluhan
perusahaan yang ambil bagian dalam perhelatan Naker Fest 2025, Krisantus
menyampaikan seruan yang mendalam dan bernilai strategis: saatnya dunia usaha
membangun budaya kerja yang inklusif.
Menggeser Paradigma Dunia Usaha
“Budaya kerja yang berkelanjutan dan adil bukan lagi wacana
masa depan—itu kebutuhan mendesak hari ini,” tegas Krisantus dalam pidatonya
saat pembukaan. Nada suaranya mantap, mencerminkan keyakinan bahwa inklusivitas
bukan sekadar jargon sosial, melainkan fondasi dari masa depan dunia kerja yang
lebih sehat, produktif, dan kompetitif.
Dalam konteks ini, inklusivitas yang dimaksud bukan hanya tentang menerima perbedaan suku, agama, atau gender, tapi juga membuka ruang seluas-luasnya bagi mereka yang selama ini kerap terpinggirkan—termasuk penyandang disabilitas.
“Ini bukan sekadar soal belas kasih, tetapi soal keadilan dan potensi,” ujar Krisantus, menekankan bahwa setiap individu, terlepas dari keterbatasan fisik yang mungkin dimiliki, menyimpan potensi luar biasa untuk berkontribusi dalam ekosistem kerja.
Menyediakan Ruang Nyata, Bukan Hanya Janji
Ucapan Krisantus bukan berdiri di atas angin. Naker Fest
2025 membuktikan komitmen itu dengan membuka 10 posisi kerja khusus bagi
penyandang disabilitas. Meski jumlahnya masih tergolong kecil dibandingkan
total ratusan posisi yang ditawarkan, namun inisiatif ini dianggap sebagai
langkah awal penting menuju perubahan sistemik.
“Ini menjadi awal yang baik, namun harus terus ditingkatkan,” katanya.
Krisantus menyebut, penyediaan posisi bagi penyandang disabilitas bukanlah soal kuota atau formalitas, tapi soal pengakuan atas kapasitas dan kompetensi mereka. Dunia usaha, kata dia, harus keluar dari pola pikir lama yang menganggap penyandang disabilitas sebagai beban. Sebaliknya, mereka harus dilihat sebagai aset yang bisa memperkaya dinamika dan inovasi di tempat kerja.
Inklusivitas dan Daya Saing Investasi
Pernyataan yang paling menarik perhatian datang ketika
Krisantus menghubungkan antara dunia kerja yang inklusif dan daya saing
investasi.
“Jika ingin menarik investasi yang berkualitas dan berkelanjutan, maka dunia kerja kita harus siap menerima keberagaman,” ujarnya penuh penekanan.
Menurutnya, investor masa kini bukan hanya mencari angka dan keuntungan jangka pendek. Mereka juga mempertimbangkan nilai-nilai sosial yang dipegang sebuah daerah—termasuk soal inklusivitas, keadilan sosial, dan keberlanjutan. Dalam banyak kasus, perusahaan global bahkan menetapkan standar inklusivitas sebagai syarat mutlak dalam menjalin kemitraan.
Dengan kata lain, membangun ekosistem kerja yang terbuka bagi semua kalangan bukan hanya soal etika, tetapi juga strategi ekonomi jangka panjang.
Bukan Sekadar Bursa Kerja
Naker Fest 2025 bukan ajang biasa. Diselenggarakan selama
tiga hari penuh dari 21 hingga 23 Mei, acara ini menjadi titik temu antara
pencari kerja, pelaku industri, lembaga pelatihan, dan instansi pemerintah.
Lebih dari 60 perusahaan ambil bagian, menawarkan ratusan lowongan di berbagai
sektor—dari industri pengolahan, teknologi informasi, hingga sektor jasa dan
keuangan.
Namun daya tarik utama dari ajang ini bukan hanya bursa kerja. Beragam kegiatan turut meramaikan Naker Fest, termasuk pelatihan keterampilan kerja, konsultasi karier, dan diskusi interaktif dengan para pelaku industri. Ada pula sesi motivasi dari tokoh-tokoh inspiratif yang berbagi kisah tentang bagaimana mereka menaklukkan berbagai tantangan dalam dunia kerja, termasuk mereka yang berasal dari latar belakang disabilitas.
Kegiatan semacam ini, menurut Krisantus, adalah bagian dari upaya menyeluruh pemerintah untuk meningkatkan kualitas angkatan kerja lokal, menurunkan angka pengangguran, dan menciptakan peluang kerja yang lebih luas serta lebih manusiawi.
Membangun Ekosistem Tenaga Kerja yang Tangguh
Krisantus juga menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi
Kalimantan Barat tengah menggodok berbagai kebijakan yang mendukung
inklusivitas dalam sektor ketenagakerjaan. Salah satunya adalah mendorong
perusahaan untuk mengadopsi standar inklusif dalam proses rekrutmen dan
pengembangan sumber daya manusia.
“Keberagaman dalam dunia kerja harus menjadi nilai dasar yang dipraktikkan secara nyata, bukan hanya tertulis di visi misi perusahaan,” katanya.
Ia pun mengapresiasi perusahaan-perusahaan yang telah menunjukkan komitmen nyata dalam menyediakan ruang kerja yang setara. Menurutnya, perusahaan seperti ini layak mendapat dukungan lebih besar dari pemerintah, termasuk dalam bentuk insentif fiskal dan prioritas kemitraan.
Cerita dari Para Peserta: Inklusivitas yang Dirasakan
Di balik panggung utama, suasana di area pameran Naker Fest
terasa semarak namun penuh harapan. Di salah satu sudut, ada Andi, seorang
difabel netra yang datang dari Kabupaten Sintang untuk mengikuti sesi pelatihan
komputer. Meski harus menempuh perjalanan jauh, ia mengaku senang bisa hadir.
“Senang sekali bisa ikut. Biasanya kegiatan seperti ini jarang menyentuh kami. Tapi kali ini, kami benar-benar dilibatkan,” ujarnya dengan semangat.
Di stan lain, Maria, lulusan baru dari Universitas Tanjungpura, mengaku baru kali ini melihat perusahaan secara aktif membuka posisi untuk penyandang disabilitas.
“Ini bukan hanya membuka lapangan kerja, tapi juga membuka mata dan hati masyarakat,” katanya sambil menunggu giliran wawancara.
Kisah-kisah seperti ini menjadi bukti nyata bahwa inklusivitas bukan sekadar konsep abstrak, tetapi bisa diwujudkan dalam bentuk nyata yang menyentuh kehidupan banyak orang.
Menuju Kalbar yang Lebih Inklusif
Dalam penutupan pidatonya, Krisantus menegaskan bahwa
perjalanan menuju dunia kerja yang inklusif adalah maraton, bukan lari jarak
pendek. Dibutuhkan komitmen jangka panjang, perubahan cara berpikir, serta
kolaborasi erat antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
“Kita tidak sedang memberi kebaikan kepada kelompok tertentu, tapi sedang membangun Kalbar yang lebih kuat, tangguh, dan manusiawi,” ujarnya sambil disambut tepuk tangan panjang dari para hadirin.
Naker Fest 2025 mungkin akan berakhir dalam beberapa hari, namun semangat yang dibangkitkannya diharapkan terus menyala di hati para pemangku kepentingan. Di tengah arus perubahan global yang makin cepat, inklusivitas bukan hanya keharusan moral, tetapi juga jalan menuju masa depan yang lebih adil dan sejahtera bagi semua.