Menanam Harapan di Tanah Nusantara: Gerakan Hijau dari Keluarga Besar Otorita IKN
Pagi itu, matahari menyapa lembut kawasan hutan tropis yang
perlahan berubah menjadi jantung pemerintahan baru Indonesia: Ibu Kota
Nusantara (IKN). Udara masih segar, embun belum sepenuhnya hilang dari
permukaan dedaunan. Namun suasana sudah terasa hangat—bukan oleh terik
matahari, melainkan oleh semangat ratusan orang yang datang tidak sekadar untuk
bekerja, tetapi untuk menanam harapan.
Hari Selasa, 6 Mei 2025, menjadi saksi sebuah langkah kecil namun bermakna besar dalam mewujudkan mimpi membangun IKN sebagai kota hutan. Ratusan bibit pohon ditanam serempak oleh keluarga besar Otorita IKN dalam kegiatan penghijauan yang bukan hanya bersifat simbolis, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup baru: menanam sebagai bentuk cinta pada tanah yang akan menjadi rumah masa depan bangsa.
Kegiatan Rutin yang Menjadi Gerakan
Kegiatan ini bukan yang pertama. Ia adalah bagian dari
program dua mingguan yang telah dijalankan Otorita IKN secara konsisten,
melibatkan seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) dan kini diperluas dengan
partisipasi keluarga besar mereka, termasuk Dharma Wanita Persatuan. Total 712
bibit pohon berhasil ditanam dalam kegiatan ini, memperluas area hijau yang
perlahan tapi pasti membentuk wajah baru dari Kawasan Inti Pusat Pemerintahan
(KIPP).
Jenis pohon yang ditanam pun beragam—dari pohon pelindung hingga buah-buahan yang suatu hari akan memayungi, menyejukkan, dan memberi hasil. Mahoni yang kokoh, manggis yang manis, sukun yang mengenyangkan, nyamplung yang kaya minyak, angsana dan ketapang kencana yang rindang, trembesi yang megah, hingga kopi yang kelak mungkin akan diseduh di meja-meja rapat. Semua ditanam dengan harapan, dan tentu dengan tangan sendiri.
Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, tidak hanya hadir tetapi juga menjadi motor semangat dalam kegiatan ini. Dalam keterangannya yang dirilis ke media, Basuki menyatakan bahwa kegiatan penanaman ini akan terus dilakukan secara rutin, mencakup total lahan penanaman hingga 80 hektare. “Ini menjadi gaya hidup kita. Dua minggu sekali kita menanam, tidak hanya di KIPP tapi juga nanti di Miniatur Hutan Hujan Tropis. Kita mulai sekarang dan lihat hasilnya 15 tahun lagi,” ucapnya dengan nada optimis yang menular.
Menyemai Kesadaran, Bukan Sekadar Bibit
Kegiatan menanam pohon mungkin terdengar sederhana. Namun
bagi Otorita IKN, ini adalah langkah konkret membangun identitas kota sebagai
kota hutan—kota yang tidak hanya hidup berdampingan dengan alam, tetapi
dibentuk oleh semangat menjaga alam.
Myrna Safitri, Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita IKN, menegaskan bahwa penanaman pohon bukan hanya soal penghijauan secara fisik, tetapi juga proses membentuk kebiasaan dan kesadaran ekologis di kalangan pegawai. “Kami ingin menumbuhkan kesadaran untuk mencintai kota hutan melalui kegiatan penanaman ini. Kota hutan yang baik adalah kota hutan yang dibangun bersama, secara partisipatif,” ungkapnya.
Partisipasi yang dimaksud bukan hanya sebatas ASN turun tangan menanam pohon, tetapi juga bagaimana keluarga turut terlibat. Hadirnya Dharma Wanita Persatuan dan anak-anak yang ikut menyaksikan proses penanaman menjadi simbol penting: bahwa kota ini bukan dibangun oleh elite birokrat saja, tetapi oleh komunitas yang hidup di dalamnya.
Jenis Pohon yang Ditanam: Simbol Keberagaman dan Ketahanan
Menarik mencermati daftar pohon yang ditanam. Tidak hanya
pohon besar pelindung seperti mahoni dan trembesi, tetapi juga pohon buah
seperti manggis dan kopi. Ada filosofi tersirat dalam keberagaman jenis ini.
Mahoni dan trembesi mewakili ketangguhan dan keteduhan—karakter yang ingin
dibentuk dari kota hutan ini. Sementara manggis, sukun, kopi, dan nyamplung
membawa harapan akan hasil nyata yang bisa dinikmati oleh generasi mendatang.
Nyamplung, misalnya, dikenal sebagai sumber bioenergi yang potensial. Pohon ini dapat menghasilkan minyak yang bisa diolah menjadi bahan bakar ramah lingkungan. Kehadiran nyamplung dalam barisan pohon yang ditanam menunjukkan bahwa Otorita IKN tidak hanya memikirkan estetika, tetapi juga fungsionalitas dan potensi masa depan dari pohon-pohon tersebut.
Urban Farming: Langkah Kecil untuk Ketahanan Besar
Tidak berhenti di penanaman pohon, Otorita IKN juga
menggulirkan inisiatif pembentukan komunitas urban farming di kalangan ASN.
Sebuah langkah cerdas dan berjangka panjang untuk mendukung ketahanan pangan di
tingkat rumah tangga, sekaligus memperluas ruang hijau dalam skala mikro.
Urban farming tidak hanya bicara soal hasil panen, tetapi juga memperkuat hubungan antara manusia dan tanah yang dipijaknya. Dalam dunia serba digital dan cepat, kegiatan berkebun menjadi cara untuk kembali “mendaratkan” diri—sebuah bentuk terapi dan kontemplasi yang sangat dibutuhkan di tengah kesibukan birokrasi.
Dengan memadukan penanaman pohon dan urban farming, Otorita IKN secara perlahan membentuk ekosistem hijau yang tidak hanya indah dipandang, tapi juga berkelanjutan dan memberdayakan.
Membangun Kota, Membangun Budaya Baru
Apa yang dilakukan oleh Otorita IKN sejatinya lebih dari
sekadar kegiatan lingkungan. Ia adalah proses membentuk budaya baru: budaya
cinta lingkungan, kolaborasi, dan partisipasi aktif dalam pembangunan. Ketika
seluruh elemen birokrasi tidak hanya duduk di balik meja, tetapi juga turun ke
tanah, menggali, menanam, dan merawat, maka terbangunlah rasa kepemilikan yang
otentik terhadap kota ini.
Budaya ini penting, terutama bagi sebuah kota yang lahir dari nol. Tidak ada sejarah panjang yang diwarisi, tidak ada warisan infrastruktur yang diturunkan. Semua dimulai dari titik awal. Dan di titik nol ini, yang ditanam bukan hanya pohon, tetapi juga semangat, karakter, dan visi bersama.
Tentu saja, membangun kota hutan bukan perkara mudah. Banyak tantangan yang menanti—dari perubahan iklim, tekanan pembangunan, hingga keterbatasan sumber daya manusia dan anggaran. Namun seperti pepatah bijak mengatakan: siapa yang menanam hari ini, akan menuai di masa depan.
“Lihat hasilnya 15 tahun lagi,” kata Basuki Hadimuljono. Sebuah kalimat yang sederhana, namun sarat makna. Ia menegaskan bahwa IKN bukan proyek instan, melainkan proses jangka panjang. Dan siapa pun yang terlibat di awal, sejatinya sedang menulis bab pertama dari kisah masa depan Indonesia.
Kota Hijau yang Tumbuh dari Tangan Sendiri
Kegiatan penanaman pohon bersama keluarga besar Otorita IKN
di KIPP hanyalah satu dari sekian banyak upaya yang tengah dirajut untuk
menjadikan IKN sebagai kota hijau yang berkelanjutan. Tapi ia mencerminkan
sesuatu yang jauh lebih dalam: komitmen kolektif, aksi nyata, dan semangat
gotong royong yang menjadi akar dari jati diri bangsa ini.
Pohon-pohon yang hari ini masih kecil akan tumbuh menjulang di masa depan. Mereka akan menjadi saksi diam atas dedikasi, kerja keras, dan mimpi besar yang ditanam oleh generasi awal pembangun Nusantara. Dan siapa tahu, 15 tahun dari sekarang, di bawah rindangnya mahoni dan semilir angin dari pohon ketapang kencana, akan duduk sepasang anak muda yang sedang membaca sejarah IKN—sejarah yang dimulai dari menanam sebuah pohon.