Dari Sawah ke Sentra Bisnis: IKN, Ketahanan Pangan dan Percikan Investasi di Tanah Masa Depan

 

Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur — Di balik kerangka baja dan gedung bertingkat yang mulai menjulang di tanah Ibu Kota Nusantara (IKN), sebuah cerita lain juga sedang ditulis — bukan dengan tinta birokrat, tetapi dengan keringat petani dan keberanian investor.

Ketika impian besar membangun kota masa depan terus digaungkan, ketahanan pangan muncul sebagai isu mendesak. Sebab tak mungkin membangun sebuah ibu kota tanpa menjamin perut warganya kenyang. Inilah yang menjadi perhatian utama Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, saat meninjau langsung kawasan pertanian di Desa Gunung Mulia, Kecamatan Babulu, Jumat lalu.

“Kalimantan Timur, khususnya Penajam Paser Utara, memiliki potensi luar biasa untuk swasembada pangan,” kata Amran dengan penuh keyakinan. Suaranya menggema di antara hamparan sawah yang menjadi saksi perubahan besar yang sedang digagas di bawah langit Nusantara.

 

Peta Jalan Ketahanan Pangan IKN

Pernyataan Amran bukan sekadar harapan kosong. Ia membawa serta strategi konkrit: mendorong modernisasi sektor pertanian di wilayah ini. Dengan luasan lahan yang memadai dan komitmen kuat dari para pemangku kepentingan, ia optimistis target swasembada pangan dapat tercapai dalam enam bulan ke depan.

Modernisasi bukan sekadar mengganti cangkul dengan traktor. Ini adalah upaya menyeluruh — dari penggunaan alat pertanian canggih, adopsi teknologi pertanian presisi, hingga penyediaan bibit unggul yang lebih tahan penyakit dan menghasilkan panen maksimal.

Sebagai wujud komitmen, Kementerian Pertanian telah mengucurkan dana sebesar Rp149 miliar. Dana ini akan digunakan untuk mengoptimalkan lahan dan meningkatkan produksi padi, serta membiayai berbagai bentuk pelatihan dan fasilitas teknologi yang akan menunjang produktivitas para petani lokal.

“Investasi dalam pertanian adalah investasi untuk kedaulatan,” ujar Amran. Dalam sebuah negeri yang akan menjadi jantung pemerintahan nasional, memastikan pasokan pangan lokal menjadi lebih dari sekadar proyek—ia adalah fondasi.

 

Benuo Taka dan Potensi yang Belum Tergarap

Bupati Penajam Paser Utara, Mudyat Noor, membeberkan bahwa wilayahnya memiliki sekitar 5.898 hektare lahan pertanian, dengan produksi gabah mencapai 4.429 ton. Namun, ia mengakui bahwa potensi ini belum dimanfaatkan secara maksimal.

Salah satu hambatan utamanya adalah infrastruktur pengairan. Proyek Bendung Gerak Telake yang sempat masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) dibatalkan, sehingga sistem irigasi masih menjadi persoalan krusial.

“Kami perlu dukungan untuk pembangunan infrastruktur dasar seperti irigasi. Tanpa itu, upaya peningkatan produksi akan terhambat,” jelas Mudyat.

Selain irigasi, bibit unggul juga menjadi perhatian. Bibit yang kuat, cepat panen dan tahan cuaca ekstrem menjadi kunci agar lahan yang luas dapat menghasilkan panen berkualitas tinggi.

Dengan semua strategi ini, pertanian di Penajam Paser Utara bukan lagi sektor marjinal, melainkan mulai diposisikan sebagai penggerak utama ekonomi lokal, khususnya dalam ekosistem IKN yang baru tumbuh.

 

Kalimantan Timur Menuju Lumbung Pangan Nasional

Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud, melihat lebih jauh ke depan. Ia menyatakan bahwa provinsi ini memiliki lahan produktif potensial mencapai 46.660 hektare, dan menyebut target lumbung pangan 100 ribu hektare sebagai sesuatu yang sangat mungkin dicapai.

“Perluasan tanam dan peningkatan indeks pertanaman adalah kunci. Kami ingin menjadikan Kaltim sebagai pilar ketahanan pangan nasional,” tegas Rudy.

Di tengah ketergantungan banyak wilayah terhadap pasokan luar, Kalimantan Timur ingin membuktikan bahwa ibu kota baru bisa tumbuh secara mandiri, bahkan menyuplai kebutuhan pangan nasional.

 

Investasi Swasta: Percikan yang Menyalakan Mesin Ekonomi

Namun, cerita IKN tidak hanya tentang sawah dan traktor. Di sudut lain Penajam Paser Utara, tepatnya di Sepaku, sebuah hotel butik berdiri megah — Qubika Boutique Hotel Nusantara, investasi swasta pertama yang mulai beroperasi di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN.

Agung Wicaksono, Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi Otorita IKN (OIKN), menyebut kehadiran Qubika sebagai “tanda bahwa IKN bukan lagi sekadar rencana di atas kertas, tetapi realitas yang mulai terbentuk.”

“Qubika adalah pemantik. Kami berharap ia menjadi inspirasi dan keberanian bagi investor lain,” ujar Agung saat diwawancara.

Hotel ini merupakan inisiatif PT Indonesia Kubika Nasional, dan dijuluki sebagai "pionir" karena menjadi pelaku usaha pertama yang berani masuk sebelum semuanya rampung. Mereka bukan menunggu IKN jadi, tapi ikut membuat IKN menjadi nyata.

Ferry Angkawidjaya, perwakilan dari Qubika, menyebut langkah ini sebagai taruhan besar namun penuh potensi.

“Bagi investor awal, IKN bukan hanya tempat membangun, tetapi juga tempat bertumbuh,” kata Ferry. Ia menambahkan bahwa dinamika dan peluang di IKN terlalu besar untuk dilewatkan begitu saja.

 

Harmoni Sawah dan Sektor Jasa

Apa yang terjadi di Penajam Paser Utara saat ini bisa digambarkan sebagai pertemuan dua dunia: dunia agraris yang mulai dipoles dengan sentuhan modern, dan dunia ekonomi baru yang dibangun dari fondasi keyakinan dan keberanian berinvestasi.

Modernisasi pertanian dan masuknya investasi swasta menciptakan sinergi dua sektor — yang satu menyediakan kebutuhan dasar (pangan), yang lain mendorong sirkulasi uang dan penciptaan lapangan kerja.

Di tengah segala upaya ini, IKN tampaknya sedang membangun sebuah ekosistem utuh — di mana pembangunan bukan hanya mencipta gedung, tetapi mencipta nilai ekonomi, sosial dan budaya yang berkelanjutan.

 

IKN: Lebih dari Sekadar Pusat Pemerintahan

IKN bukan sekadar tempat memindahkan meja dan kursi birokrasi. Ia adalah eksperimen besar tentang masa depan Indonesia — bagaimana membangun kota dari nol, dengan visi modern, inklusif dan berkelanjutan.

Pertanian yang maju dan investasi yang progresif bukanlah dua dunia yang saling meniadakan. Di IKN, keduanya bisa berdampingan — bahkan saling menguatkan.

Masyarakat lokal mendapat manfaat dari akses teknologi, pelatihan dan peluang baru, sementara investor mendapatkan lingkungan yang stabil, terbuka dan menjanjikan untuk ekspansi usaha mereka.

Dengan pendekatan ini, IKN perlahan menjelma menjadi bukan hanya simbol administrasi, tetapi juga simbol transformasi ekonomi Indonesia.

Kisah Penajam Paser Utara hari ini adalah cerminan dari semangat Indonesia untuk tidak hanya membangun kota, tetapi membangun kehidupan. Dari ladang yang mulai diolah dengan teknologi, hingga hotel butik yang menyambut investor pertama, semua menyiratkan satu hal: masa depan itu telah dimulai.

IKN bukan lagi tentang nanti. Ia tentang apa yang sedang dikerjakan hari ini — oleh petani yang belajar mesin baru, oleh birokrat yang membuka peluang, oleh investor yang mengambil risiko, dan oleh warga lokal yang melihat desanya bertransformasi.

Dari sawah ke sentra bisnis, dari mimpi ke kenyataan — Ibu Kota Nusantara sedang menulis kisah barunya. Dan kita semua, adalah saksi dan bagian darinya.

Next Post Previous Post