Pulau Kelawasan Disulap Jadi Suaka Orangutan Jantan di IKN: Habitat Aman bagi Sang Raja Hutan yang Tak Lagi Bisa Dilepasliarkan
Pulau Kelawasan yang berada di Teluk Balikpapan, Kalimantan
Timur, kini menempati posisi penting dalam peta konservasi nasional. Di tengah
geliat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), pulau seluas 14 hektar ini justru
dikembangkan menjadi tempat perlindungan bagi satwa ikonik Indonesia—orangutan
Kalimantan, khususnya yang berjenis kelamin jantan dan berpipi lebar, tanda
dominasi dan kedewasaan dalam kelompoknya.
Bukan sekadar tempat penampungan biasa, Pulau Kelawasan kini difungsikan sebagai Suaka Orangutan Kelawasan, kawasan lindung yang menjadi rumah tetap bagi individu orangutan dewasa yang tak lagi bisa dilepasliarkan ke alam bebas. Pembangunan kawasan ini merupakan hasil kolaborasi strategis antara Otorita IKN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Yayasan Arsari Djojohadikusumo yang sejak lama dikenal aktif dalam isu konservasi satwa liar.
Dari Pulau Sunyi ke Habitat Suaka
Terletak di kawasan Teluk Balikpapan, yang kini masuk dalam
lingkup wilayah strategis IKN, Pulau Kelawasan sebelumnya belum banyak dikenal
publik. Namun, dengan perubahan status wilayah menjadi kawasan lindung sebagai
bagian dari strategi pembangunan berkelanjutan di IKN, pulau ini dipilih
menjadi lokasi strategis untuk melindungi satwa primata yang semakin terancam
populasinya.
Pulau ini memiliki keunikan geografis dan ekologi yang sangat cocok untuk orangutan, khususnya yang tidak dapat hidup mandiri di alam liar akibat usia, kondisi kesehatan, atau sifatnya yang sudah terlalu terbiasa dengan manusia. Orangutan jantan berpipi lebar merupakan simbol maskulinitas dalam dunia primata, namun banyak dari mereka tak lagi mampu mencari makan atau bertahan jika dilepas begitu saja di hutan yang sudah tidak utuh.
Fasilitas Lengkap untuk Kehidupan Alami
Otorita IKN dan Yayasan Arsari membangun berbagai
infrastruktur penunjang untuk memastikan para orangutan ini tetap bisa
menjalani hidup sedekat mungkin dengan habitat alami mereka. Di antaranya
adalah shelter sebagai tempat berlindung dari cuaca ekstrem, feeding platform
atau tempat pemberian pakan harian, yang dilengkapi dengan kolam air minum agar
mereka tetap terhidrasi dan sehat.
Selain itu, tersedia juga fasilitas feeding plus, yang berfungsi sebagai ruang perawatan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Fasilitas ini penting untuk memastikan orangutan yang sudah tua atau memiliki riwayat medis tetap mendapatkan perhatian dan perawatan intensif.
Fasilitas-fasilitas ini dibangun tidak hanya dengan pendekatan teknis, tetapi juga pendekatan etologis—mempelajari perilaku hewan untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan mereka tetap aktif secara fisik dan mental.
Apresiasi Pemerintah: Simbol Pembangunan Berkelanjutan
Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, dalam acara Syukuran
Pembangunan Suaka Orangutan Kelawasan yang digelar pada Rabu, 9 April 2025,
menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas partisipasi Yayasan Arsari
Djojohadikusumo dalam proyek ini.
“Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya pada Yayasan Arsari Djojohadikusumo atas kegiatan lingkungan ini. Mudah-mudahan kerja sama ini dapat terus kita lanjutkan dengan lebih baik,” ujar Basuki dalam pernyataannya yang dikutip dari keterangan resmi.
Ia juga menambahkan bahwa pembangunan IKN bukan hanya tentang beton dan jalan tol, tetapi tentang menciptakan harmoni antara kemajuan manusia dan kelestarian alam. Keberadaan Pulau Kelawasan sebagai habitat suaka orangutan menjadi contoh konkret dari visi pembangunan berkelanjutan yang digaungkan pemerintah pusat.
Visi Konservasi: Dari Gagasan Hingga Aksi Nyata
Ketua Yayasan Arsari Djojohadikusumo, Hashim
Djojohadikusumo, menjelaskan bahwa ide membangun pusat suaka ini bukan sekadar
proyek singkat, melainkan bentuk komitmen jangka panjang dalam perlindungan
satwa liar Indonesia. Ia mengungkapkan bahwa banyak orangutan jantan dewasa
yang karena usia atau kondisi tertentu, tak lagi mampu hidup mandiri di alam.
“Banyak orangutan dewasa yang kalau dilepasliarkan pasti mati karena cari makannya susah. Kita carikan tempat lingkungan yang nyaman bagi orangutan dewasa di alam yang terbuka, maka kita pilih Pulau Kelawasan,” ujar Hashim.
Hashim, yang juga merupakan adik dari Presiden RI terpilih, Prabowo Subianto, menyampaikan bahwa proyek ini berangkat dari kegelisahan pribadi dan dedikasi keluarga terhadap isu konservasi yang telah lama mereka perjuangkan.
Menurutnya, tempat seperti Pulau Kelawasan bukan hanya menyelamatkan individu orangutan, tetapi juga menjadi simbol harapan bahwa pembangunan dan konservasi bisa berjalan beriringan.
Pulau Kelawasan: Laboratorium Alam IKN
Dengan keberadaan Pulau Kelawasan, IKN tidak hanya menjadi
pusat pemerintahan baru, tetapi juga laboratorium alam yang menunjukkan
bagaimana kota modern bisa menyatu dengan ekosistem liar. Orangutan di Pulau
Kelawasan akan menjadi semacam duta alam yang memberi pelajaran berharga
tentang pentingnya merawat satwa dan habitatnya.
Kawasan ini juga akan dikembangkan untuk riset dan edukasi konservasi, terutama bagi pelajar dan masyarakat umum. Diharapkan, keberadaan suaka ini akan meningkatkan kesadaran publik terhadap pentingnya perlindungan satwa liar dan upaya pelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Sebuah Langkah Kecil untuk Masa Depan Besar
Transformasi Pulau Kelawasan menjadi suaka orangutan jantan
berpipi lebar adalah bukti bahwa pembangunan IKN tak melulu soal gedung dan
jalan. Ini adalah langkah berani dan bijak dalam menyandingkan modernitas dan
konservasi.
Ketika IKN berdiri tegak sebagai simbol kemajuan bangsa, Pulau Kelawasan akan berdiri tak jauh darinya sebagai pengingat bahwa kemajuan sejati adalah ketika manusia hidup berdampingan dengan alam. Dan di tengah suara mesin pembangunan, suara alam tetap punya tempat untuk bergema.