Menyusuri Jejak Arus: Drama Pencarian Hari Kelima Tiga Korban Speedboat Tenggelam di Perairan Kalbar

  

Padang Tikar, Kalbar – Suasana di perairan Padang Tikar, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, berubah menjadi panggung pencarian penuh ketegangan dan harapan selama lima hari terakhir. Sebuah speedboat yang membawa 15 orang penumpang, termasuk seorang pengemudi, tenggelam akibat cuaca buruk dan gelombang tinggi yang melanda kawasan tersebut pada Kamis sore, 17 April 2025.

Dari 15 orang penumpang itu, sebagian besar berhasil diselamatkan setelah bertahan di jermal nelayan dan kemudian dievakuasi oleh sebuah tugboat yang kebetulan melintas. Namun, nasib tiga penumpang lainnya hingga kini masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Mereka terseret arus kuat dan menghilang dalam kekacauan ombak yang mengamuk di tengah laut.

Kini, memasuki hari kelima sejak kejadian nahas itu, proses pencarian terus digencarkan oleh tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI AL, Polairud, BPBD, serta warga nelayan setempat. Teknologi pun turut dilibatkan—speedboat bertenaga tinggi, drone thermal, serta kapal penyisir laut dikerahkan untuk menyisir tiap jengkal perairan yang diduga menjadi lokasi korban hanyut.

 

Fokus Baru di Hari Kelima: Tenggara Padang Tikar

On Scene Commander (OSC) dari Kantor Pencarian dan Pertolongan Pontianak, Jumadi, mengungkapkan bahwa fokus pencarian pada hari Senin (21/4/2025) dialihkan ke wilayah tenggara dari titik tenggelamnya speedboat. “Area tersebut kami yakini sebagai jalur arus laut yang berpotensi menyeret korban ke sana. Oleh karena itu, kami memusatkan pencarian permukaan dan udara di sektor tersebut,” kata Jumadi dalam keterangan tertulis yang dirilis pada Selasa pagi.

Tim pencari tidak bekerja sendiri. Mereka bergantung pada sejumlah alat bantu dan dukungan warga lokal. Beberapa rigid inflatable boat (RIB) milik Basarnas diterjunkan bersama speedboat dan sampan bermotor milik nelayan sekitar. Para nelayan yang akrab dengan arus laut di kawasan itu menjadi navigator alami, membantu tim SAR menavigasi jalur-jalur sulit yang tidak terdeteksi oleh peralatan digital.

Untuk area yang sulit dijangkau oleh perahu, terutama di sekitar hutan bakau dan garis pantai berbatu, drone dengan sensor thermal diterbangkan untuk mencari tanda-tanda panas tubuh manusia—upaya yang terus dilakukan meski harapan makin menipis seiring waktu berjalan.

 

Penemuan Jenazah Misterius di Karimata

Sementara itu, muncul secercah informasi yang bisa membuka tabir nasib korban. Di perairan Karimata, Kabupaten Kayong Utara—yang berjarak cukup jauh dari lokasi tenggelam—telah ditemukan sesosok jenazah laki-laki. Saat ini, jenazah tersebut masih dalam proses identifikasi dan visum di fasilitas medis setempat.

“Belum bisa dipastikan apakah jenazah itu merupakan salah satu dari tiga korban speedboat yang hilang. Kami menunggu hasil visum dan pencocokan identitas,” jelas Jumadi. Jika terbukti benar, maka ini akan menjadi titik awal baru bagi tim pencari dalam memetakan ulang kemungkinan lokasi dua korban lainnya.

 

Kronologi Singkat Kejadian

Kejadian tragis ini bermula pada Kamis sore yang tampaknya seperti sore biasa bagi nelayan dan penumpang kapal di Padang Tikar. Namun, cuaca ternyata menyimpan amarah. Gelombang tinggi disertai angin kencang melanda perairan dan membuat navigasi kapal menjadi sangat berbahaya. Speedboat yang tengah mengangkut 15 orang itu terpaksa bertambat di sebuah jermal nelayan, berharap badai segera mereda.

Sayangnya, alam tidak bersahabat. Gelombang terus membesar dan menghantam kapal dengan kekuatan destruktif. Tak lama setelah bertambat, speedboat tidak mampu bertahan dan akhirnya tenggelam, menciptakan kepanikan di tengah laut. Sebagian penumpang berhasil berenang dan bertahan hidup, dibantu oleh nelayan dan tugboat yang melintas.

Namun, tiga penumpang lainnya—yang hingga kini belum diumumkan identitasnya oleh pihak berwenang—hilang dibawa arus. Sejak saat itu, pencarian dilakukan tanpa henti.

 

Strategi Pencarian yang Dinamis

Dalam operasi pencarian dan penyelamatan (SAR), setiap hari adalah pertarungan antara waktu, alam, dan harapan. Di hari kelima ini, tim SAR mengadopsi pendekatan kombinasi: pencarian permukaan di perairan terbuka, pencarian tepi pantai untuk kemungkinan korban tersangkut, serta pencarian udara menggunakan drone dengan sensor panas tubuh.

Data arus laut, kondisi gelombang, serta prediksi cuaca menjadi bagian penting dari strategi. Tim SAR bekerja sama dengan BMKG untuk memetakan potensi jalur hanyut korban berdasarkan data pasang surut dan arus laut selama lima hari terakhir. “Kami juga memperhitungkan faktor-faktor seperti suhu air, kecepatan arus, dan kemungkinan korban terdampar di garis pantai terpencil,” tambah Jumadi.

Selain alat berat dan teknologi, semangat dan keterlibatan masyarakat lokal menjadi kekuatan utama. Para nelayan yang terbiasa berlayar di wilayah itu membantu dengan sukarela, bahkan beberapa ikut berpatroli malam hari menggunakan perahu kecil mereka. “Kami hanya ingin membantu menemukan korban. Semoga keluarga mereka segera mendapat kepastian,” kata Bapak Harun, seorang nelayan Padang Tikar.

Di tengah medan yang penuh tantangan dan ketidakpastian, satu hal yang tetap menyala adalah harapan. Bagi keluarga korban, setiap informasi sekecil apa pun menjadi harapan besar. Beberapa anggota keluarga dilaporkan telah berkumpul di posko SAR di tepi pantai Padang Tikar, menanti kabar terbaru dengan hati yang campur aduk antara harap dan cemas.

“Sudah lima hari kami menunggu. Kami mohon, kalau memang anak saya ditemukan, apapun kondisinya, kami ingin segera tahu,” ujar seorang ibu korban sambil menahan air mata.

Basarnas, dalam pernyataannya, memastikan bahwa operasi pencarian akan terus dilakukan hingga batas waktu yang belum ditentukan. “Kami akan terus mencari selama masih ada kemungkinan korban ditemukan, baik dalam keadaan selamat maupun tidak,” tegas Jumadi.

 

Sebuah Panggilan Akan Kesadaran Maritim

Kejadian ini sekaligus menjadi pengingat keras akan pentingnya keselamatan pelayaran, terutama di wilayah-wilayah rawan cuaca buruk seperti Kalimantan Barat. Penggunaan pelampung, pengetahuan tentang navigasi darurat, serta komunikasi yang baik dengan otoritas pelabuhan merupakan hal-hal yang seringkali terabaikan tetapi vital.

Pemerintah daerah bersama pihak Basarnas juga berencana melakukan evaluasi terhadap SOP (Standard Operating Procedure) pelayaran lokal, termasuk sosialisasi keselamatan maritim kepada nelayan dan operator kapal kecil.

 

Doa di Tengah Laut

Kini, laut Kalbar tidak hanya menjadi bentangan air yang luas, tapi juga tempat bersarangnya doa-doa dari keluarga dan seluruh masyarakat yang ikut menyaksikan tragedi ini. Di antara gelombang, angin, dan teknologi pencarian, yang paling penting tetaplah harapan manusia—bahwa apa pun hasil dari pencarian ini, setidaknya bisa membawa kejelasan dan ketenangan hati bagi mereka yang menunggu.

Pencarian akan terus berlanjut hari ini, dan mungkin esok. Tim SAR tak akan berhenti, drone terus terbang, perahu terus menyisir, dan harapan terus menyala. Karena setiap nyawa yang hilang adalah kisah yang tak boleh ditutup tanpa jawaban.

Next Post Previous Post