Jalan Panjang IKN: Upaya Pemerintah Meyakinkan Investor Asing Lewat Jaminan Penuh dan Diplomasi Proyek
Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur – Bayangkan sebuah
kota masa depan yang dibangun dari nol di tengah hutan Kalimantan. Kota yang
bukan sekadar simbol pemindahan ibu kota, tapi juga lambang transformasi
peradaban Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau, cerdas, dan terencana.
Inilah Ibu Kota Nusantara (IKN), megaproyek ambisius senilai Rp466 triliun yang
kini berada di panggung internasional dan tengah mencari kepercayaan dari dunia
investor global.
Namun, proyek seambisius itu tentu tidak berjalan mulus begitu saja. Meski pemerintah Indonesia, lewat Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN), terus menggembar-gemborkan berbagai keunggulan IKN, dari segi tata kota, keberlanjutan, hingga potensi ekonomi, keraguan masih membayangi, khususnya dari para investor asing.
Salah satu yang masih mengganjal adalah soal kepastian dan jaminan investasi jangka panjang. Apa jadinya jika pembangunan terhenti di tengah jalan? Bagaimana perlindungan terhadap risiko? Dan siapa yang benar-benar bisa diandalkan untuk menjamin keberlangsungan proyek raksasa ini?
Menjawab semua kegelisahan itu, Kepala OIKN, Basuki Hadimuljono, turun langsung ke lapangan diplomasi. Ia tidak hanya memberikan janji manis, tetapi menghadirkan solusi nyata melalui mekanisme penjaminan bersama atau co-guarantee yang melibatkan dua institusi penting: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Ketegasan dalam Diplomasi Infrastruktur
Dalam pertemuan resmi yang berlangsung di Kantor OIKN pada
Rabu, 16 April 2025, Basuki menjamu delegasi dari Konsorsium China Harbour
Engineering Co. Ltd. (CHEC) - IJM. Delegasi itu dipimpin langsung oleh Vice
President CHEC, Liu Baohe. Dalam suasana yang serius namun terbuka, pembicaraan
difokuskan pada bagaimana pemerintah Indonesia bisa menjamin kepastian proyek
kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) di kawasan inti IKN.
“Salah satu bentuk nyata dari komitmen kami adalah penjaminan dari PII dan Kemenkeu. Kami ingin menyampaikan pesan tegas: proyek ini tidak akan terhenti di tengah jalan. Komitmen pemerintah tidak setengah hati,” ujar Basuki dengan nada yang tak menyisakan ruang keraguan.
Menurut Basuki, struktur penjaminan ini bukan hanya formalitas, melainkan instrumen hukum dan finansial yang dirancang untuk memastikan setiap kewajiban dalam kontrak KPBU tetap terlindungi. Dengan begitu, jika pun terjadi gangguan di masa depan, negara hadir untuk memastikan kelangsungan proyek dan perlindungan atas dana investor.
CHEC-IJM: Antara Ketertarikan dan Kewaspadaan
CHEC-IJM bukanlah pemain kecil. CHEC sendiri adalah salah
satu perusahaan konstruksi terbesar asal Tiongkok yang telah menggarap berbagai
proyek internasional, mulai dari pelabuhan, jembatan, hingga kota-kota baru.
Sementara IJM berasal dari Malaysia dan juga memiliki rekam jejak panjang di
bidang infrastruktur. Bergabung dalam sebuah konsorsium, mereka mengincar
sejumlah proyek strategis di IKN.
Ketika Basuki menyampaikan jaminan pemerintah, pihak CHEC-IJM menyatakan ketertarikan yang lebih mendalam. Mereka mengapresiasi adanya skema perlindungan terhadap risiko jangka panjang. Namun tentu saja, ketertarikan saja tidak cukup. Mereka butuh bukti bahwa Indonesia serius, bukan hanya dalam hal kebijakan, tetapi juga dalam implementasi.
“Saat kami mendengar bahwa Kementerian Keuangan juga akan memberikan approval terhadap setiap proyek KPBU sebelum pre-qualification, itu menjadi sinyal kuat bagi kami. Kami melihat ada kejelasan struktur dan prosedur yang bisa kami pegang,” ujar Liu Baohe.
Proyek yang Sudah Berjalan: Hunian ASN dan Jalan Strategis
Saat ini, konsorsium CHEC-IJM sudah mulai ikut andil dalam
pembangunan IKN. Proyek yang sedang mereka kerjakan meliputi dua hal besar.
Pertama, pembangunan 20 tower hunian Aparatur Sipil Negara (ASN) yang totalnya
mencakup 1.058 unit. Tower ini terletak di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan
(KIPP), tepatnya di Sub Wilayah Perencanaan 1B. Proyek ini bukan sekadar
penyediaan tempat tinggal, tetapi juga bagian dari skema urbanisasi terencana
yang mempertemukan fungsi kerja dan hunian dalam satu kawasan.
Proyek kedua adalah pembangunan Jalan dan Multi Utility Tunnel (MUT) sepanjang hampir 27 km di KIPP SWP-1C. MUT ini bukan jalan biasa. Di dalamnya akan ditanam jaringan utilitas seperti listrik, air, data, dan sistem lainnya yang mendukung konsep kota pintar. Dengan infrastruktur ini, IKN benar-benar ingin menunjukkan dirinya sebagai “smart city” yang dibangun dari kerangka bawah tanah hingga menara pencakar langit.
Rekam Jejak Pemerintah dalam KPBU Jadi Jaminan Tambahan
Basuki tidak hanya membawa janji penjaminan, tapi juga
membanggakan rekam jejak pemerintah Indonesia dalam mengelola proyek KPBU. Ia
menegaskan bahwa sepanjang sejarah pelaksanaan KPBU oleh Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), belum pernah terjadi proyek yang
di-terminasi.
“Ini bukan klaim kosong. Kita punya rekam jejak yang kuat dan kredibel. Jadi ini bukan hanya soal jaminan di atas kertas, tapi bukti nyata bahwa pemerintah punya komitmen jangka panjang terhadap mitra-mitra KPBU,” kata Basuki lagi.
Ia menambahkan, sebelum proyek KPBU bisa masuk ke tahap procurement atau pelelangan, OIKN wajib mendapatkan restu dari Kemenkeu. Artinya, ada filter tambahan dari lembaga keuangan negara yang akan memastikan setiap proyek benar-benar layak dan berkelanjutan.
Misi Diplomasi: Lebih dari Sekadar Proyek Fisik
Di balik diskusi tentang jalan, tower, dan terowongan,
sebenarnya ada yang lebih besar sedang diperjuangkan oleh pemerintah Indonesia.
Misi membangun IKN adalah misi diplomasi modern, di mana kepercayaan adalah
aset utama. Bukan hanya meyakinkan bahwa proyek akan selesai tepat waktu,
tetapi bahwa negara ini mampu membangun masa depan yang bisa dipercaya oleh
investor dari berbagai penjuru dunia.
Bagi China Harbour Engineering Co. Ltd., kunjungan ke Indonesia kali ini bukan hanya sekadar inspeksi lapangan, melainkan sebuah momen krusial untuk menentukan arah investasi mereka. Dan dari pernyataan Liu Baohe, terlihat bahwa pertemuan itu membuahkan hasil.
“Kunjungan kami kali ini sangat monumental. Kami semakin yakin untuk memulai investasi jangka panjang di IKN. Ini bukan hanya proyek, ini kolaborasi masa depan,” ujarnya.
Pihak OIKN menyambut baik ketertarikan dan keseriusan CHEC-IJM. Basuki menekankan bahwa ke depan, proyek IKN tidak boleh menjadi proyek yang elitis dan tertutup. Justru sebaliknya, harus dibangun dengan semangat kolaborasi, transparansi, dan keberlanjutan.
“Pembangunan IKN adalah pembangunan sejarah. Kita tidak sedang membangun gedung demi gedung, tapi masa depan bangsa. Untuk itu, kerja sama harus saling menguntungkan, terbuka, dan punya dampak jangka panjang bagi semua pihak,” tegas Basuki.
Jalan Masih Panjang, Tapi Arah Sudah Jelas
Pembangunan IKN baru akan rampung sepenuhnya dalam beberapa
dekade ke depan. Namun langkah-langkah awal sudah menunjukkan arah yang
menjanjikan. Penunjukan mekanisme penjaminan dari PII dan Kemenkeu menjadi
sinyal bahwa pemerintah Indonesia tidak main-main. Bukan hanya ingin
mendatangkan investor, tapi juga ingin menjadi mitra yang bisa dipercaya.
Ke depan, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Dari sisi lingkungan, sosial, hingga ekonomi. Tapi setidaknya, kini jalan untuk meyakinkan dunia bahwa IKN adalah masa depan yang layak diperjuangkan sudah mulai terbuka lebar.
Dalam dunia investasi global yang semakin kompetitif, kepercayaan adalah mata uang yang paling mahal. Dan IKN sedang berusaha keras untuk membelinya – bukan dengan janji kosong, tapi dengan struktur, komitmen, dan transparansi.
Dan siapa tahu? Di tengah hutan Kalimantan yang dulu sepi, bisa jadi akan berdiri sebuah kota yang menjadi ikon peradaban baru Nusantara.