Ibu Kota Masa Depan dan Revolusi Mobilitas: Ketika Nusantara Bersiap Menjadi Kota Cerdas Bertaraf Global
Di tengah geliat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN),
narasi tentang sebuah kota yang dibangun bukan hanya untuk memindahkan pusat
pemerintahan, tetapi juga untuk merintis peradaban urban baru, terus
menggelinding. IKN bukan sekadar simbol politik atau administrasi, melainkan
menjadi laboratorium hidup yang memadukan keberlanjutan, teknologi, dan
kemanusiaan. Di dalam kerangka besar itu, salah satu aspek krusial yang menjadi
pusat perhatian adalah bagaimana manusia akan bergerak di dalam kota ini: mobilitas
cerdas.
Mobilitas bukan hanya perkara berpindah dari titik A ke titik B. Di Nusantara, mobilitas dirancang sebagai pengalaman yang efisien, ramah lingkungan, dan terkoneksi dengan ekosistem digital. Dalam upaya mewujudkan visi tersebut, Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) bersama Kemitraan Indonesia-Australia untuk Infrastruktur (KIAT) meluncurkan program ambisius bernama Nusantara Urban Mobility Masterplan and Intelligent Mobility Ecosystem.
Inilah fondasi dari revolusi mobilitas cerdas di IKN, yang berpotensi menjadikan kota ini pionir di kawasan, bahkan dunia, dalam hal transformasi sistem transportasi berbasis teknologi mutakhir dan prinsip keberlanjutan.
Dari Kolaborasi Menuju Aksi Nyata
Program ini bukan lahir dalam ruang hampa. Sejak 2022,
kolaborasi antara OIKN, KIAT, dan Kementerian PPN/Bappenas telah dijalin dalam
upaya menyusun fondasi perencanaan mobilitas jangka panjang. Namun pada tahun
2025, upaya ini memasuki babak baru yang lebih konkret.
Pada 29 April 2025, OIKN menggelar sebuah acara penting bertajuk Co-Creation Intelligent Mobility Ecosystem Nusantara. Acara ini dirancang sebagai forum kolaboratif antara pemerintah, pelaku industri, akademisi, hingga mitra internasional untuk menyusun peta jalan strategis sistem mobilitas masa depan di Nusantara.
Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital OIKN, Dr. Mohammed Ali Berawi, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan tonggak penting dalam proses desain kota cerdas. “Kami ingin membangun sistem mobilitas cerdas yang bukan hanya efisien dan futuristik, tapi juga inklusif, partisipatif, dan sesuai dengan karakteristik Nusantara sebagai kota hijau,” ujarnya.
Dengan semangat co-creation, para pemangku kepentingan tak hanya dilibatkan sebagai pelaksana, tetapi sebagai mitra sejajar dalam menyusun strategi dan implementasi. Model kolaborasi ini mencerminkan filosofi dasar dari IKN itu sendiri: kota untuk semua, dibangun oleh semua.
Mobilitas Cerdas: Lebih dari Sekadar Teknologi
Ketika mendengar istilah “mobilitas cerdas”, publik mungkin
langsung membayangkan kendaraan tanpa pengemudi, stasiun pengisian kendaraan
listrik, atau sistem transportasi berbasis aplikasi. Memang benar,
elemen-elemen tersebut termasuk dalam cakupan mobilitas cerdas, namun di
Nusantara, konsep ini jauh melampaui aspek teknologis semata.
OIKN dan KIAT melihat mobilitas sebagai urat nadi kehidupan kota. Ia harus menjawab tantangan urbanisasi, mengurangi emisi karbon, meningkatkan konektivitas antarwilayah, dan menciptakan ruang gerak yang aman serta nyaman untuk seluruh lapisan masyarakat—termasuk lansia, penyandang disabilitas, hingga anak-anak.
Untuk itulah, Nusantara Urban Mobility Masterplan mencakup berbagai komponen: integrasi moda transportasi, pengembangan jaringan kendaraan listrik (EV), sistem lalu lintas berbasis AI (Artificial Intelligence), hingga pengujian teknologi Autonomous Rapid Transit (ART).
ART sendiri merupakan kendaraan bertenaga listrik tanpa rel yang mampu beroperasi secara otonom di jalur khusus maupun jalan umum. Teknologi ini telah diuji di beberapa kota besar dunia seperti Zhuzhou (China) dan menjadi alternatif ringan dan fleksibel dibandingkan kereta ringan (LRT) atau busway konvensional.
IKN berambisi menjadi lokasi uji coba dan adaptasi teknologi seperti ini—bukan sekadar mengikuti tren global, tetapi menyesuaikannya dengan kebutuhan lokal.
Enam Domain Kota Cerdas dan Mobilitas Sebagai Jantungnya
Dalam blueprint IKN sebagai kota cerdas, terdapat enam
domain utama yang menjadi pilar pembangunan: transportasi, energi, pengelolaan
sampah, air bersih, pemerintahan digital, dan pembangunan sosial inklusif. Dari
keenam pilar itu, transportasi—khususnya mobilitas cerdas—menjadi salah satu
yang paling strategis, karena ia beririsan langsung dengan semua aspek
kehidupan kota.
Bayangkan sistem transportasi yang bukan hanya mengurangi waktu perjalanan, tapi juga mengurangi stres pengendara, menurunkan angka kecelakaan, hingga menghemat miliaran rupiah dari konsumsi BBM. Bayangkan pula jika semua kendaraan menggunakan tenaga listrik atau hidrogen, didukung infrastruktur hijau dan sistem manajemen lalu lintas real-time yang cerdas. Inilah visi yang tengah dibangun untuk IKN.
Dalam rangka mewujudkan hal itu, OIKN dan KIAT melakukan penelaahan menyeluruh terhadap rencana-rencana mobilitas dari berbagai Kementerian dan Lembaga (K/L). Semua dokumen dan inisiatif tersebut kemudian diselaraskan dan disatukan dalam satu peta jalan yang terintegrasi.
Hasil akhirnya adalah strategi implementasi jangka panjang: mulai dari fase percontohan teknologi, penyusunan regulasi pendukung, pembangunan infrastruktur fisik dan digital, hingga mekanisme pembiayaan yang melibatkan skema publik-swasta.
Dari Kajian ke Lapangan: Saatnya Eksekusi
Bersama KIAT, OIKN kini memasuki tahap kajian teknis yang
lebih mendalam. Bukan hanya soal rencana di atas kertas, tetapi juga pengujian
langsung terhadap prototipe sistem transportasi, pemetaan kebutuhan
infrastruktur seperti stasiun pengisian EV, jalur ART, hingga sistem manajemen
lalu lintas berbasis Internet of Things (IoT).
Hal menarik dari pendekatan ini adalah keterlibatan lintas sektor. Tidak hanya sektor transportasi, tetapi juga sektor energi, lingkungan, ekonomi digital, bahkan pendidikan. Pelibatan industri pun menjadi kunci suksesnya ekosistem ini. Mulai dari produsen kendaraan listrik, pengembang aplikasi mobilitas, hingga startup yang mengembangkan teknologi pendukung seperti sistem navigasi berbasis AI atau smart payment system, semuanya diajak bergabung dalam ekosistem Nusantara.
Menurut Dr. Ali Berawi, partisipasi sektor swasta dan publik menjadi tulang punggung keberhasilan kota cerdas. “Kita tidak bisa membangun kota masa depan dengan cara lama. Dibutuhkan inovasi, keberanian mengambil risiko, dan kolaborasi yang kuat antarsemua pihak,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa IKN tidak sedang berlomba dengan kota-kota besar dunia, tetapi membangun jalan sendiri yang unik dan relevan dengan kondisi Indonesia. “Mobilitas cerdas di IKN bukan hanya tentang teknologi tinggi, tapi tentang membangun sistem yang bisa diakses oleh semua orang.”
Dukungan Internasional dan Visi Nusantara yang Membumi
Kolaborasi antara OIKN dan KIAT menjadi bukti bahwa
pembangunan IKN tak lepas dari konteks global. Australia, sebagai salah satu
mitra strategis Indonesia, mendukung penuh program ini melalui transfer
pengetahuan, dukungan teknis, hingga pendanaan.
KIAT sendiri merupakan bagian dari upaya Pemerintah Australia untuk memperkuat infrastruktur di Indonesia secara berkelanjutan. Dalam proyek mobilitas cerdas ini, KIAT memberikan dukungan substantif pada aspek perencanaan, penyusunan kebijakan, serta pelibatan pemangku kepentingan melalui pendekatan partisipatif.
Hal ini juga menunjukkan bahwa pembangunan IKN tidak berjalan sendiri, tetapi menjadi bagian dari gerakan global menuju kota-kota yang lebih cerdas, inklusif, dan tahan terhadap perubahan iklim.
Menyongsong Masa Depan Mobilitas Nusantara
Dengan semua langkah yang telah diambil dan rencana yang
disusun, pertanyaan besar yang muncul adalah: sejauh mana IKN dapat menjadi
role model mobilitas masa depan?
Jawabannya masih akan bergantung pada konsistensi implementasi, kemampuan adaptasi teknologi, serta keberlanjutan kolaborasi antar pemangku kepentingan. Namun satu hal yang pasti, fondasi sudah diletakkan. Dan dengan semangat co-creation, IKN telah membuka pintu bagi lahirnya ekosistem mobilitas baru yang tidak hanya pintar, tetapi juga adil dan berkelanjutan.
Ketika dunia mencari format kota ideal di abad ke-21, IKN mencoba menawarkan alternatif. Sebuah kota yang tidak sekadar memindahkan gedung kementerian, tapi juga menggeser paradigma tentang bagaimana manusia hidup, bekerja, dan bergerak.
Dan siapa tahu, di masa depan, kendaraan otonom yang melaju tenang di jalanan hutan tropis Kalimantan bukan hanya cerita fiksi, tetapi realitas yang lahir dari visi besar bernama Nusantara.