Inflasi Terkendali di Kalimantan Barat pada September 2024: Menjaga Stabilitas Ekonomi dengan Tingkat Inflasi 1,79 Persen
Foto : Pixabay |
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Barat
melaporkan bahwa inflasi pada September 2024 terkendali dengan baik, hanya
mencapai 1,79 persen secara tahunan (year on year/yoy). Angka ini dicatat
dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,00, yang menunjukkan
bahwa ekonomi Kalimantan Barat tetap stabil meskipun terjadi peningkatan harga
di beberapa sektor.
Kepala BPS Kalimantan Barat, Muh Saichudin, dalam konferensi
pers di Pontianak pada hari Selasa menyatakan bahwa angka inflasi ini masih
dalam kategori terkendali. "Inflasi di Kalimantan Barat menunjukkan tren
yang positif dan terkendali, termasuk pada September 2024 yang hanya mencapai
1,79 persen (yoy)," ungkapnya.
Inflasi Tertinggi dan Terendah di Kalimantan Barat
Dari lima kota yang menjadi indikator inflasi di Kalimantan
Barat, inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sintang, yang mencatatkan angka
sebesar 2,29 persen (yoy) dengan IHK sebesar 105,59. Sebaliknya, Kota
Singkawang menjadi kota dengan inflasi terendah, yakni 1,45 persen (yoy) dengan
IHK sebesar 105,74.
"Selain Sintang dan Singkawang, inflasi di beberapa
daerah lain juga terkendali. Kabupaten Ketapang mencatat inflasi sebesar 1,83
persen (yoy), Pontianak sebesar 1,73 persen (yoy), dan Kabupaten Kayong Utara
sebesar 2,08 persen (yoy)," jelas Saichudin lebih lanjut.
Faktor Penyebab Inflasi
Saichudin juga memaparkan sejumlah komoditas yang memberikan
kontribusi terbesar terhadap tingkat inflasi di Kalimantan Barat pada September
2024. Beberapa komoditas yang menjadi penyebab utama inflasi year on year (yoy)
antara lain beras, Sigaret Kretek Mesin (SKM), emas perhiasan, cabai rawit,
gula pasir, kopi bubuk, ikan baung, ikan nila, minyak goreng, serta Sigaret
Putih Mesin (SPM).
Komoditas-komoditas tersebut mengalami kenaikan harga yang
cukup signifikan sehingga memberikan dampak langsung terhadap laju inflasi di
Kalimantan Barat. Beras, misalnya, menjadi salah satu komoditas yang paling
krusial karena merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Kenaikan harga beras
dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk cuaca, distribusi, serta kebijakan
pemerintah terkait pasokan pangan.
Selain beras, Sigaret Kretek Mesin (SKM) dan Sigaret Putih
Mesin (SPM) juga memberikan kontribusi besar terhadap inflasi. Kenaikan harga
rokok ini mungkin terkait dengan kebijakan cukai rokok yang meningkat, serta
meningkatnya biaya produksi yang akhirnya berdampak pada harga di tingkat
konsumen.
Emas perhiasan juga menjadi salah satu komoditas yang turut
menyumbang inflasi. Fluktuasi harga emas di pasar global sering kali
memengaruhi harga emas di dalam negeri. Kenaikan harga emas menjadi salah satu
indikator adanya ketidakpastian ekonomi global yang mendorong masyarakat untuk
berinvestasi dalam aset yang lebih aman seperti emas.
Beberapa bahan makanan seperti cabai rawit dan gula pasir
juga menjadi penyumbang inflasi. Cabai rawit, yang merupakan salah satu bahan
pokok dalam masakan Indonesia, mengalami fluktuasi harga yang cukup tinggi
karena faktor cuaca yang memengaruhi hasil panen. Sementara itu, harga gula
pasir meningkat karena berbagai faktor, termasuk pasokan yang terganggu.
Faktor Penyebab Deflasi
Di sisi lain, terdapat beberapa komoditas yang justru
memberikan andil terhadap deflasi atau penurunan harga pada periode yang sama.
Beberapa komoditas tersebut antara lain ikan kembung, telur ayam ras, daging
ayam ras, bahan bakar rumah tangga, kangkung, tomat, baju muslim pria, ketimun,
kubis, dan jeruk.
Ikan kembung, yang merupakan salah satu komoditas perikanan
unggulan, mengalami penurunan harga akibat melimpahnya pasokan di pasar.
Penurunan harga ikan ini disebabkan oleh hasil tangkapan yang lebih baik pada
musim ini, sehingga ketersediaan di pasar meningkat dan menekan harga jual.
Telur ayam ras dan daging ayam ras juga mengalami penurunan
harga, yang disebabkan oleh stabilitas pasokan di pasar. Faktor ini memberikan
dampak positif bagi konsumen karena harga protein hewani ini menjadi lebih
terjangkau.
Selain bahan makanan, beberapa komoditas non-makanan seperti
baju muslim pria juga memberikan kontribusi pada deflasi. Penurunan harga ini
mungkin terkait dengan perubahan musim atau tren fesyen yang mengurangi
permintaan terhadap jenis pakaian tertentu.
Bahan bakar rumah tangga juga menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan deflasi, terutama bahan bakar seperti LPG yang mengalami penurunan
harga. Hal ini memberikan dampak langsung pada pengeluaran rumah tangga yang
lebih rendah untuk keperluan energi.
Inflasi Bulanan dan Year to Date
Selain mencatat inflasi tahunan, BPS Kalimantan Barat juga
melaporkan inflasi bulanan (month to month/m-to-m) untuk September 2024 sebesar
0,29 persen. Ini menunjukkan adanya kenaikan harga secara bulanan meskipun
masih dalam batas terkendali.
Sementara itu, inflasi year to date (y-to-d) atau inflasi
kumulatif dari Januari hingga September 2024 tercatat sebesar 0,93 persen.
Angka ini menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2024, tingkat inflasi di Kalimantan
Barat relatif stabil, dengan kenaikan harga yang terkendali.
Upaya Pemerintah dalam Mengendalikan Inflasi
Pemerintah, melalui berbagai kebijakan dan program, terus
berupaya untuk menjaga stabilitas harga dan mengendalikan inflasi. Salah satu
langkah yang diambil adalah dengan memperkuat ketahanan pangan dan distribusi
komoditas strategis, seperti beras dan bahan makanan pokok lainnya.
Selain itu, pemerintah juga melakukan pengawasan terhadap
harga komoditas yang rentan mengalami fluktuasi, seperti cabai dan gula.
Melalui kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk petani, distributor, dan
pedagang, pemerintah berusaha memastikan bahwa pasokan tetap terjaga dan harga
tidak mengalami lonjakan yang signifikan.
Dalam sektor energi, upaya untuk menjaga stabilitas harga
bahan bakar rumah tangga juga terus dilakukan, terutama dengan mengontrol
distribusi LPG dan bahan bakar lainnya. Hal ini penting untuk memastikan bahwa
kebutuhan energi rumah tangga dapat terpenuhi dengan harga yang terjangkau.
Tingkat inflasi di Kalimantan Barat pada September 2024 yang
terkendali di angka 1,79 persen (yoy) menunjukkan bahwa kondisi ekonomi di
wilayah ini relatif stabil. Meskipun terdapat beberapa komoditas yang
memberikan kontribusi terhadap inflasi, seperti beras dan rokok, namun ada juga
komoditas yang memberikan kontribusi pada deflasi, seperti ikan kembung dan
telur ayam ras.
Dengan inflasi bulanan sebesar 0,29 persen dan inflasi year to date sebesar 0,93 persen, Kalimantan Barat mampu menjaga stabilitas harga sepanjang tahun 2024. Upaya pemerintah dalam mengendalikan inflasi, termasuk melalui penguatan ketahanan pangan dan stabilisasi harga energi, menjadi faktor penting dalam menjaga perekonomian daerah tetap sehat dan terkendali.Melihat tren yang ada, diharapkan tingkat inflasi di Kalimantan Barat akan tetap terkendali hingga akhir tahun, sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga dan perekonomian daerah dapat terus berkembang.