![]() |
| Ilustrasi AI |
IKN - Dalam hitungan bulan, sejarah baru
pemerintahan Indonesia akan tercatat. Untuk pertama kalinya sejak republik ini
berdiri, ribuan aparatur sipil negara (ASN) resmi meninggalkan Jakarta dan
memulai babak baru di tengah hamparan hutan Kalimantan Timur. Sebanyak 4.100
ASN dari 16 kementerian dan lembaga telah dipastikan siap pindah dan mulai
berkantor di Ibu Kota Nusantara (IKN) pada November 2025. Gelombang besar ini
menjadi tonggak penting dalam mewujudkan cita-cita besar Indonesia membangun
pusat pemerintahan yang modern, hijau, dan berkeadilan.
Pemindahan ini bukan sekadar agenda administratif. Ia adalah simbol nyata bahwa proyek IKN telah beranjak dari sekadar ide di atas kertas menjadi kenyataan yang hidup. Setelah fase pembangunan infrastruktur selama tiga tahun terakhir, kini IKN mulai bersiap menjadi pusat aktivitas pemerintahan yang sesungguhnya. Basuki Hadimuljono, Kepala Otorita IKN, menegaskan bahwa seluruh persiapan telah mencapai tahap akhir: dari hunian ASN, jaringan listrik, air bersih, hingga furnitur kantor. “Semua sudah dipersiapkan dengan matang agar para pegawai bisa langsung bekerja ketika tiba di IKN,” ujarnya optimis.
ASN yang akan pindah merupakan perwakilan dari kementerian dan lembaga strategis, antara lain Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian ATR/BPN, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, dan Kementerian PANRB. Mereka adalah garda depan yang akan menggerakkan roda pemerintahan di kota baru tersebut. Selain sebagai perintis, keberangkatan mereka juga berfungsi sebagai uji coba skema kerja baru, termasuk sistem rotasi tiga bulanan, di mana ASN akan bergiliran bertugas di IKN sambil memastikan operasional kementerian di Jakarta tetap berjalan lancar.
Langkah ini menandai fase kedua pembangunan IKN, yakni tahap penguatan fungsi pemerintahan dan sosial setelah fokus awal pada konstruksi infrastruktur fisik. Pemerintah ingin memastikan bahwa IKN bukan hanya proyek beton dan baja, melainkan kota yang benar-benar hidup, dengan denyut birokrasi, kegiatan ekonomi, dan komunitas yang berkembang. Rencana ini juga sejalan dengan visi besar menjadikan IKN sebagai “smart city” hijau dan inklusif yang menjadi model bagi kota-kota masa depan Indonesia.
Persiapan tidak berhenti pada kantor dan jalan. Pemerintah juga menyiapkan hunian sementara bagi ASN dan keluarganya. Kawasan perumahan di Penajam Paser Utara (PPU) disulap menjadi kompleks modern dengan konsep kota taman yang ramah lingkungan. Fasilitas dasar seperti sekolah, klinik, pasar, serta tempat ibadah sedang diselesaikan agar para ASN dapat beradaptasi dengan nyaman. Pemerintah menegaskan bahwa IKN akan dibangun bukan hanya untuk bekerja, tetapi juga untuk hidup — sebuah kota yang menyediakan keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, dan alam.
Namun, di balik optimisme itu, tantangan besar membentang. Relokasi ribuan pegawai bukan perkara sederhana. Mereka harus meninggalkan kehidupan lama di Jakarta, menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, dan membangun ritme kerja di tempat yang masih terus berkembang. Beberapa ASN mengaku antusias sekaligus canggung menghadapi perubahan besar ini. “Rasanya seperti menjadi bagian dari sejarah. Tapi tentu juga ada kekhawatiran — bagaimana fasilitas di sana, bagaimana anak-anak bersekolah, bagaimana kehidupan sosialnya,” ujar salah seorang ASN dari Kementerian Perhubungan yang termasuk dalam daftar pindah.
Untuk menjawab kekhawatiran itu, Otorita IKN menyiapkan berbagai program adaptasi dan pelatihan. ASN akan dibekali pelatihan khusus tentang tata kelola kota pintar, pelayanan publik berbasis digital, dan etos kerja di lingkungan baru. Bahkan, disiapkan pula pendampingan psikologis dan sosial bagi keluarga ASN yang ikut pindah agar transisi tidak menimbulkan tekanan berlebih. Pemerintah menyadari bahwa membangun kota tidak cukup dengan memindahkan gedung — tetapi juga memindahkan manusia dengan seluruh emosinya.
Kepindahan ASN ini juga menjadi pemicu tumbuhnya ekonomi lokal. Kehadiran ribuan pegawai dan keluarga mereka akan menggairahkan sektor perdagangan, jasa, dan perumahan di kawasan sekitar IKN. Warga lokal di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara mulai bersiap menyambut peluang itu. Warung makan, penyedia transportasi, serta pengusaha kecil menengah mulai menyiapkan diri. Pemerintah daerah menilai ini sebagai kesempatan emas untuk mempercepat pemerataan ekonomi dan membuka lapangan kerja baru.
Dari sisi infrastruktur, pemerintah memastikan bahwa pembangunan terus dipercepat. Jalan utama penghubung dari Balikpapan ke IKN sudah hampir rampung, begitu pula dengan bandara baru yang akan memperpendek waktu tempuh dari kota-kota besar. Jaringan listrik dan air bersih telah diuji coba, dan sinyal internet berkecepatan tinggi mulai menjangkau kawasan inti. Semua ini merupakan bagian dari visi “IKN sebagai kota 15 menit”, di mana semua kebutuhan harian dapat diakses hanya dalam waktu seperempat jam dari tempat tinggal.
Basuki Hadimuljono menjelaskan bahwa pemindahan ASN tahap pertama ini hanyalah permulaan dari gelombang besar yang akan berlangsung hingga 2028. Setelah 4.100 ASN dari 16 kementerian tiba di IKN, gelombang berikutnya akan melibatkan lembaga-lembaga lain seperti Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Sekretariat Negara. Pada tahap akhir, seluruh kegiatan pemerintahan pusat akan berpindah ke Kalimantan Timur secara penuh. Pemerintah menargetkan upacara kenegaraan pertama di IKN dapat digelar pada HUT RI ke-80 tahun 2025 sebagai simbol dimulainya era baru.
Namun, proyek besar ini juga menuai sorotan publik dan media internasional. Setelah beberapa laporan menyebut risiko “kota hantu”, pemindahan ASN menjadi momentum penting untuk membuktikan bahwa IKN bukan proyek kosong. Pemerintah ingin menunjukkan bahwa kota ini benar-benar akan hidup — dengan pegawai yang bekerja, keluarga yang menetap, dan komunitas yang tumbuh. “Begitu ASN masuk, aktivitas pemerintahan dimulai, ekonomi lokal bergerak, dan kota mulai berdenyut,” kata Basuki dengan keyakinan.
Bagi sebagian pengamat, keberangkatan ASN ke IKN adalah uji nyata keseriusan negara dalam membangun kota baru yang berfungsi, bukan hanya simbolik. Proyek ini akan menjadi barometer bagaimana Indonesia mengelola urbanisasi modern, lingkungan, dan pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa. Jika sukses, IKN akan menjadi contoh global tentang bagaimana negara berkembang mampu membangun ibu kota yang berorientasi masa depan dengan tetap menjaga harmoni dengan alam dan masyarakat lokal.
Meski jalan menuju IKN masih panjang, langkah November 2025 akan dikenang sebagai awal perjalanan besar bangsa. Di tengah hutan Kalimantan yang hijau, deru mesin dan langkah kaki ASN akan menandai dimulainya kehidupan baru — kehidupan yang mencerminkan semangat Indonesia untuk tumbuh, berubah, dan menatap masa depan dengan keyakinan.







