IKN Buka Pintu Lebar untuk Dunia Usaha: Pengusaha Brunei Lirik Nusantara sebagai Destinasi Investasi Masa Depan
![]() |
Ilustrasi AI |
Udara pagi di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) pada Jumat,
25 Julai 2025, terasa lebih hidup dari biasanya. Tak sekadar deru alat berat
dan lalu lintas kendaraan proyek yang membangun kota masa depan Indonesia,
kawasan itu kedatangan tamu penting dari negeri jiran: Duta Besar Republik
Indonesia untuk Brunei Darussalam, Achmad Ubaedillah, bersama rombongan
pengusaha ternama Brunei Darussalam. Agenda kunjungan mereka sangat jelas dan
strategik—menjajaki peluang investasi dan menjalin hubungan kerja sama ekonomi
yang lebih erat antara dua negara serumpun.
Sambutan hangat diberikan langsung oleh Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, tokoh penting yang kini memimpin pembangunan kota futuristik tersebut. Di tengah kawasan yang perlahan-lahan mulai menjelma dari hutan dan lahan kosong menjadi permukiman dan pusat pemerintahan modern, pertemuan kedua pihak menjadi simbol keterbukaan Indonesia terhadap dunia usaha global, khususnya dari Asia Tenggara.
Kunjungan ini tidak berdiri sendiri. Ia adalah kelanjutan dari diplomasi ekonomi yang selama ini dilakukan dengan penuh intensif dan konsisten oleh pemerintah Indonesia di berbagai belahan dunia. Kali ini, fokusnya adalah menjadikan IKN sebagai magnet baru untuk investor luar negeri—dan Brunei Darussalam menjadi mitra pertama yang merespons secara konkret dengan menghadirkan sejumlah tokoh penting dari sektor usaha.
Dubes Achmad Ubaedillah, sosok diplomat yang dikenal proaktif membina hubungan ekonomi bilateral, menggandeng pula Indonesian Business Chamber (IBC) Brunei Darussalam dalam kunjungan tersebut. Selain itu, rombongan juga terdiri dari pelaku bisnis dari sektor konstruksi, ritel, tekstil, perhotelan, hingga pariwisata—sektor-sektor yang memang menjadi fondasi utama dalam pembangunan kota baru yang ambisius ini.
“Kunjungan ini membawa sejumlah pengusaha Brunei dari berbagai sektor. Ketertarikan mereka terhadap IKN juga didukung oleh akses langsung ke Balikpapan yang memperlancar peluang investasi,” ujar Dubes Achmad Ubaedillah dalam sambutannya. Ia merujuk pada konektivitas yang semakin terbuka, termasuk rute penerbangan langsung antara Bandar Seri Begawan dan Balikpapan yang kini menjadi pintu utama menuju IKN.
Apa yang membuat kunjungan ini lebih dari sekadar seremonial adalah kehadiran perusahaan-perusahaan ternama dari Brunei yang telah dikenal di kancah bisnis regional. Di antara nama-nama tersebut ialah Firoz Jaya, Serikandi Group, Higher Hotel, Al Afiah Hotel, Aktech United Sdn Bhd, Raimmar Sdn Bhd, J.S. Jaya Sdn Bhd, Nurul HR Sdn Bhd, Mohamed Jawahar Atika Arif Sdn Bhd, dan Bahrin Mohammad & Associates. Masing-masing membawa proposal, ide, dan tekad untuk menjadi bagian dari perjalanan besar pembangunan IKN.
Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, dalam sambutannya menekankan bahwa kawasan IKN dibangun bukan hanya untuk kepentingan nasional, tetapi sebagai proyek global yang terbuka terhadap kerja sama internasional. Ia menegaskan bahwa pemerintah menjamin kepastian hukum dan efisiensi birokrasi bagi para investor yang ingin menanamkan modal di sana.
“Kami menjamin bahwa investasi di IKN akan menjadi kebutuhan utama dalam membangun kota masa depan. Kami terbuka terhadap kerja sama global yang berbasis keberlanjutan,” tutur Basuki dengan penuh keyakinan.
Pernyataan tersebut bukan basa-basi. Pemerintah Indonesia, lewat Otorita IKN, telah merancang berbagai kemudahan dan insentif investasi, mulai dari pembebasan pajak dalam jangka waktu tertentu, penyederhanaan proses perizinan, hingga dukungan penuh dalam hal infrastruktur dasar seperti akses jalan, energi, dan konektivitas digital. Semua dirancang untuk memastikan bahwa para investor tidak hanya merasa nyaman, tetapi juga mendapat jaminan keuntungan dan kepastian dalam menjalankan usaha.
IKN sendiri dibangun dengan semangat baru—menjadi kota yang tak hanya modern dan canggih dari segi teknologi, tetapi juga berkelanjutan dari segi lingkungan dan inklusif dari segi sosial. Visi ini sangat sejalan dengan tren investasi global saat ini yang mengutamakan prinsip ESG (Environment, Social, Governance). Maka tidak mengherankan jika para pelaku usaha dari Brunei—negara yang juga sangat menekankan keberlanjutan dalam kebijakan nasionalnya—tertarik untuk ikut serta sejak awal.
Kehadiran pelaku usaha dari sektor perhotelan dan pariwisata juga menjadi sinyal bahwa mereka memandang IKN bukan sekadar sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga destinasi baru untuk pelancong domestik dan internasional. Dengan perencanaan yang matang, IKN akan memiliki berbagai zona khusus—mulai dari pusat pemerintahan, pusat inovasi dan teknologi, kawasan hijau, hingga koridor budaya dan rekreasi. Semua ini menjadikan kawasan tersebut sebagai sebuah ekosistem lengkap untuk bisnis, tinggal, dan berwisata.
Bagi Indonesia, kerja sama ini juga menjadi peluang untuk memperkuat hubungan ekonomi dengan Brunei yang selama ini lebih banyak difokuskan pada sektor energi dan tenaga kerja. Kini, kolaborasi tersebut bisa dikembangkan ke bidang lain seperti konstruksi, teknologi, dan pelayanan. Dan IKN menjadi wadah nyata di mana semua itu dapat direalisasikan.
Lebih dari itu, kunjungan ini memperlihatkan bahwa Indonesia mulai memposisikan IKN sebagai platform diplomasi ekonomi baru—sebuah pendekatan di mana pembangunan dalam negeri menjadi alat untuk memperluas pengaruh dan kerja sama internasional. IKN bukan hanya “ibu kota administratif” baru, tetapi juga simbol keterbukaan dan kesiapan Indonesia menyambut masa depan globalisasi baru yang lebih hijau, inklusif, dan berbasis inovasi.
Dengan berbagai komitmen yang disampaikan, diharapkan kunjungan para pengusaha Brunei ini akan segera ditindaklanjuti dengan kerja sama konkret seperti penandatanganan nota kesepahaman, pembangunan proyek percontohan, hingga peluncuran investasi langsung di sektor-sektor yang telah dibicarakan. Semua ini akan mempercepat transformasi IKN dari sekadar proyek pembangunan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru bagi seluruh kawasan Asia Tenggara.
Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, disrupsi teknologi, dan ketegangan geopolitik, kerja sama regional yang berakar pada semangat saling percaya dan saling menguntungkan seperti ini adalah langkah bijak dan progresif. Indonesia dan Brunei Darussalam, melalui IKN, kini sedang menunjukkan bahwa hubungan bilateral tidak harus berhenti di meja diplomasi—tetapi harus hidup di tengah pembangunan nyata dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan mata dunia yang perlahan-lahan mulai melirik ke Kalimantan Timur, dan langkah-langkah konkret seperti kunjungan bisnis ini terus digiatkan, tak diragukan lagi bahwa IKN benar-benar terbuka untuk dunia usaha. Dan lebih penting lagi, ia siap menjadi wajah baru Indonesia yang lebih modern, terbuka, dan tangguh menghadapi masa depan.